BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Oksigen
dapat membentuk suatu senyawa yang disebut oksida dan sejak oksigen ditemukan,
istilah oksidasi dihubungkan dengan berbagai reaksi yang menggunakan oksigen.
Magnesium, sebagai contohnya, dapat bereaksi langsung dengan oksigen, pemukaan
logam yang terbuka segera dioksidasi membentuk suatu lapisan magnesium
oksida(Mgo). Contoh lain adalah besi.
Besi (Fe) juga dapat dioksida secara perlahan-lahan di udara, proses ini dapat
mengakibatkan karat pada logam yang terdiri dari Fe2O3.
Suatu logam yang dapat diperoleh kembali dari oksida logamnya dikenal dengan
nama reduksi.
Dalam
istilah sekarang proses oksidasi maupun reduksi mempunyai arti yang lebih luas.
Tidak hanya reaksi suatu zat dengan oksigen, tapi oksidasi juga dapat bearti
sebagai suatu peristiwa pelepasan electron oleh suatu zat, atom atau ion ke
zat, atom, atau ion lin.begitu pula dengan reduksi, pengertian reduksi tidak
hanya suatu proses pelepasan oksigen, tapi reduksi juga dapat berarti
pengambilan electron dari suatu zat, atom, atau ion ke zat, atom, atau ion
lainnya. Suatu reaksi yang melibatkan peristiwa oksidasi dan reduksi sering
disebut reaksi oksidasi atau reaksi redoks sebagai singkatannya.
Pengertian
yang lebih rinci tentang reaksi redoks, akan dijelaskan dalam lapoan ini.
Selain itu akan dibahas beberapa ontoh reaksi oksidasi reduksi dalam suasana
asam, serta zar-zat yang terlibat dalam reaksi redoks seperti zat pengoksidasi
atau oksidator, dan zat reduksi atau reduktor dan aplikasi redoks dalam
kehidupan sehri-hari.
1.2 Tujuan
percobaan
-
Menentukan fungsi reagen yang digunakan
-
Mengetahui reduktor
dan oksidator yag digunakan dalam percobaan
-
Mengetahui titik akhir
titrasi pada percobaan
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Reaksi
reduksi oksidasi atau reaksi redoks berperan dalam banyak hal dalam kehidupan
sehari-hari. Reaksi redoks dapat berguna bagi pembakaran bahan bakar minyak
bumi, dan digunakan juga sebagai cairan pemutih. Selain itu, sebagai unsure
logam dan nonlogam diperoleh dari bijihnya melalui proses oksidasi atau
reduksi. Contohnya dalam reaksi pembentukan kalsium oksida (Cao) dari kalsium
dan oksigen.
2Ca(s) + O2(g)®2CaO(s)
Kalsium
oksida (CaO) adalah senyawa ionic yang tersusun atas ion Ca2+ dan O2-.
Dalam reaksi pertama, dua atom Ca memberikan atau memindahkan empat electron
pada dua atom O (dalam O2). Agar lebih mudah dipahami, proses ini
dibuat sebagai dua tahap terpisah, tahap yang satu melibatkan hilangnya empat
electron dari dua atom Ca dan tahap lain melibatkan penangkapan empat electron
oleh molekul O2.
2Ca
®
2Ca2+ + 4e-
O2 + 4ē ® 2O2-
Setiap tahap
diatas dapat disebut sebagai reaksi setengah sel ( hal-reaction), yang secara
eksplisit menunjukkan banyaknya electron yant terlibat dalam reaksi.
Reaksi setengah sel yang melibatkan
hilangnya electron disebut reaksi oksidasi. Istilah “Oksidasi” pada awalnya
berarti kombinasi unsur dengan oksigen. Namun, istilah itu sekarang memiliki
arti yang lebih lua. Reaksi setengah sel yang melibatkan penengkapan electron
disebut reaksi reduksi. Dalam contoh diatas, kalsium bertindak sebagai zat
pereduksi karena memberikan electron pada oksigen dan menyebabkan oksigen
tereduksi. Oksigen tereduksi bertindak sebagai zat pengoksida Karena menerima
electron dari kalsium dan menyebabkan kalsium teroksidasi. Dalam persamaan
reaksi redoks tingkat oksidasi harus sama dengan tingkat reduksi yaitu jumlah
electron yang hilang oleh zat pereduksi harus sama dengan jumlah electron yang
diterima oleh suatu zat pengoksida (Raymond, Chang,2005).
