Selamat Datang

Semoga blog ini bermanfaat, oleh Ita Trie Wahyuni
"Seorang PEMENANG tidak akan pernah MENYERAH, karena hanya yang MENYERAH tidak akan pernah MENANG"

Wednesday, October 3, 2012

Laporan Kimia Dasar II Elektrolisis

BAB 1
PENDAHULUAN


1.1  Latar beakang
Reaksi kimia dapat ditimbulkan oeh arus listrik, sebaiknya reaksi kimia dapat dipakai untuk menghasilkan arus listrik. Elektolisis merupakan proses dengan mana reaksi redoks yang tidak bisa berlangsung spontan. Untuk ebih memahami apakah sebenarnya eektroisis itu dapat dilihat pada proses pengisian aki. Dalam proses pengisian aki tersebut dapat disimpulkan bahwa apabila kedalam suatu larutan elektrolit dialiri arus listrik searah maka akan terjadi reaksi kimia, yaitu penguraian atas elektrolit tadi. Peristiwa penguraian (reaksi kimia) oleh arus searah itulah yang disebut eektrolisis. Sedangkan sel dimana terjadinya reaksi tersebut disebut sel elektrolisis. Sel elektrolisis terdiri dari larutan yang dapat menghantarkan listrik disebut elektrolit, dan dua buah elektroda yang berfungsi sebagai katoda dan anoda.
Reaksi elektrolisis terdiri dari reaksi katode, yaitu reduksi dan reaksi anode, yaitu oksidasi. Spesi apa saja yang terlibat dalam reaksi katode dan anode bergantung pada potensial elektroda dari spesi tersebut, dengan ketentuan spesi yang mengalami reduksi di katode adalah spesi yang potensial oksidasinya paling besar.
Berdasarkan ketentuan tersebut, kita dapat meramalkan reaksi-reaksi elektrolisis. Namun demikian, peru juga dipahami bahwa potensial electrode juga dipengaruhi konsentrasi dan jenis elektrodenya. Oleh karena itu, percobaan ini dilakukan untuk mengetahui proses dan manfaat dari proses elektrolisis    

1.2  Tujuan percobaan
-          mengetahiu perbedaan elektroisis dan elektrokimia
-          mengetahui beberapa kegunaan elektrolisis
-          mengetahui perbedaan katoda dan anoda dalam reaksi elektrolisis
-          mengetahui factor yang mempengaruhi elektrolisi


BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

Reaksi tembaga dengan larutan ion perak dalam air berlangsung spontan dan takreversibel. Dengan demikian  DG<0, walaupun pada titik ini magnitudonya tidak diketahui. Karena tidak ada kerja yang dihasilkan, hukum pertama termodinamika menyebutkan bahwa seluruh perubahan energi muncul sebagai perubahan kalor.
Reaksi yang sama ini dapat dilakukan dengan amat berbeda tanpa pernah membawa kedua reaktan kontak langsung satu dengan lainnya jika sebuah sel galvani (sebuah aki) dibuat oleh mereka. Sebuah lembaran tembaga dimasukan sebagian kedalam larutan Cu(NO3)2 dan sebuah lembaran perak dalam sebuah larutan AgNO3, seperti dimasukan sebagian dalam gambar. Kedua larutan dihubungkan oleh sebuah jembatan garam, yang merupakan tabung berbentuk U terbalik yang berisi laruatan garam seperti NaNO3. ujung jembatan ditutup dengan penyumbat berpori yangmenghindarkan kedua larutan bercampur tetapi memungkinkan ion lewat. Kedua lembaran logam dihubungkan ke amperemeter, sebuah alat yang mengukur arah dan magnitude arus listrik yang melaluinya



