BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar
beakang
Reaksi kimia dapat ditimbulkan oeh arus listrik,
sebaiknya reaksi kimia dapat dipakai untuk menghasilkan arus listrik.
Elektolisis merupakan proses dengan mana reaksi redoks yang tidak bisa
berlangsung spontan. Untuk ebih memahami apakah sebenarnya eektroisis itu dapat
dilihat pada proses pengisian aki. Dalam proses pengisian aki tersebut dapat
disimpulkan bahwa apabila kedalam suatu larutan elektrolit dialiri arus listrik
searah maka akan terjadi reaksi kimia, yaitu penguraian atas elektrolit tadi.
Peristiwa penguraian (reaksi kimia) oleh arus searah itulah yang disebut
eektrolisis. Sedangkan sel dimana terjadinya reaksi tersebut disebut sel
elektrolisis. Sel elektrolisis terdiri dari larutan yang dapat menghantarkan
listrik disebut elektrolit, dan dua buah elektroda yang berfungsi sebagai
katoda dan anoda.
Reaksi elektrolisis terdiri dari reaksi katode, yaitu
reduksi dan reaksi anode, yaitu oksidasi. Spesi apa saja yang terlibat dalam
reaksi katode dan anode bergantung pada potensial elektroda dari spesi
tersebut, dengan ketentuan spesi yang mengalami reduksi di katode adalah spesi
yang potensial oksidasinya paling besar.
Berdasarkan ketentuan tersebut, kita dapat meramalkan
reaksi-reaksi elektrolisis. Namun demikian, peru juga dipahami bahwa potensial
electrode juga dipengaruhi konsentrasi dan jenis elektrodenya. Oleh karena itu,
percobaan ini dilakukan untuk mengetahui proses dan manfaat dari proses
elektrolisis
1.2 Tujuan
percobaan
-
mengetahiu perbedaan elektroisis dan elektrokimia
-
mengetahui beberapa kegunaan elektrolisis
-
mengetahui perbedaan katoda dan anoda dalam reaksi
elektrolisis
-
mengetahui factor yang mempengaruhi elektrolisi
BAB 2
TINJAUAN
PUSTAKA
Reaksi
tembaga dengan larutan ion perak dalam air berlangsung spontan dan
takreversibel. Dengan demikian DG<0,
walaupun pada titik ini magnitudonya tidak diketahui. Karena tidak ada kerja
yang dihasilkan, hukum pertama termodinamika menyebutkan bahwa seluruh
perubahan energi muncul sebagai perubahan kalor.
Reaksi
yang sama ini dapat dilakukan dengan amat berbeda tanpa pernah membawa kedua
reaktan kontak langsung satu dengan lainnya jika sebuah sel galvani (sebuah
aki) dibuat oleh mereka. Sebuah lembaran tembaga dimasukan sebagian kedalam
larutan Cu(NO3)2 dan sebuah lembaran perak dalam sebuah
larutan AgNO3, seperti dimasukan sebagian dalam gambar. Kedua
larutan dihubungkan oleh sebuah jembatan garam, yang merupakan tabung berbentuk
U terbalik yang berisi laruatan garam seperti NaNO3. ujung jembatan
ditutup dengan penyumbat berpori yangmenghindarkan kedua larutan bercampur
tetapi memungkinkan ion lewat. Kedua lembaran logam dihubungkan ke amperemeter,
sebuah alat yang mengukur arah dan magnitude arus listrik yang melaluinya
Jika
tembaga dioksida disisi kiri, ion Cu2+ masuk ke larutan. Electron
yang dilepaskan pada reaksi melewati rangkaian luar dari kiri ke kanan, seperti
digambarkan oleh perubahan jarum ampermeter. Electron masuk ke lembaran perak
dan, pada antar muka logam larutan elektron diikat oleh ion Ag+,
sebagai atom yang melapisi pada permukaan perak. Proses ini akan menyebabkan
kenaikan muatan positif dalam gelas piala sebelah kiri dan menurunkan muatan di
gelas piala sebelah kanan, tetapi tidak untuk jembatan garam. Jembatan
memungkinkan aliran netto ion positif ke gelas piala sebelah kanan dan ion
negative ke gelas piala sebelah kiri, yang menjaga netralitas muatan disetiap
sisi.