Definisi tentang oksidasi dan
reduksi dapat juga dikembangkan menjadi pengertian yang lebih luas dan jelas
Oksidasi adalah suatu proses yang mengakibatkan hilangnya satu electron atau
lebih dari dalam zat ( atom, ion atau molekul ). Bila suatu unsur dioksida,
keadaan oksidasinya berubah ke harga lebih positif. Suatu zat pengoksidasi
diartikan sebagai zat yang memperoleh electron, dan dalam proses itu zat itu
direduksi.
Reduksi, sebaliknya adalah suatu
proses yang melibatkan diperolehnya satu electron atau lebih dari suatu zat (
atom, ion atau molekul ). Bila suatu unsure direduksi, keadaaan oksidasi
berubah menjadi lebih negative ( kurang positif ). Jadi zat pereduksi merupakan
zat yag kehilangan electron, dalam proses itu zat ini dioksidasi. Definisi
reduksi juga sangat umum dan berlaku juga untuk proses dalam zat padat,
lelehan, maupun gas.
Sejumlah besar reaksi oksidasi dan
reduksi akan dicantumkan diantara reaksi yang digunakan untuk identifikasi ion.
Beberapa contoh zat pengoksidasi kuat
adalah KMnO4.
1.
Kalium permanganat (KMnO4), merupakan zat
padat cokelat tua yang merupakan pengoksidasi kuat, yang bekerja berlainan
menurut pH dari medium. Dalam suasana asam, ion pemanganat direduksi menurut
proses 5 elektron, Mn berubah dari +7 ke +2,
MnO4- + 8H++5ē
® Mn2+ + 4H2O
dalam suasana netral atau setengah basa permanangat direduksi jadi mangan
dioksida.
MnO4-
+ 4H+ + 3ē ®
MnO2 + 2H2O
2.
Logam seperti zink, besi, dan aluminium, seringkali
logam ini digunakan sebagai bahan pereduksi. Kerja logam ini disebabkan oleh
pembentukan ion, biasanya ion itu ada dalam keadaan oksidasi terendah,
Contohnya :
Zn ®Zn2+ + 2ē
Fe ® Fe2+ + 2ē
AI
® AI3+ + 3ē
(
G. Svehla, 1990 ).
- Bilangan Oksidasi
Suatu unsur dapat bergabung dengan unsure lain membentuk
senyawa dengan valensi tertentu. Istilah valensi dikemukakan oleh Wichelhaus
yang artinya jumlah ikatan suatu unsure terhadap yang lainnya. Dalam menentukan
valensi unsur, kita harus menuliskan struktur molekul senyawa terlebih dahulu.
Oleh karena itu, cara ini kurang praktis dan sebagai gantinya ditemukan cara
bilangan oksidasi. Bilangan oksidasi suatu unsure adalah muatan suatu atom
dalam senyawa, seandainya semua electron yang dipakai bersama menjadi milik
atom yang lebih elektronegatif. Contohnya molekul H2O, karena O2 lebih elektronegatif maka ia kelebihan dua electron
dari dua hydrogen. Akibatnya bilangan oksidasi oksigen = -2 dan hydrogen = +1.
Bilangan oksidasi dapat positif atau negative. Nilai itu bukan merupakan hasil
percobaan melainkan merupakan perjanjian. Perjanjian atau atau aturan dalam
menentukan bilangan oksidasi adalah sebagai berikut :
1.
Setiap unsur bebas mempunyai bilangan oksidasi = 0,
Contohnya H2, Fe, He, S8, dan P4
2.
Hidrogen dalam senyawa mempunyai bilangan oksidasi +1,
Contohnya HCI, H2SO4 dan HCIO4.
3.
Oksigen dalam senyawa mempunyai bilangan oksidasi -2
Contohnya H2O, HIVO3 dan NOH.
4.
Unsur-unsur golongan alkali ( IA ) dalam senyawa
mempunyai bilangan oksidasi +1, Contohnya NaCI, KOH, dan Li2SO4.
5.