Jika tembaga dioksida disisi kiri, ion Cu2+ masuk ke larutan. Electron yang dilepaskan pada reaksi melewati rangkaian luar dari kiri ke kanan, seperti digambarkan oleh perubahan jarum ampermeter. Electron masuk ke lembaran perak dan, pada antar muka logam larutan elektron diikat oleh ion Ag+, sebagai atom yang melapisi pada permukaan perak. Proses ini akan menyebabkan kenaikan muatan positif dalam gelas piala sebelah kiri dan menurunkan muatan di gelas piala sebelah kanan, tetapi tidak untuk jembatan garam. Jembatan memungkinkan aliran netto ion positif ke gelas piala sebelah kanan dan ion negative ke gelas piala sebelah kiri, yang menjaga netralitas muatan disetiap sisi.
                 Reaksi oksidasi – reduksi ini terdiri dari dua setengah reaksi yang terpisah. Setengah reaksi oksidasi di gelas piala sebelah kiri adalah :
Cu (s)  ® Cu2+ (aq) + 2e-
Dan setengah reaksi reduksi di gelas piala sebelah kanan adalah
Ag+ (aq) + 2e- ® Ag (s)
(David W. Oxtoby, 2001).
            Mengikuti apa yang dikatakan Michael Faraday, para ahli kimia menyebut sisi berlangsungnya oksidasi dalam sel elektrokimia sebagai anoda dan sisi berlangsungnya reduksi sebagai katoda. Dalam sel Galvani seperti yang baru saja di diskusikan, tembaga adalah anoda (karena dioksidasi) dan perak adalah katoda (karena Ag+ direduksi). Electron-elektron mengalir pada rangkaian luar  dari anoda ke katoda. Dalam larutan ion positif dan negative keduanya bebas untuk bergerak. Didalam sebuah sel elektrokimia, ion-ion negative (anion) bergerak menuju anoda, dan ion positif (kation) bergerak ke katoda.
            Reaksi kimia netto dalam sel Galvani dalam sederhana ini (Cu|Cu2+||Ag+|Ag) sama dengan yang berlangsung jika sebuah lembaran tembaga ditempatkan dalam larutan perak nitrat dalam air, tetapi ada perbedaan penting dalam prosesnya. Karena komponen reaksi dipisahkan kedalam dua tempat, sementara kontinuitas listrik dijaga, perpindahan langsung electron dari atom tembaga ke ion perak dihindari, dan mereka dipaksa berjalan melalui rangkaian luar (kawat) sebelum akhirnya melakukan pengaruh netto yang sama. Arus electron yang melalui kawat dapat diguanakan untuk berbagai tujuan. Sebagai contoh, jika sebuah lampu bohlam ditempatkan dalam rangkaian listrik, arus yang melewatinya akan mengakibatkan bohlam menyala (David W. Oxtoby, 2001).
Sel galvani
            Seperti telah dinyatakan bahwa sel galvani adalah alat yang dapat mengubah energy kimia menjadi listrik. Untuk sampai kepada sel galvani, perhatikanlah beberapa percobaan berikut ini. Jika sebatang logam dicelupkan kedalam larutan ion logam tersebut, terjadi kesetimbangan antara logam dengan larutan ion lainnya. Contoh logam tembaga (Cu) dicelupkan ke dalam larutan CuSO4, da logam seng (Zn) dicelupkan kedalam larutan ZnSO4. Pada kedua system ini tidak terlihat adanya perubahan tetapi sebenarnya ada kesetimbangan :
Cu2+ (aq) + 2e- ® Cu (s) 
Zn2+ (aq) + 2e ® Zn (g)
Artinya, searah terima electron terjadi secara langsung dan bolak balik. Karena system dalam keadaan setimbang maka mata tidak akan mampu melihat, baik pada batang logam maupun dalam larutan.
Percobaan 2
            Kemudian percobaan 1 dibalik, batang Zn dicelupkan dalam larutan CuSO4, dan batang Cu dicelupkan kedalam larutan ZnSO4. Pada batang Zn terlihat perubahan (reaksi), sedangkan pada batang Cu tidak. Hal itu disebabkan oleh ion Cu2+ dapat tereduksi dengan merampas electron logam Zn, sehinggan Zn teroksidasi. Reaksi totalnya adalah :
Zn (s) + Cu2+ (aq) ® Zn2+ (aq) + Cu (s)
Logam Cu dalam larutan Zn2+ tidak bereaksi karena Zn2+ tidak dapat merampas logam Cu,
Cu (s) + Zn2+ (aq) ®
(Syukri.1999).
            Sebuah seliih potensial listrik, Dg antara dua titik dalam rangkaian yang menyebabkan electron mengalir, sama seperti selisih potensial gravitas antara dua titik di permukaan bumi yang menyebabakan air mengalir ke bawah. Selisih potensial listrik ini, atau tegangan sel, dapat diukur dengan sebuah alat yang disebut volt meter yang diletakkan di rangkaian luar. Tegangan yang diukur dalam sel galvani tergantung pada magnitude arus yang melewati sel, dan tegangan jatuh jika arus terlalu besar. Tegangan sel interistik (nilainya pada arus nol) dapat diukur dengan menempatkan sumber tegangan variable dalam rangkaian luar sedemikian rupa sehingga potensialnya DGekst melawan selisih potensial listrik  sel elektrokimia. Selisih potensial netto adalah
DGnet = DG -D Gekst
            DG dapat diukur dengan mengatur D Gekst  sampai  Gnet   menjadi nol, pada titik arus melalui rangkaian juga mengalami turun menjadi nol. Jika D Gekst  dijaga sedikit dibawah D G, selisih potensial netto menjadi kecil dan fungsi sel mendekati reversible, engan hanya arus kecil dan kecepatan reaksi yang lambat di elektroda (David W. Oxtoby, 2001).
Potensial elektroda
            Kita mengetahui bahwa sel Galvani terdri dari dua elektroda yang disebut juga setengah-sel, yaitu anoda dan katoda. Suatu elektroda mempunyai potensial tertentu yang disebut potensial elektroda. Suatu elektroda mengandung partikel (ion atau molekul) yang dapat menarik electron, atau cenderung tereduksi. Kekuatan tarikan itu disebut potensial reduksi, yamg nilainya tidak sama antara suatu elektroda dengan yang lainnya.
Menghitung potensial sel
            Potensial sel dalam keadaan standar dapat dihitung dari potensial elektroda standar. Setiap elektroda cenderung menarik electron kearahnya, dan yang menang adalah potensial reduksinya lebih besar. Elektroda kuat akan menerma electron dan menjadi katoda, sedang yang lain terpaksa memberikan electron menjadi anoda. Potensial sel merupakan selisih dari daya tarik yang kuat dengan yang lemah, yaitu selisih potensial rediksi katoda dan anoda.
Esel = Ekat – Eanod
Cara menentukan katoda dan anoda serta sel adalah sebagai berikut :
1.      tuliskan reaksi reduksi kedua elektroda pemberian nlai potensialnya
2.      sebagai katoda adalah yang besar potensiareduksinya dan tuliskan raksi oksidasi (dengan membalik reaksi reduksi) serta oks-nya
3.      kalikan reaksi degan bilangan bulat agar jumlah electron yang diterima sama dengan yang dilepaskan, sedangkan nilai potensial elektroda tetap (tidak dapat dikalikan)
4.      tuliskan reaksi redoks dari sel dengan rumus
E°sel = E°red - E°oks

