BAB
1
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Di
alam semesta ini sangat banyak ditemukan unsur-unsur. Ada yang bersifat logam,
semilogam, dan nonlogam. Dan letaknya pun juga berbeda-beda. Ada yang di
tanah, udara, air, dan lain-lain. Seorang analis perlu untuk mengetahui banyak
konsentrasi unsur-unsur logam tersebut. Misalnya unsur yang ada di dalam daun
tumbuh-tumbuhan. Pentingnya bagi seorang analis adalah untuk menambah ilmu
pengetahuan dan untuk menganalisis suatu penyakit, bahkan juga berguna untuk
menciptakan suatu produk yang berguna bagi masyarakat luas. Namun, proses
analisis tersebut tidaklah mudah. Karena membutuhkan keahlian tertentu. Cara
penentuan konsentrasi suatu unsur (logam) dapat dilakukan dengan dua cara,
yaitu cara konvensional dan cara instrumental. Cara konvensional adalah cara
menentukan konsentrasi suatu unsur yang berdasarkan reaksi-reaksi kimia dan
cara ini masih sederhana serta memiliki banyak kesalahan. Sedangkan cara
instrumental adalah cara menentukan konsentrasi suatu unsur dengan menggunakan
alat instrument yang canggih. Cara ini lebih efektif dan efisien serta memiliki
banyak keuntungan.
Pada
saat ini, pekerjaan yang dilakukan secara konvensional sudah mulai pudar.
Umumnya, orang-orang cenderung menggunakan alat-alat yang canggih untuk melakukan
pekerjaannya. Karena menurut mereka, dengan menggunakan alat mereka merasa
terbantu. Sehingga mudah dalam mengerjakan pekerjaannya. Untuk itu, dalam
menentukan konsentrasi suatu logam dalam sampel juga sangat dibutuhkan
instrument yang canggih. Sebagai contoh, dengan menggunakan AAS. Karena
keutamaan dalam bekerja adalah ketelitian, keefisienan, dan keefektifan. Oleh
sebab itu, perlu diberikan pengetahuan mengenai instrument AAS (Atomic
Absorption Spectrophotometry) dan hal tersebut akan dibahas pada praktikum ini.
1.2
Tujuan
Percobaan
-
Mengetahui bagian-bagain
dari spektrofotometri AAS
-
Mengetahui konsentrasi
besi dalam air sungai Karang Mumus
-
Mengetahui konsentrasi
besi dalam air sungai Mahakam
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Spektrofotometri
Serapan Atom (AAS) adalah suatu metode analisis yang didasarkan pada proses
penyerapan energi radiasi oleh atom-atom yang berada pada tingkat energi dasar
(ground state). Penyerapan tersebut menyebabkan tereksitasinya elektron
dalam kulit atom ke tingkat energi yang lebih tinggi. Keadaan ini bersifat
labil, elektron akan kembali ke tingkat energi dasar sambil mengeluarkan energi
yang berbentuk radiasi. Dalam AAS,
atom bebas berinteraksi dengan berbagai bentuk energi seperti energi panas,
energi elektromagnetik, energi kimia dan energi listrik. Interaksi ini
menimbulkan proses-proses dalam atom bebas yang menghasilkan absorpsi dan emisi
(pancaran) radiasi dan panas. Radiasi yang dipancarkan bersifat khas karena
mempunyai panjang gelombang yang karakteristik untuk setiap atom bebas (Basset,
1994).
Spektrofotometri
molekuler pita absopsi inframerah dan UV-tampak yang di pertimbangkan
melibatkan molekul poliatom, tetapi atom individu juga menyerap radiasi yang
menimbulkan keadaan energi elektronik tereksitasi. Spectra absorpsi lebih
sederhana dibandingakan dengan spectra molekulnya karena keadaan energi
elektronik tidak mempunyai sub tingkat vibrasi rotasi. Jadi spectra absopsi
atom terdiri dari garis-garis yang jauh lebih tajam daripada pita-pita yang
diamati dalam spektrokopi molekul (Underwood, 2001).