Unsur-unsur golongan dikali tanah ( II A ) dalam
senyawa mempunyai bilangan oksidasi +2 contohnya CaO, BaCO, dan SrSO4.
6.
Ion Fluar ( F ) dalam senyawa mempunyai bilangan
oksidasi -1, Contohnya Hf, LIF, dan CaF2.
7.
Sebuah ion mempunyai bilangan oksidasi sama dengan
muatannya Contohnya C1-=-1, SO42-=-2, dan Ca+2=2.
8.
Senyawa netral mempunyai bilangan oksidasi 0 contohnya
HCI = 0, KBr = 0, dan Na2SO4 = 0.
Dari aturan diatas dapat ditentukan bilangan oksidasi suatu
unsur dalam senyawa tanpa menuliskan struktur molekulnya. Bilangan oksidasi
berguna dalam menuliskan rumus senyawa antara ion positif dan ion negative.
Rumus harus sedemikian rupa sehingga bilangan oksidasi senyawa adalah 0 atau
jumlah muatan negatf dan positifnya sama ( Syukri S, 1999 ) .
b. Penggunaan Bilangan Oksidasi
Dalam reaksi redoks, ada beberapa perbedaan dalam bidang oksidasi atau
keadaan oksidasi atau keadaan oksidasi ( istilah ini digunakan untuk
memperlihatkan sesuatu yang saling mengubah ) dari dua atau lebih suatu unsure.
Perhatikan suatu reaksi yang melibatkan magnesium dan oksigen.
2Mg
+ O2 ®
2MgO
0 0 +2 -2
Dimana ditulis bilangan oksidasinya dibawah nama senyawa tesebut,
terlihat bahwa bilangan oksidasi Mg berubah dari 0 menjadi +2 dan bilangan
oksidasi 0 berubah dari 0 menjadi -2. Dengan demikian, oksidasi Mg diikuti oleh
bertambahnya bilangan oksidasi ( bertambah maksudnya disini adalah bilangan
oksidasi Mg menjadi lebih positif ). Reduksi O2 sebaliknya diikuti
oleh berkurangnya bilangan oksidasi 0 menjadi kurang positif atau kurang
negatif.
Dengan demikian, hal ini memberikan kita cara yang lebiih umum untuk
mendefinisikan oksidasi dan reduksi yang berkaitan dengan perubahaan bilangan
oksidasi. Berdasarkan perubahan bilangan oksidasinya, oksidasi adalah
bertambahnya bilangan oksidasi dan reduksi adalah berkurangnya bilangan
oksidasi.
Untuk tetap konsisten dengan definisi sebelumnya, senyawa Pengoksidasi
adalah zat yang direduksi, dan senyawa pereduksi adalah zat yang dioksidasi (
James E. Brady,1987 )
c. Menyeimbangkan Persamaan Oksidasi – Reduksi
Metode electron ion atau setengah
reaksi, terdiri dari beberapa tahap. Dalam metode ini setengah persamaan
oksidasi dan reduksi ditulis terpisah kemudian digabungkan menjadi persamaan
keseluruhan yang seimbang. Beberapa tahap dalam metode electron ion atau
setengah reaksi antara lain :
Tahap 1 : Identifikasi
spesies yangterlibat dalam perubahan bilangan oksidasi dan tulislah “ rangka “
setengah reaksi melibatkan penambahan bilangan oksidasi. Reduksi setengah
reaksi melibatkan pengurangan bilangan oksidasi. Contohnya pada reaksi sulfite
dan Peermanganat
SO3-2
+ H+ +Mn04 ® SO42- + Mn 2+ + H2O
Oksidasi : SO3-2 ® SO42-
Reduksi : Mn04 ® Mn 2+
Tahap 2 :
Seimbangkan “Jumlah atom “ dari tiap persamaan. Untuk mendapatkan jumlah atom
yang sama perlu ditambahkan H2O dan H+ ( untuk suasana
asam ) dan OH-
( untuk suasana basa, pada sisi yang kekurangan O )
Oksidasi :SO32-
+ H2O ® SO42-
+ 2H+
Reduksi :
MnO4- + 8H+ ® Mn2+
+ 4H2O
Tahap 3 :
Seimbangkan “ muatan listrik “ dari tiap setengah persamaan. Pada sisi kanan
setengah persamaan oksidasi ditambahkan sejumlah electron agar kedua sisi
memiliki muatan keseluruhan yang sama. Lakukan hal yang sama untuk reduksi,
penambahan electron disebelah kiri
Oksidasi : SO3-2
+ H2O ®
SO42- + 2H+ + 2ē
(
Muatan keseluruhan tiap sisi, -2 )
Reduksi : MnO4-
+ 8H+ + 5ē ® Mn 2+ + 4H2O
(
Muatan keseluruhan tiap sisi +2 )
Tahap 4 :
Dapatkan persamaan oksidasi-reduksi keseluruhan dengan menggabungkan kedua
setengah pesamaan. Kalikan electron oksidasi dengan electron reduksi agar
electron dalam pesamaan dapat saling menghapuskan.