(Syukri.1999).
            Penggunaan penting dari elektrolisi dalah dalam pemurniaan logam. Proses pemurnian logam biasanya menghasilkan logam tembaga yang kurang murni untuk penggunaan secara lazim. Misalnya, adanya arsenic dapat menurunkan konduktivitas listrik dari tembaga, sehingga hasilnya kurang cocok untuk dibuat kawat dan konduktor listrik yang lain. Sebongkah besar tembaga yang tidak murni sebagai anode dan sebuah lempeng dari tembaga murni sebagai katode. Selam elektrolisis, tembaga dipindah secara terus-menerus melalui larutan (sebagai CO2+) dari anode ke katode. Emas dan pera biasanya ditemukan sebagai “pengoksidator” dalam tembaga.
Logam-logam ini kurang aktf dibandingtembaga, yaitu agak sukar teroksidasi. Logam-logam tersebut tidak masuk kedalam reaksi anoda, tapi mengendap pada dasar tangki elektrolisis dalam suat lumpur yang dinamakan lumpur anode. Nilai ekonomis dari lumpur anode kerap cukup untuk menutup biaya pemurnian tembaga secara elektrolisis.
Diantara benda-benda secara umum yang dipakai produksi hamper seluruhnya dengan proses elektrolisi adalah alkali, magnesium, alumunium, klor, flour, hydrogen peroksida dan natrium hidroksida. Tidaklah berlebihan jika dikatakan bahwa industry modern pada umumnya tidak dapat berfungsi tanpa tersedianya reaksi-reaksi elektrolisis (Ralph H Petrucci.1985).
Logam tembaga semakin hari makin banyak dibutuhakn untuk berbagai keperluan. Biasanya logam ini dikotori sekitar 1% oleh logm lain seperti besi, zink, perak, emas, dan platina (Syukri.1999).