Reaksi oksidasi – reduksi ini terdiri dari dua setengah reaksi yang
terpisah. Setengah reaksi oksidasi di gelas piala sebelah kiri adalah :
Cu
(s) ® Cu2+ (aq) + 2e-
Dan setengah
reaksi reduksi di gelas piala sebelah kanan adalah
Ag+
(aq) + 2e- ® Ag (s)
(David W.
Oxtoby, 2001).
Mengikuti apa yang dikatakan Michael
Faraday, para ahli kimia menyebut sisi berlangsungnya oksidasi dalam sel
elektrokimia sebagai anoda dan sisi berlangsungnya reduksi sebagai katoda.
Dalam sel Galvani seperti yang baru saja di diskusikan, tembaga adalah anoda
(karena dioksidasi) dan perak adalah katoda (karena Ag+ direduksi).
Electron-elektron mengalir pada rangkaian luar
dari anoda ke katoda. Dalam larutan ion positif dan negative keduanya
bebas untuk bergerak. Didalam sebuah sel elektrokimia, ion-ion negative (anion)
bergerak menuju anoda, dan ion positif (kation) bergerak ke katoda.
Reaksi kimia netto dalam sel Galvani
dalam sederhana ini (Cu|Cu2+||Ag+|Ag) sama dengan yang
berlangsung jika sebuah lembaran tembaga ditempatkan dalam larutan perak nitrat
dalam air, tetapi ada perbedaan penting dalam prosesnya. Karena komponen reaksi
dipisahkan kedalam dua tempat, sementara kontinuitas listrik dijaga,
perpindahan langsung electron dari atom tembaga ke ion perak dihindari, dan
mereka dipaksa berjalan melalui rangkaian luar (kawat) sebelum akhirnya
melakukan pengaruh netto yang sama. Arus electron yang melalui kawat dapat
diguanakan untuk berbagai tujuan. Sebagai contoh, jika sebuah lampu bohlam
ditempatkan dalam rangkaian listrik, arus yang melewatinya akan mengakibatkan
bohlam menyala (David W. Oxtoby, 2001).
Sel
galvani
Seperti telah dinyatakan bahwa sel
galvani adalah alat yang dapat mengubah energy kimia menjadi listrik. Untuk
sampai kepada sel galvani, perhatikanlah beberapa percobaan berikut ini. Jika
sebatang logam dicelupkan kedalam larutan ion logam tersebut, terjadi
kesetimbangan antara logam dengan larutan ion lainnya. Contoh logam tembaga
(Cu) dicelupkan ke dalam larutan CuSO4, da logam seng (Zn)
dicelupkan kedalam larutan ZnSO4. Pada kedua system ini tidak
terlihat adanya perubahan tetapi sebenarnya ada kesetimbangan :
Cu2+
(aq) + 2e- ® Cu (s)
Zn2+
(aq) + 2e ®
Zn (g)
Artinya, searah
terima electron terjadi secara langsung dan bolak balik. Karena system dalam
keadaan setimbang maka mata tidak akan mampu melihat, baik pada batang logam
maupun dalam larutan.
Percobaan 2
Kemudian percobaan 1 dibalik, batang
Zn dicelupkan dalam larutan CuSO4, dan batang Cu dicelupkan kedalam
larutan ZnSO4. Pada batang Zn terlihat perubahan (reaksi), sedangkan
pada batang Cu tidak. Hal itu disebabkan oleh ion Cu2+ dapat
tereduksi dengan merampas electron logam Zn, sehinggan Zn teroksidasi. Reaksi
totalnya adalah :
Zn
(s) + Cu2+ (aq) ® Zn2+ (aq) + Cu (s)
Logam Cu dalam
larutan Zn2+ tidak bereaksi karena Zn2+ tidak dapat
merampas logam Cu,
Cu
(s) + Zn2+ (aq) ®
(Syukri.1999).
Sebuah seliih potensial listrik, Dg
antara dua titik dalam rangkaian yang menyebabkan electron mengalir, sama
seperti selisih potensial gravitas antara dua titik di permukaan bumi yang
menyebabakan air mengalir ke bawah. Selisih potensial listrik ini, atau
tegangan sel, dapat diukur dengan sebuah alat yang disebut volt meter yang
diletakkan di rangkaian luar. Tegangan yang diukur dalam sel galvani tergantung
pada magnitude arus yang melewati sel, dan tegangan jatuh jika arus terlalu besar.