Electron tidak boleh terlihat pada suatu persamaan
keseluruhan. Pada contoh ini oksidasi dikalikan 5 dan reduksi dikalikan 2.
Oksidasi : 5SO32- + 5H2O
®
5SO4-2 + 10H+ + 10
ē
Reduksi : 2MnO4-2 + 16H+ + 10ē ® 2Mn+2
+ 8H2O
5SO3-2
+5H2O + 2MnO4- + 16 H+ ® 5SO4-2 +10H+
+ 2 Mn2+ + 8H2O
Tahap 5 :
Sederhanakan, Bila persamaan keseluruhan mengandung spesies yang sama pada
kedua sisinya yang jumlahnya lebih sedikit. Kurangi lima H2O dari
tiap sisi persamaan keseluruhan pda langkah 4, dengan demikian akan tersisa 3 H2O
pada sisi kanan, Serta pengurangan 10 H+ dari tiap sisi sehingga
tinggal 6 H+ pada sisi kiri.
5SO3-2
+ 2MnO4- + 6 H+ ® 5SO4-2 + 2 Mn2+
+ 3H2O
Tahap 6 :
Teliti persamaan keseluruhan yang telah selesai. Pastikan bahwa persamaan
keseluruhan seimbang, baik jumlah atom yang ada dalam pesamaan maupun jumlah
elektronnya. Pada contoh terebut dapat dilihat jumlah electron kiri dan kanan
adalah -6 (Ralph H. Petrucci, 1987).
BAB 3
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat :
-
Pipet Tetes
-
Buret & Statif
-
Elenmeyer
-
Labu Ukur
-
Beaker glass
-
Pipet Volume
-
Termometer
-
Tabung Reaksi
-
Klem
3.1.2 Bahan :
-
Vitamin C
-
KMnO4
-
H2C2O4
-
I2
-
H2SO4
-
H2O
3.2 Prosedur Percobaan :
Kualitatif :
- - Diambil 1 ml vitamin C didalam tabung reaksi,
- Ditambahkan 5 tetes KMnO4
- Diamati
perubahan warna yang terjadi
- - Diambil 1 ml vitamin C didalam tabung reaksi,
- Ditambahkan 5 tetes I2
- Diamati
perubahan warna yang terjadi
- - Diambil 5 ml asam oksalat dalam beaker glass,
- Ditambahkan 2 ml H2C2O4
- Dipanaskan
hingga suhu 70ºC
- Diteteskan
beberapa tetes KMnO4 0,1 N
- Diamati
perubahan warna yang terjadi
Kuantitatif :
- Diambil 10 ml
H2C2O4 dalam
labu elenmeyer
- Ditambahkan 3
ml H2SO4
- Dipanaskan
pada suhu 70ºC
- Dititrasi
dengan KMnO4 0,1N
- Diamati
perubahan warna yang terjadi.