BAB 3
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat dan bahan
            3.1.1 Alat
-          Tabung U
-          Adaptor
-          Elektroda Karbon
-          Eektroda Tembaga
-          Pipet Tetes
-          Tabung Reaksi
-          Tiang Statif
3.1.2 Bahan
-          KI 1%
-          Indikator Phenoftalein
-          FeCl3
-          CuSO4
-          Amilum
-          Aquadest
-          Batang Karbon
-          Batang Kawat (tembaga)

3.2 Prosedur Percobaan
            3.2.1 Elektrolisis larutan CuSO4 dengan katoda karbon dan anoda tembaga
-          Dimasukkan larutan CuSO4 kedalam tabung U
-          Dimasukkan kedua elektroda dalam tabung dengan sumber tegangan 24 V selama beberapa menit
-          Diputuskan arus listrik setelah beberapa menit
-          Diamati
3.2.2 Elektrolisis larutan CuSO4 dalam K (c) dan A (c)
-          Dimasukkan larutan CuSO4 kedalam tabung U
-          Dimasukkan kedua elektroda dalam tabung dengan sumber tegangan 24 V selama beberapa menit
-          Diputuskan arus listrik setelah beberapa menit
-          Diamati
3.2.3 Elektrolisis larutan KI 1% dengan K (c) dan A (c)
-          Dimasukkan larutan KI 1% kedalam tabung U
-          Dimasukkan kedua elektroda dalam tabung dengan sumber tegangan 24 V selama beberapa menit
-          Diputuskan arus listrik setelah beberapa menit
-          Diamati
-          Diambil 1 pipet dari katode
-          Ditambahkan 2 tetes pp dan diamati
-          Diambil 1 pipet dari katode
-          Ditambahkan 5 tetes FeCl3
-          Dan diamati
-          Diambi 1 pipet larutan dari anode
-          Ditambahkan 1 tetes amilum dan diamati




BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan
No
Perlakuan
Pengamatan
1
Elektrolisis larutan CuSO4 dengan K (c) dan A (tembaga)
-          Dimasukkan larutan CuSO4 kedalam tabung U
-          Dimasukkan kedua elektroda dalam tabung dengan sumber tegangan 24 V selama beberapa menit
-          Diputuskan arus listrik setelah beberapa menit
-          Diamati
-          (A) : Cu ® Cu2+ + 2e-
      (K) : Cu2+ + 2e- ® Cu
-          Setelah dialiri listrik (24V) membentuk endapan Cu yang mengendap di katoda
-          Anoda Cu secara perlahan terkikis (teroksidasi) menjadi ion Cu2+ yang larut
2
Eektrolisis larutan CuSO4­ dengan K (c) dan A (c)
-          Perlakuan sama seperti diatas
-          (A) : 2 H2O ® 4H+ + 4e+O2
(K) : Cu2+ + 2e ® Cu
-          Pada anoda, H2O membentuk gelembung O2, setelah dialiri listrik (24 V)
-          Pada katoda, terbentuk endapan Cu setelah dialiri listrik (24 V)
3
Elektroisis KI 1%  dengan K (c) dan A (c)
-          perlakuan sama
-          Diambil 1 pipet dari katode
-          Ditambahkan 2 tetes pp dan diamati
-          Diambil 1 pipet dari katode
-          Ditambahkan 5 tetes FeCl3
-          Dan diamati
-          Diambi 1 pipet larutan dari anode
-          Ditambahkan 1 tetes amilum dan diamati
-          (A) : 2I-  ® I2 + 2e-
-          (K) : 2H2O + 2e  ® 2OH- + H2
-          I2 mengalami oksidasi
-          H2O tereduksi menjadi H2
-          Setelah dialiri listrik 24V, pada anoda, laruatan yang semula menjadi bening. Sedangkan pada katoda, H2O tereduksi menjadi H2 sehingga mengahsilkan geembung H2.
-          Satu pipet larutan dari katoda ditambah 2 tetes indicator pp, warna yang semula bening menjadi biru lembayung
-          Satu pipet larutan dari katoda ditambahkan FeCl3 yang semula berwarna bening berubah menjadi kuning + endapan
-          Satu pipet larutan dari anoda ditambahkan amilum yang semula kuning, berubah menjadi hitam.