Tegangan sel interistik (nilainya pada arus nol) dapat diukur dengan
menempatkan sumber tegangan variable dalam rangkaian luar sedemikian rupa
sehingga potensialnya DGekst melawan selisih potensial listrik sel elektrokimia. Selisih potensial netto adalah
DGnet
= DG
-D
Gekst
DG
dapat diukur dengan mengatur D Gekst
sampai Gnet menjadi nol, pada titik arus melalui
rangkaian juga mengalami turun menjadi nol. Jika D Gekst dijaga sedikit dibawah D G,
selisih potensial netto menjadi kecil dan fungsi sel mendekati reversible,
engan hanya arus kecil dan kecepatan reaksi yang lambat di elektroda (David W.
Oxtoby, 2001).
Potensial
elektroda
Kita mengetahui bahwa sel Galvani
terdri dari dua elektroda yang disebut juga setengah-sel, yaitu anoda dan
katoda. Suatu elektroda mempunyai potensial tertentu yang disebut potensial
elektroda. Suatu elektroda mengandung partikel (ion atau molekul) yang dapat
menarik electron, atau cenderung tereduksi. Kekuatan tarikan itu disebut
potensial reduksi, yamg nilainya tidak sama antara suatu elektroda dengan yang
lainnya.
Menghitung
potensial sel
Potensial sel dalam keadaan standar
dapat dihitung dari potensial elektroda standar. Setiap elektroda cenderung
menarik electron kearahnya, dan yang menang adalah potensial reduksinya lebih
besar. Elektroda kuat akan menerma electron dan menjadi katoda, sedang yang
lain terpaksa memberikan electron menjadi anoda. Potensial sel merupakan
selisih dari daya tarik yang kuat dengan yang lemah, yaitu selisih potensial
rediksi katoda dan anoda.
Esel
= Ekat – Eanod
Cara
menentukan katoda dan anoda serta sel adalah sebagai berikut :
1.
tuliskan reaksi reduksi kedua elektroda pemberian nlai
potensialnya
2.
sebagai katoda adalah yang besar potensiareduksinya dan
tuliskan raksi oksidasi (dengan membalik reaksi reduksi) serta oks-nya
3.
kalikan reaksi degan bilangan bulat agar jumlah
electron yang diterima sama dengan yang dilepaskan, sedangkan nilai potensial
elektroda tetap (tidak dapat dikalikan)
4.
tuliskan reaksi redoks dari sel dengan rumus
E°sel
= E°red
- E°oks
(Syukri.1999).
Penggunaan penting dari elektrolisi
dalah dalam pemurniaan logam. Proses pemurnian logam biasanya menghasilkan
logam tembaga yang kurang murni untuk penggunaan secara lazim. Misalnya, adanya
arsenic dapat menurunkan konduktivitas listrik dari tembaga, sehingga hasilnya
kurang cocok untuk dibuat kawat dan konduktor listrik yang lain. Sebongkah
besar tembaga yang tidak murni sebagai anode dan sebuah lempeng dari tembaga
murni sebagai katode. Selam elektrolisis, tembaga dipindah secara terus-menerus
melalui larutan (sebagai CO2+) dari anode ke katode. Emas dan pera
biasanya ditemukan sebagai “pengoksidator” dalam tembaga.
Logam-logam ini
kurang aktf dibandingtembaga, yaitu agak sukar teroksidasi. Logam-logam
tersebut tidak masuk kedalam reaksi anoda, tapi mengendap pada dasar tangki
elektrolisis dalam suat lumpur yang dinamakan lumpur anode. Nilai ekonomis dari
lumpur anode kerap cukup untuk menutup biaya pemurnian tembaga secara
elektrolisis.
Diantara
benda-benda secara umum yang dipakai produksi hamper seluruhnya dengan proses
elektrolisi adalah alkali, magnesium, alumunium, klor, flour, hydrogen
peroksida dan natrium hidroksida. Tidaklah berlebihan jika dikatakan bahwa
industry modern pada umumnya tidak dapat berfungsi tanpa tersedianya
reaksi-reaksi elektrolisis (Ralph H Petrucci.1985).
Logam tembaga
semakin hari makin banyak dibutuhakn untuk berbagai keperluan. Biasanya logam
ini dikotori sekitar 1% oleh logm lain seperti besi, zink, perak, emas, dan
platina (Syukri.1999).