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Pengamatan
No
|
Perlakuan
|
Pengamatan
|
1.
|
- Kualitatif
-Reaksi antara 1 ml vitamin
C ditambah 5 tetes KMnO4
- Diamati
|
- Vitamin C mengalami oksidasi (pereduktor)
- KMnO4 mengalami reduksi ( pengoksidasi )
- Warna vitamin C yang semula
kuning berubah jadi orange setelah penambahan 15 tetes KMnO4
|
-Reaksi Vitamin C 1 ml dengan 5
tetes I2
- Diamati perubahan
warna yang terjadi
|
- Vitamin C mengalami oksidasi
( pereduktor )
- I2Mengalami reduksi
( oksidator )
- Warna Vitamin C yang semula
kuning berubah menjadi orange setelah penambahan 20 tetes I2.
|
|
-Reaksi 5 ml H2C2O4
dengan H2SO4 dan dititrasi dengan KMnO4 pada
suhu 70ºC
|
- H2C2O4
(Reduktor)
- KMnO4 ( Oksidator
)
- Warna larutan sebelumnya
bening, setelah dititrasi dengan KMnO4 larutan berubah warna
menjadi cokelat
|
|
2.
|
Kuantitatif
-Reaksi 10 ml H2C2O4
dengan 3 ml H2SO4 dipanaskan pada suhu 70ºC
- Dititrasi dengan KMnO4 0,1
N hingga terjadi perubahan warna
|
- H2C2O4
(Reduktor)
- KMnO4 ( Oksidator
)
-Terjadi perubahan warna pada
penambahan 1 ml KMnO4 menjadi merah lembayung,
- H2SO4 (
Autokatalisator )
- V1.N1 =
V2. N2
I0. N1 =
NIC2H2O4
= 0,01N
|
4.2 Reaksi
-
Vitamin C dan KMnO4
O O
║ ║
C C
│ │
HO─C O═C
│
O + MnO4 → │ O + MnO4
HO─C O═C
│ │
H─C
H─C
│ │
HO─C─H HO─C
│ │
CH2OH CH2OH
-
Vitamin C dan I2
O O
║
║
C C
│ │
HO─C O═C
│
O + I2
→ │ O + 2H+
+ 2I-
HO─C O═C
│ │
H─C
H─C
│ │
HO─C─H HO─C
│ │
CH2OH CH2OH
- H2C2O4 dan KMnO4
C2O4-2
+ MnO4- → 2CO2 + Mn2+
Reduksi : MnO4-→ Mn2+
Oksidasi : C2O4-2→2CO2
Reduksi : MnO4- + 8H+
= 5e-→ Mn2+ + 4H2O (x2)
Oksidasi : C2O4-2→2CO2
+ 2e- (x5)
Reduksi : 2MnO4- + 16H+
= 10e-→ 2Mn2+ +8H2O
Oksidasi : 5C2O4-2→10CO2
+ 10e-
2MnO4 +
16 H + + 5C2O4-2
→ 2Mn2+ +8H2O
+ 10CO2
4.3 Perhitungan
Titik
akhir titrasi = 1 ml
V1.
N1 = V2. N2
1O. N1
= 1. 0,1
N1 = 0,1/ 10
4.4
Pembahasan
Reaksi reduksi – oksidasi ( redoks ) merupakan suatu reaksi
serah terima electron. Dalam suatu reaksi penggabungan ion, dimana bilangan
oksidasinya berubah. Bilangan oksidasi dapat berubah menjadi lebih positif atau
lebih negative, perubahan bilangan oksidasi dalam reaksi ini yang disertai
dengan pertukaran electron antara pereaksi ini sering disebut reaksi oksidasi –
reduksi ( redoks ). Selain itu, jika saat membicarakan oksidasi suatu zat, kita
harus ingat bahwa pada saat yang sama reduksi dari suatu zat lain juga berlangsung.
Oleh karena itu, sangatlah logis untuk mendefinisikan redoks sebagai proses
yang melibatkan serah terima electron yang terjadi dalam suatu reaksi yang
serempak.
Oksidasi dan reduksi memiliki perbedaan pada pengikatan
oksigen, perubahaan electron, dan perubahan bilangan oksidasi. Reaksi oksidasi
adalah suatu reaksi yang mengikat oksigen, mengalami pelepasan sejumlah
electron, serta mengalami kenaikan bilangan oksidasi. Sedangkan reduksi adalah
peristiwa pelepasan oksigen, mengalami penurunan bilangan oksidasi serta
menerima electron.
Reaksi antara kalium Permanganat (KMnO4 ) dengan
vitamin C 1 ml, yang berfungsi sebagai reduktor adalah vitamin C, artinya
vitamin C dalam reaksi sebagai zat yang mengalami oksidasi. Sedangkan kalium
permanganat ( KMnO4 ) adalah zat yang mengalami reduksi, artinya
KMnO4 dalam reaksi ini berfungsi sebagai oksidator.