4.3  Pembahasan
Sebuah sel diman potensial luar yang berlawanan menyebabakan reaksi berlangsung dalam arah berlawanan secara spontan disebut sel elektrolisis. Sel seperti ini menggunakan energy listrik yang dihasilkan oleh rangaian luar untuk melakukan reaksi kimia yang sebetulnya tidak dapat berlangsung. Dalam sel elektrlosis, muatan positif ada di anda dan muatan negative ada di katodanya.
Sedangkan, sebuah sel elektrokimia yang beroperasi secara spontan disebut sel Galvani (sel volta). Sel seperti nin mengubah energy kimia menjadi energy listrik, yang dapat digunakan untuk melakukan kerja. Dalam sel Galvani, muatan positif ada di katoda dan muatan negative ada di anoda.
            Berdasarkan keadaan ion dalam wadahnya, electrolysis menjadi dua, yaitu lelehan dan larutan. Elektrolsis lelehan senyawa ion dapat dielektrolisis dalam keadaan cair atau menjadi lelehan. Suatu ion yang padat tidak dapat dielektrolisis, karena tidak mengandung ion bebas. Akan tetapi, jika dipanaskan sampai meleleh akan terurai jadi ion-ion positif (kation) akan tertark ke katoda dan ion negatife (anion) akan tertarik ke anoda. Untuk elektrolisis larutan elektrolit dalam air akan terurai jadi ion positif dan ion negative. Reaksi elektrolisis larutan tidak sama dengan lelehan, karena larutan terdapat pelarut (air). Air kadang bereaksi, baik pada katoda maun pada anoda. Reaksi pada katoda maupun anoda pada larutan memiliki beberapa ketentuan yaitu :
A.    Reaksi pada katode
1.      Katoda yang tergolongan dalam golongan utama, Al dan Mn yang direduksi adalah H2O
2H2O + 2e  ® 2OH- + H2
2.      Ion-ion logam selain diatas dapat direduksi
Mn+ + ne- ®  M
3.      Ion H+ dari asam direduksi menjadi gas hydrogen
2H+ + 2e- ® H2
4.      Jika yang dielektrolisi adalah larutan elektrolit, maka ion-ion pada no 1 dapat mengalami reaksi pada no 2.
B.     Reaksi pada anode
1.      Ion-ion yang mengandung atom dengan biloks maksimal seperti SO42- atau NO3-, yang teroksidasi adalah pelarut air terbentuk gas oksigen
2 H2O ® 4H+ + 4e+O2
2.      Ion-ion halide (X-), F-,Cl-, Br- dan I- dioksidasi menjadi halogen
2X-  ® X2 + 2e
3.      Ion-ion dari basa dioksidasi menjadi gas oksigen
4OH- ® 2H2O + 4e + O2
4.      Pda proses penyepuhan dan pemurnian logam, maka yang dipakai sebagai anode adalah suatu logam, sehingga anode mengalami oksidasi menjadi ion yang larut
M ®Mn+ + ne-
            Dalam elektrolisis, dikenal dengan elektroda inert dan non inert. Elektroda inert adalah elektroda yang sukar bereaksi. Contohnya Grafit,Pt dan Au. Sedangkan elektroda non inert adalah elektroda yang mudah beroksidasi. Contohnya I- dan Br-.
Pada percobaan pertama elektrolisis larutan CuSO4 dengan katoda (c) dan anoda (tembaga). Pada anoda terjadi reaksi Cu ® Cu2+ + 2e-. pada katode terjadi reaksi Cu2+ + 2e ® Cu. Setelah dialiri arus listrik (24V) pada katode terbentuk endapan Cu. Sedangkan pada anode, Cu secara perlahan-lahan terkikis menjadi ion Cu2+ yang larut
Berarti kedua elektroda yang digunakan merupakan elektroda inert pada larutan CuSO4, ion Cu2+ mengalami reduksi dikatode menjadi Cu, dan dianoda terbentuk gelembung gas O, karena dianoda terjadi reaksi oksidasi SO42- mengandung oksigen, sehingga yang teroksidasi adalah H2O dan menghasilkan gas O2 pada anoda. Arus listrik yang digunakan untuk mengubah energy listrik suatu voltmeter menjadi reaksi redoks.
Pada percobaaan kedua, elektrolisis larutan CuSo4 dengan katode (karbon) dan anode (karbon), pada anoda terjadi reaksi 2 H2O ® 4H+ + 4e+O2. Pada katode terjadi reaksi Cu2+ + 2e ® Cu. Setelah dialiri arus listrik pada katode terbentuk endapan Cu, sedangkan pada anode H2O menbentuk gelembung O2.
Tembaga awalnya berwarna kuning emas, tetapi tembaga mengalami pengikisan sehingga berubah menjadi warna perak. Ion-ion mengalamireduksi adalah Cu2+ menjadi Cu, karena Cu memiliki potensial reduksi lebih rendah dari pada H2O, dan Cu termauk golongan transisi sehingga yang direduksi adalah kationnya itu sendiri. Dikatoda terdapat logam Cu yang lebih banyak, karena logam Cu tersebut berasal dari 2 sumber, yaitu berasal dari elektrolit CuSO4 dan dari Cu. Yang terbentuk pada anoda yang dioksidasi adalah Cu, karena Cu merupakan elektrolit non inert yang hanya terjadi pada anoda, sehinnga anion yang dioksidasi adalah elektrodanya,
