Selamat Datang

Semoga blog ini bermanfaat, oleh Ita Trie Wahyuni
"Seorang PEMENANG tidak akan pernah MENYERAH, karena hanya yang MENYERAH tidak akan pernah MENANG"

Wednesday, October 3, 2012

Laporan Kimia Dasar II Aldehida dan Keton


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1              Latar Belakang
Aldehid dan keton merupakan dua dari kelompok senyawa organik yang mengandung gugus karbonil. Rumus umum aldehid dan keton adalah sebagai berikut :


           
Dari rumus umum diatas, dapat dikatakan bahwa suatu keton memiliki dua gugus alkyl (aril) yang terikat pada karbon karbonil, sedangkan aldehid memiliki setidaknya satu atom H yang terikat pada karbon karbonilnya, gugus lain (R dalam rumus) dapat berupa alkyl, aril atau H. karena aldehid dan keton tidak mengandung hidrogen yang terikat pada oksigen maka tidak dapat terjadi ikatan hidrogen seperti pada alkohol. Sebaliknya aldehid dan keton adalah polar dan dapat membentuk gaya tarik menarik elektrostatik yang relatif kuat antara molekulnya, bagian dari sebuah molekul akan tertarik pada bagian negatif dari molekul yang lain.
Walaupun aldehida dan keton tidak dapat membentuk ikatan hidrogen, senyawa-senyawa ini dapat membentuk ikatan hidrogen dengan atom hidrogen dan air atau alkohol, karena adanya ini kelarutan aldehida dan keton dalam air sejajar dengan alkohol.
            Aldehida dan keton dapat dibedakan dengan cara mengoksidasinya dengan suatu zat pengokisidasi kuat, seperti kalium permanganate, kromat maupun pengoksidasi lemah seperti pereaksi Tollens, Fehling ataupun Benedict. Aldehida akan dioksidasi menghasilkan suatu asam karboksilat. Sedangkan keton tidak dapat dioksidasi.
            Oleh karena itu, percobaan ini dilakukan untuk membedakan senyawa aldehida dan keton dengan cara uji Tollens dan Fehling. Pada aseton, fruktosa, glukosa, galaktosa, dan aldehida. Serta mengamati terjadinya reaksi atau tidak pada percobaan yang telah dilakukan.

1.2  Tujuan Percobaan
-          Mengetahui perbedaan dan persamaan senyawa ladehida
-          Mengetahui terjadinya reaksi atau tidak pada percobaan yang dilakukan
-          Untuk mengetahui fungsi fehling AB dan tollens terhadap senyawa aldehida dan keton

























BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

            Aldehida dan keton adalah keluarga besar dari senyawa organik yang merasuk kedalam kehidupan sehari – hari. Senyawa – senyawa ini menimbulkan bau wangi pada banyak buah – buahan dan parfum mahal. Contohnya, sinamaldehida (suatu aldehida) menyebabkan au kayu manis (sinamon), dan siveton (suatu keton) yang digunkan untuk bau musky (menyengat, sumber asli dari semacam rusa) pada banyak parfum. Formaldehida merupakan komponen dari berbagai material dalam bangunan rumah. Keton testoteron dan estron banyak dikenal sebagai hormon yang menimbulkan ciri seksual. Selain itu, kimiawi aldehida dan keton berperanan penting dalam cara kita mencerna makanan dan bahkan dalam cara kita dapat melihat tulisan di halaman ini (kimiawi penglihatan). Jadi, apa itu aldehida dan keton ?



           











Aldehida dan keton dicirikan oleh adanya gugus karbonil, yang barangkali merupakan gugus fungsi paling penting dalam kimia organik. Aldehida memiliki sedikitnya satu atom hidrogen melekat pada atom karbon karbonil. Gugus sisanya dapat berupa atom hidrogen lain atau gugus organik alifatik atau aromatik. Gugus   –CH=O yang merupakan ciri dari aldehida sering disebut gugus formil. Pada keton, atom karbon karbonilnya terhubung dengan dua atom atau karbon lain. Akan kita lihat bahwa gugus karbonil muncul dalam banyak senyawa organik termasuk asam karboksilat.