Pada percobaan kedua yaitu reaksi antara vitamin C dan I2,
yang berfungsi sebagai reduktor adalah vitamin C dan I2 yang
berfungsi sebagai oksidator, karena I2 mengalami perubahan bilangan
oksidasi dari 0 menjadi -1
Reaksi antara asam oksalat (H2C2O4)
dan Kalium Permanganat ( KMnO4 ). Dipanaskan pada suhu 70ºC. Dalam reaksi ini asam oksalat
berfungsi sebagai reduktor karena H2C2O4 mengalami
oksidasi dengan perubahan bilangan oksidasi dari +3 menjadi +4, selain itu asam
oksalat juga berfungsi sebagai filter atau larutan yang dititrasi. Sedangkan
KMnO4 berfungsi sebagai oksidator, Selain itu KMnO4 dalam
reaksi juga berfungsi sebagai titran.
Reaksi antara 10 ml H2C2O4 dengan
3 ml H2SO4 dan titrasi dengan KMnO4 . Pada
reaksi ini digunakan H2SO4 sebagai autokatalisator yang
berfungsi mempercepat reaksi. KMnO4 Merupakan oksidator kuat tapi
belum bias mengoksidasi asam oksalat, oleh karena itu dugunakan H2SO4
. Asam oksalat dalam reaksi ini berfungsi sebagai reduktor dan juga sebagai
titer. Selain itu juga dilakukan pemanasan pada suhu 70ºC agar reaksi ini dapat berlangsung dengan stabil.
Dalam pecobaan yang dilakukan, terdapat berbagai hasil
percobaan yang berbeda-beda. Pada percobaan pertama yaitu vitmin C yang
direaksikan dengan KMnO4. Warna Vitamin C awalnya kuning, setelah
penambahan 15 tetes KMnO4 warna larutan berubah jadi orange.
Untuk percobaan kedua, reaksi antara vitamin C dengan I2.
Vitamin C yang belum dicampur dengan I2 berwarna kuning, setelah
penambahan 20 tetes I2 warna larutan vitamin C brubah menjadi warna
orange. I2 dalam larutan ini berfungsi sebagai oksidator
Reaksi H2C2O4 dengan larutan
H2SO4 berwarna bening. Setelah dipanaskan sampai 70ºC, larutan tersebut dititrasi
dengan KMnO4. Warna larutan yang awalnya berwarna bening berubah
menjadi warna cokelat tua. Selain sebagai oksidator KMnO4 juga
sebagai titran.
Reaksi antara asam oksalat( H2C2O4
) dengan asam sulfat (H2SO4) yang dipanaskan pada
suhu 70ºC dan dititrasi dengan larutan KMnO4 0,1 N.
Warna larutan awalnya bening setelah mencapai titik akhir titrasi dengan titran
KMnO4 warna larutan berubah menjadi merah lembayung, Asam oksalat
juga berfungsi sebagai autokatalisator.
Autokatalisator adalah
senyawa yang dapat mempercepat terjadinya reaksi tanpa memerlukan bantuan dari
katalis yang lainnya. Contohnya asam sulfat (H2SO4).
Selain autokalisator terdapat pula autondikator. Autondikator adalah senyawa
yang dapat meangubah warnanya sendiri ketika terdapat titik akhir titrasi tanpa
memerlukan suatu indicator lainnya, Contohnya KMnO4.
Perbedaan kualitatif
dan kuantitatif terletak pada bentuk, ukuran dan kadar suatu larutan.
Kualitatif menjelaskan tentang keadaan fisik suatu larutan, misalnya saat
perubahan warna larutan, pemanasan larutan, dan sifatnya yang berhubungan
dengan fisik larutan yang terlihat. Sedangkan kuantitatif lebih menyatakan
ukuran dan kadar suatu larutan misalnya normalitas larutan, ukuran volume
larutan yang digunakan dan kadar atau tingkatan persentase larutan.