Spektrrofotometer
serapan atom (AAS) merupakan teknik analisis kuantitatif dari unsur-unsur yang
pemakaiannya sangat luas, diberbagai bidang karena prosedurnya selektif,
spesifik, biaya analisa relatif murah, sensitif tinggi (ppm-ppb), dapat dengan
mudah membuat matriks yang sesuai dengan standar, waktu analisa sangat cepat
dan mudah dilakukan. Analisis AAS pada umumnya digunakan untuk analisa unsur,
teknik AAS menjadi alat yang canggih dalam analisis.ini disebabkan karena
sebelum pengukuran tidak selalu memerluka pemisahan unsur yang ditetukan karena
kemungkinan penentuan satu logam unsur dengan kehadiran unsur lain dapat
dilakukan, asalkan katoda berongga yang diperlukan tersedia. AAS dapat digunakan
untuk mengukur logam sebanyak 61 logam. Sember cahaya pada AAS adalah sumber
cahaya dari lampu katoda yang berasal dari elemen yang sedang diukur kemudian
dilewatkan ke dalam nyala api yang berisi sampel yang telah terakomisasi,
kemudian radiasi tersebut diteruskan ke detektor melalui monokromator. Chopper
digunakan untuk membedakan radiasi yang berasal dari nyala api. Detektor akan
menolak arah searah arus ( DC ) dari emisi nyala dan hanya mnegukur arus bolak-balik
dari sumber radiasi atau sampel. Atom dari suatu unsur padakeadaan dasar akan
dikenai radiasi maka atom tersebut akan menyerap energi dan mengakibatkan
elektron pada kulit terluar naik ke tingkat energi yang lebih tingi atau
tereksitasi. Atom-atom dari sampel akan menyerpa sebagian sinar yang dipancarkan
oleh sumber cahaya. Penyerapan energi cahaya terjadi pada panjang gelombang
tertentu sesuai dengan energi yang dibutuhkan oleh atom tersebut (Basset, 1994).
Hubungan
kuantitatif antara intensitas radiasi yang diserap dan konsentrasi unsur yang
ada dalam larutan cuplikan menjadi dasar pemakaian SSA untuk analisis
unsur-unsur logam. Untuk membentuk uap atom netral dalam keadaan/tingkat energi
dasar yang siap menyerap radiasi dibutuhkan sejumlah energi. Energi ini
biasanya berasal dari nyala hasil pembakaran campuran gas asetilen-udara atau
asetilen-N2O, tergantung suhu yang dibutuhkan untuk membuat unsur
analit menjadi uap atom bebas pada tingkat energi dasar (ground state). Disini
berlaku hubungan yang dikenal dengan hukum Lambert-Beer yang menjadi dasar
dalam analisis kuantitatif secara SSA. Hubungan tersebut dirumuskan dalam
persamaan sebagai berikut (Ristina, 2006).
I
= Io . a.b.c
Atau,
Log I/Io = a.b.c
A = a.b.c
dengan,
A
= absorbansi, tanpa dimensi
a
= koefisien serapan, L2/M
b
= panjang jejak sinar dalam medium berisi atom penyerap, L
c =
konsentrasi, M/L3
Io = intensitas sinar mula-mula
I =
intensitas sinar yang diteruskan
Pada persamaan diatas ditunjukkan bahwa
besarnya absorbansi berbanding lurus dengan konsentrasi atom-atom pada tingkat
tenaga dasar dalam medium nyala. Banyaknya konsentrasi atom-atom dalam nyala
tersebut sebanding dengan konsentrasi unsur dalam larutan cuplikan. Dengan
demikian, dari pemplotan serapan dan konsentrasi unsur dalam larutan standar
diperoleh kurva kalibrasi. Dengan menempatkan absorbansi dari suatu cuplikan
pada kurva standar akan diperoleh konsentrasi dalam larutan cuplikan. Bagian-bagian
AAS adalah sebgai berikut (Day, 1986).
a. Lampu
katoda
Lampu katoda merupakan sumber cahaya
pada AAS. Lampu katoda memiliki masa pakai atau umur pemakaian selama 1000 jam.