BAB
3
METODOLOGI
PERCOBAAN
3.1 Alat dan
bahan
3.1.1 Alat
-
Tabung U
-
Adaptor
-
Elektroda Karbon
-
Eektroda Tembaga
-
Pipet Tetes
-
Tabung Reaksi
-
Tiang Statif
3.1.2
Bahan
-
KI 1%
-
Indikator Phenoftalein
-
FeCl3
-
CuSO4
-
Amilum
-
Aquadest
-
Batang Karbon
-
Batang Kawat (tembaga)
3.2 Prosedur
Percobaan
3.2.1 Elektrolisis larutan CuSO4
dengan katoda karbon dan anoda tembaga
-
Dimasukkan larutan CuSO4 kedalam tabung U
-
Dimasukkan kedua elektroda dalam tabung dengan sumber
tegangan 24 V selama beberapa menit
-
Diputuskan arus listrik setelah beberapa menit
-
Diamati
3.2.2
Elektrolisis larutan CuSO4 dalam K (c) dan A (c)
-
Dimasukkan larutan CuSO4 kedalam tabung U
-
Dimasukkan kedua elektroda dalam tabung dengan sumber
tegangan 24 V selama beberapa menit
-
Diputuskan arus listrik setelah beberapa menit
-
Diamati
3.2.3
Elektrolisis larutan KI 1% dengan K (c) dan A (c)
-
Dimasukkan larutan KI 1% kedalam tabung U
-
Dimasukkan kedua elektroda dalam tabung dengan sumber
tegangan 24 V selama beberapa menit
-
Diputuskan arus listrik setelah beberapa menit
-
Diamati
-
Diambil 1 pipet dari katode
-
Ditambahkan 2 tetes pp dan diamati
-
Diambil 1 pipet dari katode
-
Ditambahkan 5 tetes FeCl3
-
Dan diamati
-
Diambi 1 pipet larutan dari anode
-
Ditambahkan 1 tetes amilum dan diamati
BAB
4
HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Pengamatan
No
|
Perlakuan
|
Pengamatan
|
1
|
Elektrolisis
larutan CuSO4 dengan K (c) dan A (tembaga)
-
Dimasukkan larutan CuSO4 kedalam tabung U
-
Dimasukkan kedua elektroda dalam tabung dengan sumber
tegangan 24 V selama beberapa menit
-
Diputuskan arus listrik setelah beberapa menit
-
Diamati
|
-
(A) : Cu ® Cu2+ + 2e-
(K) : Cu2+ + 2e-
®
Cu
-
Setelah dialiri listrik (24V) membentuk endapan Cu
yang mengendap di katoda
-
Anoda Cu secara perlahan terkikis (teroksidasi)
menjadi ion Cu2+ yang larut
|
2
|
Eektrolisis
larutan CuSO4 dengan K (c) dan A (c)
-
Perlakuan sama seperti diatas
|
-
(A) : 2 H2O ® 4H+ + 4e+O2
(K) : Cu2+ + 2e ® Cu
-
Pada anoda, H2O membentuk gelembung O2,
setelah dialiri listrik (24 V)
-
Pada katoda, terbentuk endapan Cu setelah dialiri
listrik (24 V)
|
3
|
Elektroisis KI
1% dengan K (c) dan A (c)
-
perlakuan sama
-
Diambil 1 pipet dari katode
-
Ditambahkan 2 tetes pp dan diamati
-
Diambil 1 pipet dari katode
-
Ditambahkan 5 tetes FeCl3
-
Dan diamati
-
Diambi 1 pipet larutan dari anode
-
Ditambahkan 1 tetes amilum dan diamati
|
-
(A) : 2I-
®
I2 + 2e-
-
(K) : 2H2O + 2e ® 2OH- + H2
-
I2 mengalami oksidasi
-
H2O tereduksi menjadi H2
-
Setelah dialiri listrik 24V, pada anoda, laruatan
yang semula menjadi bening. Sedangkan pada katoda, H2O tereduksi
menjadi H2 sehingga mengahsilkan geembung H2.
-
Satu pipet larutan dari katoda ditambah 2 tetes
indicator pp, warna yang semula bening menjadi biru lembayung
-
Satu pipet larutan dari katoda ditambahkan FeCl3
yang semula berwarna bening berubah menjadi kuning + endapan
-
Satu pipet larutan dari anoda ditambahkan amilum yang
semula kuning, berubah menjadi hitam.
|
4.3 Pembahasan
Sebuah sel diman potensial luar yang berlawanan menyebabakan reaksi
berlangsung dalam arah berlawanan secara spontan disebut sel elektrolisis. Sel
seperti ini menggunakan energy listrik yang dihasilkan oleh rangaian luar untuk
melakukan reaksi kimia yang sebetulnya tidak dapat berlangsung. Dalam sel
elektrlosis, muatan positif ada di anda dan muatan negative ada di katodanya.