Dalam percobaan ini digunakan suatu reagen yaitu H2SO4
. H2SO4 berfungsi sebagai autakatalisator. Penambahan H2SO4
dalam reaksi ini bertujuan untuk menghasilkan suatu reaksi yang lebih
cepat berlangsung. Walaupun KMnO4 merupakan oksidator kuat, tapi
KMnO4 belum bias digunakan untuk mengoksidasi asam oksalat. Selain
itu H2SO4 juga berfungsi untuk mengsuasanakan asam dalam
larutan.
Pemanasan yang dilakukan pada suhu 70ºC dilakukan agar reaksi dapat berlangsung dengan baik
dan stabil. Jika pemanasan yang dilakukan berada pada suhu diatas 70ºC, maka larutan yang dipanaskan
akan menguap senyawa H2C2O4 jika dipanaskan
pada suhu diatas 70ºC asam
oksalat akan terurai dan menguap menjadi CO2 dan air, sehingga
titrasi gagal terjadi. Sedangkan jika dibawah 70ºC
akan terbentuk endapan Mn0 terlebih dulu.
Kalium permanganat (KMnO4 ) dapat menghasilkan
warna merah lembayung jika dilarutkan dalam air, yang merupakn cirri khas untuk
ion permanganate. Kalium permanganat merupakan pengoksidasi kuat, yang bekerja
berlainan menurut PH Medium. Dalam larutan asam ion permanganate direduksi
menurut proses penambahan 5 elektrn, bila bilangan oksidasi Mn berubah dari +7
ke +2.
MnO4- + 8H+ + 5ē ® Mn2+
+ 4H2O ( Suasana asam )
Dalam
larutan netral atau sedikit asam permanganat direduksi menjadi mangan dioksida,
bila dalam suatu proses ditambahkan 3ē, keadaan oksidasi Mn berubah dari +7
menjadi +4
MnO4- + 3H+ + 3ē
®
MnO2 + 2H2O ( Suasana sedikit asam atau netral
)
Dalam
larutan basa kuat ( pada pH 13 atau lebih ) permanganat dapat diredusi menjadi
manganat dalam suatu proses satu electron.
MnO4- + ē ® MnO4-2
( suasana basa )
TE / Titik ekivalen adalah titik dimana mol ekivalen titran
sama dengan mol ekivalen titrat sehingga bercampur sempurna. Sedangkan TAT /
Titik akhir titrasi adalah titik dimana itran telah mencukupi ditandai dengan
perubahan warna larutan.
Bilangan
oksidasi Mn dalam MnO4-2 adalah +6. Ion MnO4-2 menunjukkan
suatu warna hijau yang khas . Bila permanganat dipanasi dengan basa terjadi
reduksi semacam itu dan tebentuk oksigen.
4MnO4-2 + 4OH-
®
4MnO4-2 + 2H2O + O2
Sebagai
reaksi KMnO4 dan H2C2O4 dalam
suasana asam dapat dalam reaksi ini adalah.
C2O4-2
+ MnO4- → 2CO2 + Mn2+
Reduksi : MnO4-→ Mn2+
Oksidasi : C2O4-2→2CO2
Reduksi : MnO4- + 8H+
= 5e-→ Mn2+ + 4H2O (x2)
Oksidasi : C2O4-2→2CO2
+ 2e- (x5)
Reduksi : 2MnO4- + 16H+
= 10e-→ 2Mn2+ +8H2O
Oksidasi : 5C2O4-2→10CO2
+ 10e-
---------------------------------------------------------------------------------------------------------
---------------------------------------------------------------------------------------------------------
2MnO4 +
16 H + + 5C2O4-2
→ 2Mn2+ +8H2O
+ 10CO2
Dalam suatu reaksi
reduksi – oksidasi, pastinya terjadi reaksi oksidasi maupun reduksi. Suatu zat
yang mengalami reaksi oksidasi dikatakan zat tersebut sebagai reduktor, dan
juga dapat mereduksi zat lain dalam reaksi redoks. Sedangkan suatu zat yang
mengalami reaksi reduksi di sebut oksidator. Oksidator juga dapat mengoksidsi
zat lain dalam reaksi reoks. Contoh dari reduktor pada percobaan ini adalah H2C2O4
dan Vitamin C, Sedangkan contoh oksidator dalam percobaan ini adalah KMnO4
dan I2.