Lampu katoda pada setiap unsur yang akan diuji berbeda-beda tergantung unsur
yang akan diuji, seperti lampu katoda Cu, hanya bisa digunakan untuk pengukuran
unsur Cu. Lampu katoda terbagi menjadi dua macam, yaitu :
Lampu
Katoda Monologam : Digunakan
untuk mengukur 1 unsur.
Lampu
Katoda Multilogam : Digunakan untuk pengukuran beberapa logam sekaligus.
b. Tabung
gas
Tabung gas pada AAS yang digunakan
merupakan tabung gas yang berisi gas asetilen. Gas asetilen pada AAS memiliki
kisaran suhu ± 20000 K, dan ada juga tabung gas yang berisi gas N2O yang lebih
panas dari gas asetilen, dengan kisaran suhu ± 30000 K. Regulator pada tabung
gas asetilen berfungsi untuk pengaturan banyaknya gas yang akan dikeluarkan,
dan gas yang berada di dalam tabung. Spedometer pada bagian kanan regulator
merupakan pengatur tekanan yang berada di dalam tabung. Gas ini merupakan bahan
bakar dalam Spektrofotometri Serapan Atom
c. Burner
Burner merupakan bagian paling
terpenting di dalam main unit, karena burner berfungsi sebagai tempat
pancampuran gas asetilen, dan aquabides, agar tercampur merata, dan dapat
terbakar pada pemantik api secara baik dan merata. Lobang yang berada pada
burner, merupakan lobang pemantik api.
d. Monokromator
Berkas cahaya dari lampu katoda
berongga akan dilewatkan melalui celah sempit dan difokuskan menggunakan cermin
menuju monokromator. Monokromator dalam alat SSA akan memisahkan, mengisolasi
dan mengontrol intensitas energi yang diteruskan ke detektor. Monokromator yang
biasa digunakan ialah monokromator difraksi grating.
e. Detektor
Detektor merupakan alat yang
mengubah energi cahaya menjadi energi listrik, yang memberikan suatu isyarat
listrik berhubungan dengan daya radiasi yang diserap oleh permukaan yang peka.
Fungsi detektor adalah mengubah energi sinar menjadi energi listrik, dimana
energi listrik yang dihasilkan digunakan untuk mendapatkan data. Detektor AAS
tergantung pada jenis monokromatornya, jika monokromatornya sederhana yang
biasa dipakai untuk analisa alkali, detektor yang digunakan adalah barier layer
cell. Tetapi pada umumnya yang digunakan adalah detektor photomultiplier tube.
Photomultiplier tube terdiri dari katoda yang dilapisi senyawa yang bersifat
peka cahaya dan suatu anoda yang mampu mengumpulkan elektron. Ketika foton
menumbuk katoda maka elektron akan dipancarkan, dan bergerak menuju anoda.
Antara katoda dan anoda terdapat dinoda-dinoda yang mampu menggandakan
elektron. Sehingga intensitas elektron yang sampai menuju anoda besar dan
akhirnya dapat dibaca sebagai sinyal listrik. Untuk menambah kinerja alat maka
digunakan suatu mikroprosesor, baik pada instrumen utama maupun pada alat bantu
lain seperti autosampler.
f. Sistem
pembacaan
Sistem pembacaan merupakan bagian
yang menampilkan suatu angka atau gambar yang dapat dibaca oleh mata.
g. Ducting
Ducting merupakan bagian cerobong
asap untuk menyedot asap atau sisa pembakaran pada AAS, yang langsung
dihubungkan pada cerobong asap bagian luar pada atap bangunan, agar asap yang
dihasilkan oleh AAS, tidak berbahaya bagi lingkungan sekitar. Asap yang
dihasilkan dari pembakaran pada spektrofotometry serapan atom (AAS), diolah
sedemikian rupa di dalam ducting, agar asap yang dihasilkan tidak berbahaya.