Sedangkan, sebuah sel elektrokimia yang beroperasi secara spontan disebut
sel Galvani (sel volta). Sel seperti nin mengubah energy kimia menjadi energy
listrik, yang dapat digunakan untuk melakukan kerja. Dalam sel Galvani, muatan
positif ada di katoda dan muatan negative ada di anoda.
Berdasarkan
keadaan ion dalam wadahnya, electrolysis menjadi dua, yaitu lelehan dan
larutan. Elektrolsis lelehan senyawa ion dapat dielektrolisis dalam keadaan
cair atau menjadi lelehan. Suatu ion yang padat tidak dapat dielektrolisis,
karena tidak mengandung ion bebas. Akan tetapi, jika dipanaskan sampai meleleh
akan terurai jadi ion-ion positif (kation) akan tertark ke katoda dan ion
negatife (anion) akan tertarik ke anoda. Untuk elektrolisis larutan elektrolit
dalam air akan terurai jadi ion positif dan ion negative. Reaksi elektrolisis
larutan tidak sama dengan lelehan, karena larutan terdapat pelarut (air). Air
kadang bereaksi, baik pada katoda maun pada anoda. Reaksi pada katoda maupun
anoda pada larutan memiliki beberapa ketentuan yaitu :
A.
Reaksi pada katode
1.
Katoda yang tergolongan dalam golongan utama, Al dan Mn
yang direduksi adalah H2O
2H2O + 2e ® 2OH-
+ H2
2.
Ion-ion logam selain diatas dapat direduksi
Mn+ + ne- ® M
3.
Ion H+ dari asam direduksi menjadi gas
hydrogen
2H+ + 2e- ® H2
4.
Jika yang dielektrolisi adalah larutan elektrolit, maka
ion-ion pada no 1 dapat mengalami reaksi pada no 2.
B.
Reaksi pada anode
1.
Ion-ion yang mengandung atom dengan biloks maksimal
seperti SO42- atau NO3-, yang
teroksidasi adalah pelarut air terbentuk gas oksigen
2 H2O ® 4H+ + 4e+O2
2.
Ion-ion halide (X-), F-,Cl-,
Br- dan I- dioksidasi menjadi halogen
2X- ® X2
+ 2e
3.
Ion-ion dari basa dioksidasi menjadi gas oksigen
4OH- ® 2H2O + 4e + O2
4.
Pda proses penyepuhan dan pemurnian logam, maka yang
dipakai sebagai anode adalah suatu logam, sehingga anode mengalami oksidasi
menjadi ion yang larut
M ®Mn+ + ne-
Dalam elektrolisis, dikenal dengan
elektroda inert dan non inert. Elektroda inert adalah elektroda yang sukar
bereaksi. Contohnya Grafit,Pt dan Au. Sedangkan elektroda non inert adalah
elektroda yang mudah beroksidasi. Contohnya I- dan Br-.
Pada
percobaan pertama elektrolisis larutan CuSO4 dengan katoda (c) dan
anoda (tembaga). Pada anoda terjadi reaksi Cu ® Cu2+ + 2e-.
pada katode terjadi reaksi Cu2+ + 2e ® Cu. Setelah dialiri arus
listrik (24V) pada katode terbentuk endapan Cu. Sedangkan pada anode, Cu secara
perlahan-lahan terkikis menjadi ion Cu2+ yang larut
Berarti
kedua elektroda yang digunakan merupakan elektroda inert pada larutan CuSO4,
ion Cu2+ mengalami reduksi dikatode menjadi Cu, dan dianoda
terbentuk gelembung gas O2, karena dianoda terjadi reaksi oksidasi
SO42- mengandung oksigen, sehingga yang teroksidasi
adalah H2O dan menghasilkan gas O2 pada anoda. Arus
listrik yang digunakan untuk mengubah energy listrik suatu voltmeter menjadi
reaksi redoks.
Pada percobaaan
kedua, elektrolisis larutan CuSo4 dengan katode (karbon) dan anode
(karbon), pada anoda terjadi reaksi 2 H2O ® 4H+ + 4e+O2.