Pada percobaan ketiga, elektrolisis larutan KI 1% dengan K (c) dan A (c) . pada anode terjad reaksi 2I-  ® I2 + 2e-. pada katoda terjadi reaksi 2H2O + 2e  ® 2OH- + H2. Setelah dialiri arus listrik , pada anode, larutan yang semula bening menjadi kuning (I2 mengalami oksidasi). Sedangkan pada katode H2O tereduksi dan menghasilkan basa OH-, selain itu elektroda yang digunakan tidak inert, sehingga elektroda itu dapat diabaikan.
Satu pipet larutan dari katode ditambahkan 2 tetes indicator pp, warna yang semula bening menjadi biru lembayung. Penambahan indicator pp adalah untuk mengetahui adanya basa dalam katoda. Satu pipet larutan dari katoda ditambahkan FeCl3, yang semula berwarna bening berubah menjadi kunig + endapan. Fungsi pnambahaan FeCl3 sama dengan indicator pp, yaitu untuk mengetahui senyawa basa yang ada di katode. FeCl3 yang direaksikan akan membentuk endapan Fe(OH)3. Satu pipet dari larutan dari anode ditambahkan amilum, yang semula berwarna kuning berubah menjadi warna hitam. Fungsi penambahan amilum adalah untuk mengetahui adanya ion I- dalam anoda.
Elektrolisis digunakan dalam bidang industri dapat disebutkan 3 bidang industry yang menggunakan elektrolisis, yaitu produksi zat, pemurnian logam, dan penyepuhan.
a.       Produksi zat
Banyak zat kimia dibuat melalui elektrolisis, misalnya logam-logam alkali, magnesium, alumunium, fluorin, klorin, natrium hidroksida, natrium hipoklorofit, dan hydrogen peroksida.  Klorin dan natrium hidroksida dibuat dari elektrolisis larutan natrium klorida. Proses ini disebut proses klor-alkali dan merupakan proses industry yang sangat penting.
b.      Pemurnian logam
Contoh terpenting dalam bidang ini adalah pemurnian tembaga. Untuk membuat kabel listrik, digunakan tembaga murni, sebab adanya pengotor dapat mengurangi konduktivitas tembaga. Akibatnya, akan timbul banyak panas dan akan membahayakan penggunaannya. Perak, emas, platina, besi, dan zink biasanya merupakan pengotor pada tembaga. Perak, platina, dan emas mempunyai potensial lebih positif daripada tembaga. Dengan mengatur tegangan selama elektrolisis, ketiga logam tersebut tidak ikut larut. Dan ketiga logam tersebut akan terdapat pada lumpur anode. 
c.       Penyepuhan
Penyepuhan (electroplating) dimaksudkan untuk melindungi logam terhadap korosi atau untuk memperbaeki penampilan. Pada penyepuhan, logam yang akan disepuh dijadikan katode sedangkan penyepuhnya sebagai anode. Kedua electrode itu dicelupkan  ke dalam larutan garam dari logam penyepuh.
            Dalam percobaan, ada beberapa indicator-indiktor yang digunakan dan tujuan-tujuan dari indictor tersebut. Reksi antara KI dan indicator pp, penambahan indicator pp pada katode berungsi untuk mengetahui adanya basa OH- dalam katode karena K direduksi oleh air. Terjadi perubahan warna dari larutan bening menjadi tidak berwarna. Hal ini juga disebabkan nilai potensial reduksi air lebih rendah dibandingkan golongan SA(k+). Penambahan FeCl3 sama seperti indicator pp yang berfungsi untuk mengetahui adanya senyawa basa yang ada di katoda. FeCl3 yang direaksikan akan membentuk endapan Fe(OH)3.
            Untuk penambahan amilum pada larutan anoda adalah untuk engetahui adanya kandungan ion I- dengan adanya perubahan warna, yang semula berwarna bening menjadi hitam, karena kegunaan amilum dalam suatu indicator bereaksi dengan iodium, sehingga untuk membuktikan adanya kandungan iodium untuk indikator  amilum.
Reaksi Elektrode (reduksi)
Potensial Elektroda,E (volt)
Li+ (aq) + e « Li (s)
K+ (aq) + e « K (s)
Ba2+ (aq) + 2e «Ba (s)
Ca2+ (aq) + 2e « Ca (s)
Na+ (aq) + e «Na (s)
Mg2+ (aq) + 2e «Mg (s)
Al3+ (aq) + 3e «Al (s)
Mn2+ (aq) + 2e «Mn (s)
2H2O (l)+ 2e « 2OH- (aq) + H2 (g)
Zn2+ (aq) + 2e« Zn (s)
Cr3+ (aq) + 3e« Cr (s)
Fe2+ (aq) + 2e« Fe (s)
Cd2+ (aq) + 2e« Cd (s)
Ni2+ (aq) + 2e« Ni (s)
Co2+ (aq) + 2e« Co (s)
Sn2+ (aq) + 2e« Sn (s)
Pb2+ (aq) + 2e« Pb (s)
2H+(aq) + 2e « H2 (g)
Cu2+ (aq) + 2e« Cu (s)
2H2O (l) + O2 (g) + 4e  « 4OH- (aq)
I2 (s) + 2e « 2I- (aq)
Fe3+ (aq) + e+ « Fe2+ (aq)
Hg22+ ( aq) + 2e « Hg (l)
Ag+ (aq) + e « Ag (s)
Hg2+ ( aq) + 2e « Hg (l)
No3_ (aq) + 4H+ (aq) + 3e « NO (aq) + 2H2O (l)
-3,04
-2,92
- 2,90
- 2,87
- 2,71
- 2,37
- 1,66
- 1,18
- 0,83
- 0,76