BAB 3
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat- alat
-
Pipet tetes
-
Corong kaca
-
Botol semprot
-
Labu erlenmeyer
-
Kuvet
-
Rak kuvet
-
Labu takar
-
Gelas ukur
-
Pipet ukur
-
Pipet gondok
-
Spektrofotmetri serapan
atom
3.1.2 Bahan-bahan
-
Air sungai Mahakam
-
Air sungai Karang Mumus
-
Tisu gulung
-
Aquadest
-
Larutan induk Fe 100
ppm
-
Kertas saring
3.2 Prosedur percobaan
3.2.1 Pembuatan larutan standar
-
Disiapakan bahan serta
peralatan yang akan dipakai pada praktikum.
-
Disaring sampel air
sungai mahakam dan air sungai karang mumus menggunkan kertas saring.
-
Dibuat 5 seri larutan Fe
dengan konsebtrasi berturut-turut 0, 1,2, 3, 4 ppm. Masing-masing sebanyak 0 mL
Fe, 0,5 mL Fe, 1 mL Fe, 1,5 mL Fe, 2 mL Fe, ke dalam masing-masing labu takar
50 mL dan diencerkan dengan aquades hingga tanda batas, dihomogenkan.
-
Dituangkan masing-masing
larutan ke dalam masing – masing cuvet hingga tanda terra.
-
Diberi kertas label dan
diletakkan di rak cuvet.
3.2.2 Pembuatan larutan pembanding
-
Dituangkan sampel air
sungai Karang Mumus dan air sungai Mahakam ke dalam masing-masing gelas ukur
menggunakan corong kaca yang telah dilapisi kertas saring.
-
Ditungkan masing-masing
sampel ke dalam cuvet berbeda hingga tanda terra.
-
Di beri kertas label
dan letakkan di rak tabung cuvet.
3.2.3 Pengukuran serapan atom
-
Diletakkan semua sampel
dalam cuvet ke alat yang bernama asc.
-
Diberi jarak antara
larutan pembanding dnegan larutan standar.
-
Dibuka kran gas
asitilena sedikit, ditutup.
-
Dibuka kran pembuka
gas.
-
Dinyalakan komputer.
-
Dinyalakn instrumen
AAS.
-
Diklik (Connect) pada
kotak dialog yang muncul dan tunggu hingga instalasi selesai yang ditandai
dengan semua item berwarna hijau kemudian tekan (Ok).
-
Dipilih (Next) pada
kotak dialog yang muncul.
-
Diisi kotak kosong
dengan elemen yang akan dianalisis.
-
Dipilih ( Next ) dan
program akan berjalan.
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
Konsetrasi
|
Absorbansi
|
0
ppm
|
- 0,0083
|
1
ppm
|
0,0046
|
2
ppm
|
0,0166
|
3
ppm
|
0,279
|
4
ppm
|
0,0492
|
Air
sungai Karang mumus
|
0,0146
|
Air sungai Mahakam
|
- 0,0018
|
4.2 Perhitungan
4.2.1 Penentuan kadar Fe pada air sungai
Karang Mumus
y =
ax – b
y = 0,013x – 0,009
0,0146 = 0,013x – 0,009
0.0146 + 0,009 = 0,013x
x = 0,0236/0,013
x = 1,8154 ppm
Jadi, konsentrasi kadar Fe pada air
sungai Mahakam adalah 1,8154 ppm.
4.2.2 Penentuan kadar Fe pada air sungai Mahakam
y =
ax – b
y = 0,013x – 0,009
-0,0018 = 0,013x – 0,009
-0,0018
+ 0,009 = 0,013x
x = 0,0072/0,013
x
= 0,5538 ppm
jadi konsebtrasi kadar Fe pada air sungan
karang mumus adalah 0.5538 ppm.