Pada katode terjadi reaksi Cu2+ + 2e ® Cu. Setelah dialiri arus
listrik pada katode terbentuk endapan Cu, sedangkan pada anode H2O
menbentuk gelembung O2.
Tembaga
awalnya berwarna kuning emas, tetapi tembaga mengalami pengikisan sehingga
berubah menjadi warna perak. Ion-ion mengalamireduksi adalah Cu2+
menjadi Cu, karena Cu memiliki potensial reduksi lebih rendah dari pada H2O,
dan Cu termauk golongan transisi sehingga yang direduksi adalah kationnya itu
sendiri. Dikatoda terdapat logam Cu yang lebih banyak, karena logam Cu tersebut
berasal dari 2 sumber, yaitu berasal dari elektrolit CuSO4 dan dari
Cu. Yang terbentuk pada anoda yang dioksidasi adalah Cu, karena Cu merupakan
elektrolit non inert yang hanya terjadi pada anoda, sehinnga anion yang
dioksidasi adalah elektrodanya,
Pada
percobaan ketiga, elektrolisis larutan KI 1% dengan K (c) dan A (c) . pada
anode terjad reaksi 2I- ® I2
+ 2e-. pada katoda terjadi reaksi 2H2O + 2e ® 2OH- + H2. Setelah dialiri arus
listrik , pada anode, larutan yang semula bening menjadi kuning (I2
mengalami oksidasi). Sedangkan pada katode H2O tereduksi dan
menghasilkan basa OH-, selain itu elektroda yang digunakan tidak
inert, sehingga elektroda itu dapat diabaikan.
Satu
pipet larutan dari katode ditambahkan 2 tetes indicator pp, warna yang semula
bening menjadi biru lembayung. Penambahan indicator pp adalah untuk mengetahui
adanya basa dalam katoda. Satu pipet larutan dari katoda ditambahkan FeCl3,
yang semula berwarna bening berubah menjadi kunig + endapan. Fungsi pnambahaan
FeCl3 sama dengan indicator pp, yaitu untuk mengetahui senyawa basa
yang ada di katode. FeCl3 yang direaksikan akan membentuk endapan
Fe(OH)3. Satu pipet dari larutan dari anode ditambahkan amilum, yang
semula berwarna kuning berubah menjadi warna hitam. Fungsi penambahan amilum
adalah untuk mengetahui adanya ion I- dalam anoda.
Elektrolisis
digunakan dalam bidang industri dapat disebutkan 3 bidang industry yang
menggunakan elektrolisis, yaitu produksi zat, pemurnian logam, dan penyepuhan.
a.
Produksi zat
Banyak
zat kimia dibuat melalui elektrolisis, misalnya logam-logam alkali, magnesium,
alumunium, fluorin, klorin, natrium hidroksida, natrium hipoklorofit, dan
hydrogen peroksida. Klorin dan natrium
hidroksida dibuat dari elektrolisis larutan natrium klorida. Proses ini disebut
proses klor-alkali dan merupakan proses industry yang sangat penting.
b.
Pemurnian logam
Contoh
terpenting dalam bidang ini adalah pemurnian tembaga. Untuk membuat kabel
listrik, digunakan tembaga murni, sebab adanya pengotor dapat mengurangi
konduktivitas tembaga. Akibatnya, akan timbul banyak panas dan akan
membahayakan penggunaannya. Perak, emas, platina, besi, dan zink biasanya
merupakan pengotor pada tembaga. Perak, platina, dan emas mempunyai potensial
lebih positif daripada tembaga. Dengan mengatur tegangan selama elektrolisis,
ketiga logam tersebut tidak ikut larut. Dan ketiga logam tersebut akan terdapat
pada lumpur anode.
c.
Penyepuhan
Penyepuhan
(electroplating) dimaksudkan untuk melindungi logam terhadap korosi atau untuk
memperbaeki penampilan. Pada penyepuhan, logam yang akan disepuh dijadikan
katode sedangkan penyepuhnya sebagai anode. Kedua electrode itu dicelupkan ke dalam larutan garam dari logam penyepuh.
Dalam percobaan, ada beberapa
indicator-indiktor yang digunakan dan tujuan-tujuan dari indictor tersebut.
Reksi antara KI dan indicator pp, penambahan indicator pp pada katode berungsi
untuk mengetahui adanya basa OH- dalam katode karena K direduksi
oleh air. Terjadi perubahan warna dari larutan bening menjadi tidak berwarna.