 




1.1              Tata Nama Aldehida dan Keton
Dalam sistem IUPAC, akhiran penciri untuk aldehida ialah –al (dari suku kata pertama aldehida). Contoh berikut mengilustrasikan sistem ini :





           
Nama umum yang dituliskan dibawah nama IUPAC sering digunakan, sehingga anda harus mempelajarinya.
            Dalam sistem IUPAC, akhiran untuk keton ialah –on (dari suku kata terakhiran keton). Rantai dinomori sehingga karbon karbonil memiliki nomor terendah. Nama umum keton dibentuk dengan menambahkan kata keton pada nama gugus alkil atau aril yang melekat pada karbon karbonil. Dalam kasus lain, nama tradisional masih digunakan. Contoh berikut mengilustrasikan cara ini :





1.2              Beberapa Aldehida dan Keton yang sering dijumpai
-          Formaldehida, yaitu aldehida paling sederhana, dibuat secara besar – besaran melalui oksidasi metanol. Produksi dunia tahunan mencapai lebih dari 4 miliar kg. formaldehida berwujud gas (td – 21oc), tetapi gas ini tidak dapat disimpan dalam keadaan bebas karena akan mudah berpolimerisasi.
-          Asetaldehida mendidih didekat suhu kamar (td 20oc).
Senyawa ini dibuat terutama melalui oksidasi etilena dengan bantuan katalis paladium – tembaga. Sekitar setengah dari asetaldehida yang diproduksi setiap tahun dioksidasi menjadi asam asetat. Sisanya digunakan untuk produksi 1-butanol dan bahan kimia komersial lainnya.
-          Aseton, yaitu keton paling sederhana, juga diproduksi secara besar – besaran, sekitar 2 miliar kg setiap tahun. Metode yang paling sering digunakan untuk sintesis komersialnya ialah oksidasi propena, oksidasi isopropil alkohol, dan oksidasi isopropil.
-          Kuinon, merupakan golongan senyawa karbonil yang unik. Senyawa ini merupakan diketon terkonjugasi siklik. Contoh paling sederhana ialah 1,4 –benzokuinon. Semua kuinon berwarna dan banyak diantaranya berupa pigmen alami yang digunakan sebagai zat warna. Alizarin ialah kuinon berwarna jingga – merah yang digunakan untuk mewarnai mantel seragam merah tentara Inggris selama Revolusi Amerika. Vitamin K ialah kuinon yang diperlukan untuk pembekuan darah secara normal. (Harold, 2003)
1.3              Ttitik Didih
Aldehida dan keton dapat membentuk ikatan hidrogen antar – molekul karena tidak adanya gugus hidroksil (-ON). Dengan demikian titik didihnya lebih rendah dibandingkan alkohol padanannya. Tetapi, aldehida dan keton dapat saling tarik melalui antaraksi polar – polar, sehingga titik didihnya lebih tinggi dibanding alkana padanannya.gaya tarik tersebut menjelaskan bahwa semua aldehida dan keton dalam tabel 4.3 berwujud cair atau padat pada suhu kamar, kecuali formaldehida, yaitu gas yang berbau menyengat.
1.4              Kelarutan Dalam Air
Aldehida dan keton dapat membentuk ikatan hidrogen dengan molekul air yang polar. Anggota deret yang rendah, yaitu formaldehida, asetaldehida, dan aseton, bersifat larut dalam air dalam segala perbandingan. Semakin panjang rantai karbon, kelarutan dalam air semakin menurun ; bila rantai karbon melebihi lima atau enam karbon, kelarutan aldehida dan keton dalam aiar sangat rendah. Sebagaimana kita duga, aldehida dan keton larut dalam pelarut nonpolar.
1.5              Pembuatan Aldehida dan Keton
Oksidasi dan Reduksi Dalam Kimia Organik
            Dalam kimia organik, jumlah oksigen dan hidrogen yang melekat pada karbon menyatakan derajat oksidasi senyawa tersebut. Semakin sedikit hirogen pada ikatan karbon – karbon, semakin teroksidasi ikatan itu. Misalnya, etana (suatu alkana) dapat melepaskan hidrogennya menjadi etana (suatu alkana) dan kemudian menjadi etuna (suatu alkuna). Lepasnya hidrogen ialah reaksi dehidrogenasi. Panas yang tinggi dan katalis biasanya diperlukan agar reaksi dehidrogenasi berlangsung. Karena lepasnya setiap molekul hidrogen melibatkan lepasnya dua elektron, maka etana adalah senyawa yang paling kurang teroksidasi dan etuna adalah yang paling teroksidasi.