4.4 Pembahasan
Spektrofotometri serapan atom adalah
suatu metode analisis untuk penentuan konsentrasi suatu unsur dalam suatu
cuplikan yang didasarkan pada proses penyerapan radiasi sumber oleh atom-atom
yang berada pada tingkat energi dasar (ground state). Proses penyerapan energi
terjadi pada panjang gelombang yang spesifik dan karakteristik untuk tiap
unsur. Proses penyerapan tersebut menyebabkan atom penyerap tereksitasi:
elektron dari kulit atom meloncat ketingkat energi yang lebih tinggi. Banyaknya
intensitas radiasi yang diserap sebanding dengan jumlah atom yang berada pada tingkat energi dasar yang menyerap energi
radiasi tersebut. Dengan mengukur tingkat penyerapan radiasi (absorbansi) atau mengukur radiasi
yang diteruskan (transmitansi), maka konsentrasi unsur di dalam cuplikan dapat
ditentukan.
Pada spektrofotometri AAS memiliki
kelebihan dan kukurangan. Kelebihan metode AAS dibandingkan dengan
speltrofotometri lainnya adalah spesifik, batas deteksi yang rendah, dan
larutan yang sama bisa mengukur unsur-unsur berlainan, pengukurannya langsung
terhadap contoh, output langsung dapat dibaca, cukup ekonomis, dapat
diaplikasikan pada banyak unsur. Sedangkan kekuranganya adalah AAS tidak mampu
menguraikan zat menjadi atom, contohnya
pengaruh fosfat terhadap Cu, pengaruh ionisasi yaitu bila atom tereksitasi
sehingga menimbulkan emisi yang panjang gelombang yang sama, serta pengaruh
matriks yaitu pelarut.
Berikut adalah bagian-bagian dari AAS :
a.
Lampu katoda
Lampu
katoda merupakan sumber cahaya pada AAS. Lampu katoda memiliki masa pakai atau
umur pemakaian selama 1000 jam. Lampu katoda pada setiap unsur yang akan diuji
berbeda-beda tergantung unsur yang akan diuji, seperti lampu katoda Cu, hanya
bisa digunakan untuk pengukuran unsur Cu. Lampu katoda terbagi menjadi dua
macam, yaitu :
Lampu Katoda Monologam : Digunakan untuk mengukur 1 unsur.
Lampu Katoda Multilogam : Digunakan untuk pengukuran beberapa logam
sekaligus.
b.
Tabung gas
Tabung
gas pada AAS yang digunakan merupakan tabung gas yang berisi gas asetilen. Gas
asetilen pada AAS memiliki kisaran suhu ± 20000K, dan ada juga tabung gas yang
berisi gas N2O yang lebih panas dari gas asetilen, dengan kisaran suhu ±
30000K. Regulator pada tabung gas asetilen berfungsi untuk pengaturan banyaknya
gas yang akan dikeluarkan, dan gas yang berada di dalam tabung. Spedometer pada
bagian kanan regulator merupakan pengatur tekanan yang berada di dalam tabung.
Gas ini merupakan bahan bakar dalam Spektrofotometri Serapan Atom.
c.
Burner
Burner merupakan bagian paling terpenting
di dalam main unit, karena burner berfungsi sebagai tempat pancampuran gas
asetilen, dan aquabides, agar tercampur merata, dan dapat terbakar pada
pemantik api secara baik dan merata. Lobang yang berada pada burner, merupakan
lobang pemantik api, dimana pada lobang inilah awal dari proses pengatomisasian
nyala api.
d.
Monokromator
Berkas cahaya dari lampu katoda
berongga akan dilewatkan melalui celah sempit dan difokuskan menggunakan cermin
menuju monokromator. Monokromator dalam alat SSA akan memisahkan, mengisolasi
dan mengontrol intensitas energi yang diteruskan ke detektor. Monokromator yang
biasa digunakan ialah monokromator difraksi grating.
e.
Detektor
Detektor merupakan alat yang mengubah
energi cahaya menjadi energi listrik, yang memberikan suatu isyarat listrik
berhubungan dengan daya radiasi yang diserap oleh permukaan yang peka. Fungsi
detektor adalah mengubah energi sinar menjadi energi listrik, dimana energi
listrik yang dihasilkan digunakan untuk mendapatkan data. Detektor AAS
tergantung pada jenis monokromatornya, jika monokromatornya sederhana yang
biasa dipakai untuk analisa alkali, detektor yang digunakan adalah barier layer
cell. Tetapi pada umumnya yang digunakan adalah detektor photomultiplier tube.