Reaksi oksidasi – reduksi berperan dalam banyak hal dalam kehidupan sehari-hari. Reaksi reedoks
dapat bergua bagi pembakaran bahan bakar minyak bumi, dan juga dapat digunakan
sebagai cairan pemutih yang digunakan dalam rumah tangga. Selain itu, sebagian
unsur logam dan nonlogam diperoleh dari bijihnya melalui proses
oksidasi-reduksi, contohnya pembentukan kalsium oksida (CaO) dari kalsium dan
oksigen.
Faktor kesalahan yang sering terjadi dalam suatu percobaan
adalah kurangnya kepekatan larutan yang dibuat. Contohnya pada larutan vitamin
C yang digunakan kurang pekat sehingga dibutuhkan lebih dari 5 tetes KMnO4
dan I2 agar tercapai titik
akhir titrasnya.
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
-
Reagen yang digunakan
dalam pecobaan ini seperti H2SO4 yang berfungsi untuk
mempercepat reaksi juga disebut sebagai Autokatalisator
-
Pada reaksi antara
Vitamin C dengan KMnO4 , yang befungsi sebagai reduktor adalah
vitamin C dan oksidatornya KMnO4. Pada percobaan kedua reaksi
vitamin C dengan I2 yang berfungsi sebagai reduktor adalah vitamin C
dan oksidatornya I2. Untuk percobaan ketiga yaitu H2C2O4
dan KMnO4 , yang berfungsi reduktor adalah H2C2O4
dan oksidatornya KMnO
-
Pada percobaan yang dilakukan yaitu reaksi
antara vitamin C dan KMnO4, yang befungsi sebagai reduktor adalah
Vitamin C dan Oksidatornya KMnO4.
-
Pada percobaan kedua, Vitamin C berfungsi
sebagai reduktor sedangkan I2 sebagai Oksidator.
-
Percobaaan ketiga antara H2C2O4
dan oksidatonya KMnO4
-
Penambahan H2SO4 dalam
percobaan ini sebagai katalisator.
-
Untuk mengetahui titik
akhir titrasi ditandai dengan adanya perubahan warna larutan saat penambahan
suatu titran.
5.2
Saran
-
Pembuatan larutan harus diatur kepekaannya agar
tidak terjadi kesalahan saat larutan dititrasi
-
Harus cepat dilakukan titrasi saat 70ºC agar suhu tak turun
DAFTAR PUSTAKA
Brady, James. E. 1987. Kimia Universitas Asas dan Struktur. Jilid 1.
Edisi 5. Binarupa Askara : Jakarta
Chang,
Raymond. 2005. Kimia Dasar Konsep –
Konsep Inti. Jilid 1. Edisi 3 Erlangga
: Jakarta
Pttrucci,
Ralph H. 1987. Kimia Dasar. Edisi 4 .
Jilid 3. Erlangga : Jakarta
S.Sukri .
1990. Kimia Dasar 1. ITB : Bandung
Svehla, G. 1990. Analisis Anorganik Kualitatif .PT Kaman
Media Pustaka
: Jakarta
jika kita menggunakan frekuensi tinggi dalam pengolahan logam seperti apa yang sedang saya pelajari sekarang.. mohon masukannya untuk teman sharing dalam pengembangan sistim elektrolisis...
ReplyDeletewaktu saya sma dulu ( saya jur fisika) tidak ada rumus yang mengaitkan antara fekwensi dengan pertukaran ion kecuali sewaktu beljr GGL dan panjang gelombang (lambda) karna cuman itu yang mengkaitkan antara frekwensi dengan arus untuk elektrolisa.
ReplyDeletedalam preakteknya di lab juga tanpa listrik (dengan larutan garam elekrtolisa) dapat dilakukan elektrolisis (katoda dan anoda mampu bereaksi).mungkin jurnal kimia fisis dapat membantu literaturnya
salam
tielumphd
Makasih bgt bro info nya, sangat bermanfaat buat saya. hehe
ReplyDeleteJangan Lupa mampir ke blog EXPO Lowongan Kerja Terbaru ane ya Lowongan Kerja PT Pertamina
Terima kasih infonya
ReplyDeleteJangan lupa kunjungi
https://ppns.ac.id/ dan
https://selinganhidup.wordpress.com