            Oksidasi dalam kimia organik juga berkaitan dengan jumlah dan derajat oksidasi oksigen yang melekat pada karbon. Misalnya, metana, yaitu hidrokarbon jenuh, dapat dioksidasi secara bertahap menjadi karbon dioksida dengan mendapat oksigen dan melepas hidrogen bergantian. Metana dioksidasi menjadi metanol, kemudian menjadi formaldehida, lalu menjadi asam format, dan akhirnya menjadi karbon dioksida. Dalam deret tersebut, karbon dioksida adalah yang paling teroksidasi atau paling kurang tereduski, sedangkan alkana adalah yang paling kurang teroksidasi
OKSIDASI ALKOHOL
            Alkohol primer dapat dioksidasi menjadi aldehida, dan alkohol sekunder dapat dioksidasi menjadi keton. Alkohol tersier tak dapat dioksidasi karena tidak ada hidrogen yang dapat dilepas dan karbon pembawa gugus hidroksi. Oksidasi alkohol primer pada suhu sekitar metanol dan etanol dengan menghangatkannya pada suhu sekitar 50oC dengan Kalium Dikromat (K2Cr2O7) dalam suasana asam menghasilkan formaldehida dan asetaldehida. Oksidasi lanjutan tidak menjadi masalah bagi aldehida yang bertitik didih rendah, seperti asetaldehida, karena hasilnya dapat langsung disuling dari campuran reaksi segera setelah terbentuk. Oksidasi alkohol sekunder 2 – propanol dengan menghangatkannya dalam kalium dikromat bersuasana asam menghasilkan aseton.
1.6              Deteksi Aldehida
Kimiawan memanfaatkan kemudahan oksidasi aldehida dengan mengembangkan beberapa uji untuk mendeteksi gugus fungsi ini. Hasilnya mudah dilihat. Uji yang paling banyak digunakan untuk deteksi aldehida adalah uji Tollens, Benedict, dan Fehling.
            UJI TOLLENS
Pereaksi Tollens, pengoksidasi ringan yang digunakan dalam uji ini, adalah larutan basa dari perak nitrat. Larutannya jernih dan tak berwarna. Untuk mencegah pengendapan ion perak sebagai oksidasi (Ag2O) pada suhu tinggi, ditambahkan beberapa tetes larutan amonia. Amonia membentuk kompleks marut air dengan ion perak :
Ag+ + 2NH3                     [Ag(NH3)2]+
            Jika aldehida dioksidasi dengan pereaksi Tollens, terbentuk asam karboksilat, dan pada saat itu ion perak. Contohnya, asetaldehida dioksidasi menjadi asam asetat. Perak biasanya mengendap sebagai cermin pada permukaan dalam tabung reaksi.
            Karena aldehida teroksidasi menjadi asam karboksilat, senyawa ini adalah pereduksi. Ion perak tereduksi menjadi logam perak; senyawa ini adalah pengoksidasi. Cermin sering dilapisi perak oleh pereaksi Tollens. Proses niaga menggunakan glukosa atau formaldehida sebagai pereduksi.
            UJI BENEDICT dan FEHLING
            Peraksi Benedict dan Fehling adalah larutan basa berwarna biru dari tembaga sulfat yang susunannya agak berbeda. Jika aldehida dioksidasi dengan pereaksi Benedict dan Fehling, diperoleh endapan tembaga oksidasi (Cu2O) yang merah cerah. Aldehida teroksidasi menjadi asam asetat ; ion Cu2+ tereduksi menjadi Cu+.
            ALFA – HIDROKSI KETON
            Keton tidak teroksidasi oleh pengoksidasi ringan seperti larutan Tollens dan Benedict. Tetapi, keton yang mempunyai gugus karbonil melekat pada karbon pembawa gugus hidroksil, memberikan uji positif dengan pereaksi Tollens, Benedict dan Fehling. Senyawa ini disebut alfa-hidroksi aldehida dan alfa-hidroksi keton, dengan rumus umum :