-          0,74
-          0.44
-          0,40
-          0,28
-          0,28
-          0,14
-          0,13

0,00
+ 0,34
+ 0,40
+ 0,54
+ 0,77
+ 0,79
+ 0,80
+ 0,85
+ 0,96




BAB 5
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
-          Dalam elektrokimia (sel volta), reaksi redoks spontan digunakan sebagai sumber listrik, katoda (+) dan anoda (-). Sedangkan dalam elektrolisis, listrik digunakan untuk melangsungkan reaksi redoks tak spontan, katoda (-) dan anoda (+).
-          Beberapa kegunaan elektrolisis :
1.      Dapat memperoleh unsur-unsur loga, halogen, gas hydrogen dan gas oksigen
2.      Dapat menghitung konsentrasi ion logam dalam suatu larutan
3.      Digunakan dalam pemurnian suatu logam
4.      Salah satu proses elektrolisis yang popular adalah penyepuhan, yaitu melapisi permukaan suatu logam dengan logam yang lainnya
-          Dalam reaksi elektrolisis, pada anoda terjadi reaksi oksidasi yakni reaksi pelepasan electron, sedangkan pada katoda terjadi reaksi reduksi yakni reaksi penangkapan elektron.
-          Faktor-faktor yang mempengaruhi elektrolisis antara lain konsentrasi (keaktifan) elektrolit yang berbeda, komposisi kimia electrode yang berbeda, electrode inert tak aktif, dan elektroda tidak inert
5.2 Saran
-          Dalam percobaan elektrolisis, eektroda karbon dapat diganti dengan elektroda Pt dan Au yang sama-sama tergolong sebagai elektroda inert.



DAFTAR PUSTAKA


Oxtoby, David.W.2001.Kimia Modern.Erlangga : Jakarta
Petrucci, Ralp. H.1985.Kimia untuk Universitas. Erlangga : Jakarta
S.Syukri.1999.Kimia Dasar 3.ITB : Bandung






 
           



No comments:

Post a Comment