Photomultiplier tube terdiri dari katoda yang dilapisi senyawa yang bersifat peka
cahaya dan suatu anoda yang mampu mengumpulkan elektron. Ketika foton menumbuk
katoda maka elektron akan dipancarkan, dan bergerak menuju anoda. Antara katoda
dan anoda terdapat dinoda-dinoda yang mampu menggandakan elektron. Sehingga
intensitas elektron yang sampai menuju anoda besar dan akhirnya dapat dibaca
sebagai sinyal listrik.
f.
Sistem pembacaan
Sistem pembacaan merupakan bagian yang
menampilkan suatu angka atau gambar yang dapat dibaca oleh mata.
g.
Ducting
Ducting merupakan bagian cerobong asap untuk
menyedot asap atau sisa pembakaran pada AAS, yang langsung dihubungkan pada
cerobong asap bagian luar pada atap bangunan, agar asap yang dihasilkan oleh
AAS, tidak berbahaya bagi lingkungan sekitar.
Dari hasil pengamatn pada pengukuran daya
serap atom terhadap cahaya digunakan atom Fe sebagai patokannya. Didapat nilai
absorbansi semakin meningkat seiring kanaikan konsentrasi larutan ion Fe. Hal
ini dikarenakan pada konsentrasi yang tinggi, daya serap larutan terahadap
cahaya semakin tinggi pula. Lalu pada ion Fe 0 ppm nilai absorbansinya negatif, hal ini
dikarenakan tidak ditemukannya kandungan Fe di dalamnya.
Pada percobaan pengukuran absorbansi
terhadap sampel yaitu air sungai mahakam dan air sungai karang mumus sebelum
diukur absorbansinya, keduanya sampel tersebut harus disaring hal ini bertujuan
untuk menghilangkan padatan kasar. Dari hasil pengukuran di dapatt nilai
absorbansi air sungai mahakam lebih tinggi dibandingkan air sungai karang
mumus. Fakta ini didukung dengan nyala api pada spektrofotometer yang lebih
besar pada air sungai mahakam, karena adanya pencemeran oleh batu bara yang
setiap kali diangkut dengan kapal melewati sungai mahakam. Nilai absorbansi air
sungai karang mumus bernilai negatif karena tidak ditemukan kandungan Fe yang berarti
normalnya kadar Fe dalam air sungai (yang digunakan untuk diolah menjadi air
minum).
Faktor – faktor kesalahan yang terjadi
pada saat praktikum adalah :
-
Pengenceran yang kurang
tepat, sehingga mempengaruhi nilai absorbansi.
-
Pemakain pipet yang tetukar
sehingga mempengaruhi hasilnya atau hasilnya tidak akurat.
BAB 5
PENUTUP
5.1
Kesimpulan
-
Spektrofotometri
serapan atom terdiri dari beberapa bagian antara lain :
1. Lampu
katoda
2. Tabung
gas
3. Burner
4. Monokromator
5. Detektor
6. Sistem
pembacaan
7. Ducting
-
Dari hasil percobaan
didapat kadar Fe dalam air sungai Mahakam adalah sebesar 1,8154 ppm.
-
Dari hasil percobaan
didapat kadar Fe dalam air sungai Karang Mumus adalah 0,5538 ppm.
5.2
Saran
Sebaiknya
pada percobaan pengukuran atomnya tidak 1 unsur saja tetapi unsur yang lainnya
juga seperti Pb atau Hg sehingga pengetahuan praktikan dapat bertambah.
DAFTAR
PUSTAKA
Basset, J. 1994. Buku Ajar Vogel Kimia Analisa Kuantitatif Anorganik.
EGC: Jakarta
Ristina, maria. 2006. Petunjuk Praktikum Instrumen Kimia. STTN
– Batan: Yogyakarta
Day, R.A. 1986. Analisa Kimia Kuantitatif. Erlangga:
Jakarta
TENGKYUUU
ReplyDeleteTerimakasih :))
ReplyDeleteTerimakasih :))
ReplyDeleteTerima kasih
ReplyDelete