    α-Hidroksi aseton                                         α-Hidroksi keton
(Wi Ibraham, 1981)



















BAB 3
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan
3.1.1  Alat
          -   Tabung reaksi
          -   Rak tabung reaksi
          -   Pipet tetes
          -   Water bath
3.1.2  Bahan
          -   CuSO4 0,1M
          -   NaOH 1M
          -   Fehling B 1M
          -   AgNO3 0,1M
          -   NH4OH 0,1M
          -   Aseton
          -   Fruktosa
          -   Glukosa
          -   Galaktosa
          -   Asetaldehida
          -   Aquades

3.2 Prosedur Percobaan
3.2.1  Uji Fehling terhadap aseton
          -   Dimasukkan 5 tetes CuSO4 kedalam tabung
          -   Ditambahkan 5 tetes NaOH
          -   Ditambahkan 10 tetes Fehling B
          -   Dipanaskan ± 2 menit didalam water bath
          -   Diamati perubahan yang terjadi

3.2.2  Uji Fehling terhadap fruktosa, glukosa, galaktosa, asetaldehida
          -   Dimasukkan 5 tetes CuSO4 kedalam tabung
          -   Ditambahkan 5 tetes NaOH
          -   Ditambahkan 10 tetes Fehling B
          -   Ditambahkan 1 pipet fruktosa
          -   Diulangi dengan mengganti fruktosa dengan glukosa, galaktosa dan asetaldehida
          -   Dipanaskan ± 2 menit didalam water bath
          -   Diamati perubahan yang terjadi
3.2.3  Uji Tollens terhadap aseton
          -   Dimasukkan 5 tetes AgNO3 ke dalam tabung
          -   Ditambahkan 5 tetes NH4OH
          -   Ditambahkan 1 pipet aseton
          -   Dipanaskan ± 2 menit dalam water bath
          -   Diamati perubahan yang terjadi
3.2.4  Uji Tollens terhadap fruktosa, glukosa, galaktosa dan asetaldehida
          -   Dimasukkan 5 tetes AgNO3 kedalam tabung
          -   Ditambahkan 5 tetes NH4OH
          -   Ditambahkan 1 pipet fruktosa
          -   Diulangi dengan mengganti fruktosa dengan glukosa, galaktosa dan asetaldehida
          -   Dipanaskan ± 2 menit didalam water bath
          -   diamati perubahan yang terjadi










BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan
Perlakuan
Pengamatan
1. Uji Fehling
- 5 tetes CuSO4 + 5 tetes NaOH + 10 tetes fehling B + 1 pipet aseton
- 5 tetes CuSO4 + 5 tetes NaOH + 10 tetes fehling B + 1 pipet fruktosa
- 5 tetes CuSO4 + 5 tetes NaOH + 10 tetes fehling B + 1 pipet galaktosa
- 5 tetes CuSO4 + 5 tetes NaOH + 10 tetes fehling B + 1 pipet glukosa
- 5 tetes CuSO4 + 5 tetes NaOH + 10 tetes fehling B + 1 pipet asetaldehida