Hal ini juga disebabkan nilai potensial reduksi air lebih rendah dibandingkan
golongan SA(k+). Penambahan FeCl3 sama seperti
indicator pp yang berfungsi untuk mengetahui adanya senyawa basa yang ada di
katoda. FeCl3 yang direaksikan akan membentuk endapan Fe(OH)3.
Untuk penambahan amilum pada larutan
anoda adalah untuk engetahui adanya kandungan ion I- dengan adanya
perubahan warna, yang semula berwarna bening menjadi hitam, karena kegunaan
amilum dalam suatu indicator bereaksi dengan iodium, sehingga untuk membuktikan
adanya kandungan iodium untuk indikator
amilum.
Reaksi
Elektrode (reduksi)
|
Potensial
Elektroda,E (volt)
|
Li+
(aq) + e «
Li (s)
K+
(aq) + e «
K (s)
Ba2+
(aq) + 2e «Ba
(s)
Ca2+
(aq) + 2e «
Ca (s)
Na+
(aq) + e «Na
(s)
Mg2+
(aq) + 2e «Mg
(s)
Al3+
(aq) + 3e «Al
(s)
Mn2+
(aq) + 2e «Mn
(s)
2H2O (l)+ 2e «
2OH- (aq) + H2 (g)
Zn2+
(aq) + 2e«
Zn (s)
Cr3+
(aq) + 3e«
Cr (s)
Fe2+
(aq) + 2e«
Fe (s)
Cd2+
(aq) + 2e«
Cd (s)
Ni2+
(aq) + 2e«
Ni (s)
Co2+
(aq) + 2e«
Co (s)
Sn2+
(aq) + 2e«
Sn (s)
Pb2+
(aq) + 2e«
Pb (s)
2H+(aq)
+ 2e «
H2 (g)
Cu2+
(aq) + 2e«
Cu (s)
2H2O
(l) + O2 (g) + 4e «
4OH- (aq)
I2
(s) + 2e «
2I- (aq)
Fe3+
(aq) + e+ « Fe2+ (aq)
Hg22+
( aq) + 2e «
Hg (l)
Ag+
(aq) + e «
Ag (s)
Hg2+
( aq) + 2e «
Hg (l)
No3_
(aq) + 4H+ (aq) + 3e « NO (aq) + 2H2O (l)
|
-3,04
-2,92
-
2,90
-
2,87
-
2,71
-
2,37
-
1,66
-
1,18
-
0,83
-
0,76
-
0,74
-
0.44
-
0,40
-
0,28
-
0,28
-
0,14
-
0,13
0,00
+
0,34
+
0,40
+
0,54
+
0,77
+
0,79
+
0,80
+
0,85
+
0,96
|
BAB
5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
-
Dalam elektrokimia (sel volta), reaksi redoks spontan
digunakan sebagai sumber listrik, katoda (+) dan anoda (-). Sedangkan dalam
elektrolisis, listrik digunakan untuk melangsungkan reaksi redoks tak spontan,
katoda (-) dan anoda (+).
-
Beberapa kegunaan elektrolisis :
1.
Dapat memperoleh unsur-unsur loga, halogen, gas
hydrogen dan gas oksigen
2.
Dapat menghitung konsentrasi ion logam dalam suatu
larutan
3.
Digunakan dalam pemurnian suatu logam
4.
Salah satu proses elektrolisis yang popular adalah
penyepuhan, yaitu melapisi permukaan suatu logam dengan logam yang lainnya
-
Dalam reaksi elektrolisis, pada anoda terjadi reaksi
oksidasi yakni reaksi pelepasan electron, sedangkan pada katoda terjadi reaksi
reduksi yakni reaksi penangkapan elektron.
-
Faktor-faktor yang mempengaruhi elektrolisis antara
lain konsentrasi (keaktifan) elektrolit yang berbeda, komposisi kimia electrode
yang berbeda, electrode inert tak aktif, dan elektroda tidak inert
5.2 Saran
-
Dalam percobaan elektrolisis, eektroda karbon dapat
diganti dengan elektroda Pt dan Au yang sama-sama tergolong sebagai elektroda
inert.
DAFTAR
PUSTAKA
Oxtoby,
David.W.2001.Kimia Modern.Erlangga : Jakarta
Petrucci,
Ralp. H.1985.Kimia untuk Universitas. Erlangga : Jakarta
S.Syukri.1999.Kimia
Dasar 3.ITB : Bandung
No comments:
Post a Comment