-  Tidak bereaksi

-     Larutan berubah warna (awalnya biru)           menjadi merah bata + endapan merah bata
-     Larutan berubah warna (awalnya biru)           menjadi merah bata + endapan merah bata
-     Larutan berubah warna (awalnya biru)           menjadi merah bata + endapan merah bata
-     Larutan berubah warna (awalnya biru)           menjadi merah bata + endapan merah bata
2. Uji Tollens
- 5 tets AgNO3 + 5 tetes NH4OH + 1 pipet aseton
- 5 tets AgNO3 + 5 tetes NH4OH + 1 pipet fruktosa
- 5 tets AgNO3 + 5 tetes NH4OH + 1 pipet galaktosa
- 5 tets AgNO3 + 5 tetes NH4OH + 1 pipet glukosa
- 5 tets AgNO3 + 5 tetes NH4OH + 1 pipet asetaldehida

-          Tidak bereaksi, larutan tetap berwarna bening
-          Terbentuk endapan cermin perak di dinding tabung
-          Terbentuk endapan cermin perak di dinding tabung
-          Terbentuk endapan cermin perak di dinding tabung
-          Terbentuk endapan cermin perak di dinding tabung



4.2 Reaksi – reaksi
4.2.1  Tollens
          AgNO3 + 2NH4OH                    Ag(NH3)2OH + H2O + NO3- + H+
4.2.2 Fehling A
          CuSO4 + 2 NaOH                 Cu(OH)2 + Na2SO4
4.2.3    Fehling A + Fehling B








4.2.4    Glukosa + Fehling AB

 







4.2.5    Glukosa + Fehling AB
 








4.2.6    Reaksi Tautomerisasi fruktosa










4.2.7  Reaksi fehling AB dengan fruktosa











4.2.8    Asetaldehida + Fehling AB










4.2.9    Aseton + (Fehling A+B)









4.2.10Aseton + Tollens





4.2.11    Asetaldehida + Tollens





4.2.12    Glukosa + Tollens












4.2.13    Galaktosa + Tollens











4.2.14    Fruktosa + Tollens (tautomerisasi fruktosa)











4.3      Pembahasan
Aldehida dan keton dicirikan oleh adanya gugus karbonil, yang barangkali merupakan gugus fungsi paling penting dalam kimia organik. Aldehida memiliki sedikitnya satu atom hidrogen melekat pada atom karbon karbonil. Gugus sisanya dapat berupa atom hidrogen lain atau gugus organik alifatik atau aromatik. Gugus     -CH=O yang merupakan ciri dari aldehida sering disebut gugus formil. Pada keton, atom karbon karbonil terhubung dengan dua atom karbon lain.







            Pada percobaan pertama, dilakukan uji fehling terhadap aseton (keton). Setelah direaksikan, tidak terjadi perubahan apa- apa (tidak bereaksi). Ini dikarenakan keton tidak dapat dioksidasi, keton tidak dapat dioksidasi karena tidak mengandung atom hidrogen yang terikat pada atom karbonilnya, berarti reaksi negatif. Penambahan fehling (A+B) bertujuan untuk membedakan senyawa aldehida dan keton. Sedangkan fungsi pemanasan adalah untuk mempercepat reaksi.
            Begitu juga ketika fehling di reaksikan dengan galaktosa dan asetaldehida, menghasilkan endapan merah bata. Hal ini dikarenakan galaktosa dan asetaldehida termasuk aldehida.
            Lain halnya ketika fruktosa (keton) direaksikan dengan fehling, menghasilkan endapan merah bata. Hal ini dikarenakan fruktosa mengalami tautomerisasi (penyusunan kembali senyawa keton menjadi aldehida). Oleh sebab itu, fruktosa yang termasuk senyawa keton disusun kembali menjadi senyawa aldehida atau dengan kata lain mengalami tautomerisasi, tautomerisasi adalah penyusunan kembali senyawa keton menjadi senyawa aldehida. Fruktosa dapat dioksidasi karena fruktosa dapat mereduksi pereaksi fehling dan tollens sehingga mudah teroksidasi dan dalam larutan basa, fruktosa berada dalam kesetimbangan dengan dua aldehida diastereomik, serta disebabkan penggunaan suatu zat antara enadiolnya. Sehingga ketika direaksikan dengan fehling menghasilkan endapan berwarna merah bata.
            Pada percobaan uji tollens, direaksikan tollens dengan aseton (keton). Setelah direaksikan tidak terjadi perubahan apa – apa (tidak bereaksi). Ini dikarenakan keton tidak dapat dioksidasi, berarti reaksi negatif. Penambahan pereaksi tollens sama fungsinya dengan penambahan fehling pada senyawa keton. Hal ini bertujuan untuk membedakan aldehida dan keton, karena ladehida dan keton dapat dibedakan dengan cara mereaksikan senyawa – senyawa itu dengan oksidator seperti pereaksi fehling dan pereaksi tollens.
            Pada percobaan glukosa direaksikan dengan pereaksi tollens, awalnya berwarna bening. Setelah dilakukan pemanasan ± 2 menit menghasilkan cermin perak. Hal ini dikarenakan glukosa (aldehida) bereaksi positif dengan tollens. Penambahan tollens sama fungsinya dengan dengan pada percobaan pertama, yaitu untuk membedakan senyawa aldehida dan keton. Sedangkan fungsi pemanasan adalah untuk mempercepat reaksi.
            Begitu juga ketika tollens direaksikan dengan galaktosa dan asetaldehida, menghasilkan cermin perak. Ini karena galaktosa dan asetaldehida termasuk dalam aldehida.
            Seperti pada percobaan sebelumnya, ketika fruktosa direaksikan dengan fehling bereaksi positif, begitu juga ketika fruktosa direaksikan dengan tollens. Fruktosa mengalami tautomerisasi, sehingga katika direaksikan dengan tollens bereaksi positif dengan menghasilkan cermin perak.
            Fruktosa dapat dioksidasi oleh tollens dan fehling karena fruktosa mudah teroksidasi dan dalam larutan basa berada dalam kesetimbangan dengan dua aldehida diastereomerik serta penggunaan zat antara enadiol. Alasan utama kestabilan yang lebih tinggi pada bentuk keto ialah bahwa energi ikatan C = O dan C = H dalam bentuk keto lebih tinggi dari pada energi ikatan C = C dan O – H dalam bentuk enol. Stabilisasi resonansi dari cincin aromatik lebih tinggi dari pada selisih energi yang menguntungkan banyak keto dibandingkan bentuk enol. Aromatisitas akan hilang jika molekul berada dala bentuk keto, oleh karena itu, bentuk enol lebih disukai.
            Aldehida dan keton mempunyai banyak kegunaan yang penting, yaitu: aldehida aromatik sering digunakan sebagai penyedap. Aldehida dan keton ialah keluarga besar dari senyawa organik yang merasuk dalam kehidupan sehari – hari kita. Senyawa – senyawa ini menimbulkan bau wangi pada banyak buah – buahan dab parfum mahal. Contohnya, sinamaldehida (suatu aldehida) menyebabkan bau kayu manis (sinamon), dan siveton (suatu keton) yang digunakan untuk bau musky pada banyak parfum. Formaldehida merupakan komponen dari berbagai material dalam bangunan rumah.
            Pereaksi Tollens yaitu pengoksidasi yang ringan dan digunakan dalam uji ini adalah larutan basa dari perak nitrat larutan jernih tak berwarna, untuk mencegah pengendapan ion perak sebagai oksida (Ag2O) pada suhu tinggi ditambahkan beberapatets larutan amonia. Amonia membentuk tollens kompleks larut air dengan ion perak.
            Ag+ + 2 NH3                [Ag(NH3)2]+
            Pereaksi fehling, larutan basa berwarna biru dari tembaga sulfat yang susunannya agak berbeda, jika aldehida dioksidasi dengan fehling, diperoleh endapan tembaga oksida (Cu2O) yang merah cerah. Aldehida teroksidasi menjadi asam asetat, ion Cu2+ tereduksi menjadu Cu+.
            Keton tidak dapat dioksidasi karena keton memiliki dua gugus alkyl (aril) yang terikat pada karbon karbonil.




            Sedangkan, aldehida dapat dioksidasi karena memiliki setidaknya suatu atom H yang terikat pada karbonilnya.




            Sifat fisi dari aldehida, yaitu pada suhu kamar, metanol merupakan aldehida suhu rendah berupa zat cair yang berbau tidak enak. Molekul aldehida dan keton dapat saling tarik menarik karena adanya antaraksi polar – polar. Senyawa aldehida dan keton bertitik didih lebih tinggi dibandingkan padanannya, tetapi lebih rendah dibanding alkohol padanannya. Aldehida dan keton dapat menerima ikatan hidrogen dan banyak anggota yang bobot molekulnya rendah dapat larutt sempurna dalam air.
            Sifat kimia dari aldehida dan keton yaitu melalui oksidasi, aldehida menghasilkan alkohol primer sedangkan keton menghasilkan alkohol sekunder. Aldehida biasanya lebih reakstif dibandingkan keton dan merupakan pereduksi yang lebih baik. Aldehida dapat dioksidasi labih lanjut menjadi asam karboksilat tetapi keton tahan terhadap oksidasi lanjutan.
            Prinsip yang digunakan pada percobaan ini ialah membedakan senyawaan aldehida dan keton dengan mengujinya menggunakan pereaksi fehling dan tollens. Aldehida bereaksi positif dengan kedua pereaksi itu, dengan fehling menghasilkan endapan merah bata, dengan tollens menghasilkan cermin perak. Sedangkan keton tidak dapat dioksidasi, berarti reaksi negatif.

Reaksi Tautomerisasi Fruktosa










Jadi, ketika bereaksi dengan fehling AB, yang bereaksi adalah manosa









            Keton tidak dapat dioksidasi karena tidak mengandung atom hidrogen yang terikat pada atom karbonilnya, sedangkan aldehida yang membuat mudah dioksidasi adalah atom hidrogennya yangberikatan dengan gugus karbonilnya.


BAB 5
PENUTUP

5.1       Kesimpulan
            -   Persamaan senyawa aldehida dan keton adalah sama – sama senyawa polar dan sama –sama terikat pada karbon karbonil. Sedangkan perbedaanya adalah aldehida dapat dioksidasi dan menghasilkan suatu asam karboksilat, keton tidak dapat dioksidasi. Aldehida akan bereaksi dengan pereaksi tollens dan fehling, sedangkan keton tidak dapat bereaksi.
            -   Pada percobaan uji fehling terhadap aseton, tidak terjadi reaksi, sedangkan uji fehling terhadap glukosa, galaktosa, asetaldehida dan fruktosa menghasilkan endapan merah bata (bereaksi). Dan pada percobaan uji tollens terhadap aseton, tidak terjadi, sedangkan uji tollens terhadap glukosa, galaktosa, asetaldehida dan fruktosa menghasilkan endapan cermin.
            -   Fungsi fehling AB terdahap senyawa aldehida dan keton ialah sebagai oksidator, sedangkan fungsi tollens terhadap senyawa aldehida dan keton ialah sebagai reduktor.

5.2              Saran
Sebaiknya dilakukan juga percobaan dengan menggunakan sampel disakarida seperti sukrosa dan maltosa agar dapat dibandingkan dengan monosakarida.







DAFTAR PUSTAKA

Fessenden, 1992. Kimia Organik. Jakarta : Erlangga
Hard, Harold, dkk. 2003. Kimia Organik. Jakarta : Erlangga
Wilbraham. 1981. Kimia Hayati. Bandung : ITB




No comments:

Post a Comment