BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Diantara tumbuhan – tumbuhan rendah ( bercahaya ),
maka golongan ganggang alga dan golongan jamur merupakan kelanjutan daripada
golongan bakteri. Apakah golongan ganggang itu langsung menjadi golongana
bakteri ataukah jamur yang menjadi kelanjutan langsung dari bakteri. Hali ini
sangat sukar ditentukan. Peninjauan secara morfologi dan fisiologi menemukan
suatu golongan bakteri , yaitu ordo chlamydobacterialos, yang dapat dipandang
sebagai pangkal pertumbuhan golongan ganggang , hal mana dapat diketahui dari
sifat – sifatnya mengenai adanya lapisan lendir yang mengelubungi tubuh
organisme tersebut, akan tetapi pembiakannya dengan menggunakan konidia itu
lebih menggenangkan kepada sifat jamur ( Dwidjoseputro, 2005 ).
Selanjutnya golongan jamur itu demikian luasnya
sehingga penguasaannya dibidang ilmu pengetahuan memerlukan keahlian tersendiri
bidang itu disebut mikologi. Hanya jamur – jamur tingkat rendah masuk dalam
bidang mikrobiologi ( Dwidjoseputro, 2005 ).
Yang melatarbelakangi percobaan ini agar dapat
memahami dan mengerti tentang fungi dan dapat membedakan jamur yang yeast dan
jamur yang mold.
1.2 Tujuan Praktikum
-
Mengetahui perbedaan yeast dan mold
-
Mengetahui hasil jenis jamur dari jagung
busuk.
-
Mempelajari cirri – cirri dari jamur
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
Fungi adalah
mikroorganisme tidak berklorofil, berbentuk hifa atau sel tunggal, eukariotik,
berdinding sel dari kitin atau selulosa, berproduksi seksual atau aseksual.
Dalam dunia kehidupan fungi merupakan kingdom tersendiri, karena cara
mendapatkan makanannya berbeda dengan organisme eukariotik lainnya yaitu
melalui absorpsi ( Gandjar. 1999 ).
Sebagian besar tubuh
fungi terdiri dari atas benang – benang yang disebut hifa, yang saling
berhubungan menjalin semacam jala yaitu miselium. Miselium dapat dibedakan atas
miselium vegetative yang berfungsi meresap menyerap nutrient dari lingkungan ,
dan miselium fertile yang berfungsi dalam reproduksi ( Gandjar. 1999 ).
Fungi tingkat tinggi
maupun tingkat rendah mempunyai cirri khas yaitu berupa benang tunggal atau
bercabang – cabang yang disebut hifa. Fungi dibedakan menjadi dua golongan
yaitu kapang dan khamir. Kapang merupakan fungi yang berfilamen atau mempunyai
miselium, sedangkan khamir merupakan fungi bersel tunggal da tidak berfilamen.
Fungi merupakan organisme menyerupai tanaman , tetapi mempunyai beberapa
perbedaan yaitu :
·
Tidak mempunyai kolorofil
·
Mempunyai dinding sel dengan komposisi
berbeda
·
Berkembang biak dengan spora
·
Tidak mempunyai batang , cabang, akas
dan daun
·
Tidak mempunyai system vesicular seperti
pada tanaman
·
Bersifat multiseluler tidak mempunyai
pembagian fungi masing - masing bagian
seperti pada tanaman.
Fungi ada yang bersifat
parasit dan ada pula yang bersifat saprofit. Parasit apabila dalam memenuhi
kebutuhan makanannya dengan mengambil dari benda hidup yang ditumpanginya,
sedangkan bersifat saprofit apabila memperoleh makanan dari benda mati dan
tidak merugikan benda itu sendiri. Fungi dapat mensintesis protein dengan
mengambil sumber karbon dari karbohidrat ( misalnya glukosa,sukrosa,atau
maltose ), sumber nitrogen dari bahan organic atau anorganik, dan mineral dari
substratnya. Ada juga beberapa fungi yang dapat mensintesis vitamin – vitamin yang dibutuhkan untuk
pertumbuhan biakan sendiri, tetapi ada juga yang tidak dapat mensintesis
sendiri sehingga harus mendapatkan dari substrat, misalkan tiamin dan biotin (
Dwidjoseputro,2005 ).
Baik jamur yang
bersahaja maupun jamur yang tingkat tinggi tubuhnya mempunyai ciri yang khas,
yaitu berupa benang tunggal bercabang – cabang yang disebut miselium, atau
berupa kumpulan benang – benang yang padat menjadi satu. Hanya golongan ragi (
sacharomycetes ) itu tubuhnya berupa sel – sel tunggal ciri kedua adalah jamur
tidak mempunyai klorofil, sehingga hidupnya terpaksa heterotrof. Sifat ini
menguatkan pendapat, bahwa jamur itu merupakan kelanjutan bakteri di dalam
evolusi ( Waluyo,2005 ).
Golongan jamur mencakup
lebih daripada 55.000 spesies, jumlah ini jauh melebihi jumlah spesies bakteri.
Tentang klasifikasinya belum ada ketentuan pendapat yang menyeluruh diantara
para sarjana taksonomi. Bakteri dan jamur merupakan golongan tumbuh – tumbuhan
yang tubuhnya tidak mempunyai diferensiasi, oleh karena itu disebut tumbuhan
talus ( thallophyta ), lengkapnya thallophyta yang tidak berklorofil. Ganggang
adalah thallophyta yang berklorofil
( Waluyo,2005 ).
Jamur berbiak secara
vegetative dan generative dengan
berbagai macam spora. Macam spora yang terjadi dengan tiada perkawinan adalah :
a. Spora
biasanya yang terjadi karena protoplasma dalam suatu sel tertentu berkelompok –
kelompok kecil, masing – masing mempunyai membran serta inti sendiri. Sel
tempat terjadinya spora ini disebut sporangium, dan sporanya disebut
sporangiospora.
b. Konidiospora
yaitu spora yang terjadi karena ujung suatu hifa berbelah – belah seperti
tasbih. Didalam hal ini tidak ada sporangium, tiap spora disebut konidiospora
atau konidia saja, sedang tangkai pembawa konidia disebut konidiosfor.
c. Pada
beberapa spesies, bagian – bagian miselium dapat membesar serta berdinding
tebal, bagian itu merupakan alat membesar serta berdinding tebal, bagian itu
merupakan alat pembiak yang disebut
klamidiospora ( spora yang berkulit tebal )
d. Jika
bagian – bagian miselium itu tidak menjadi lebih besar daripada aslinya, maka
bagian – bagian itu disebut artospora ( serupa batu bata ), oidiospora atau
oidia ( serupa telur ) saja ( Waluyo,2005 ).
Kebanyakan spesies
jamur dapat membiak secara vegetative maupun secara generatife. Pembiakan
secara generative atau seksual dilakukan dengan isogamete atau dengan
heterogamete ( arisogamet ). Pada beberapa spesies perbedaan morfologi antara
jenis sel kelamin itu belum nampak sehingga semuanya kita sebut isogamete,
kadang – kadang kita beri tanda pengenal + dan - , untuk membedakan jenisnya ( Waluyo,2005 ).
Pada beberapa spesies
lain tampak adanya perbedaan mengenai besar kecilnya gamet – gamet, sehingga
untuk itu ada penyebutan mikrogamet ( sel
kelamin jantan ) dan makrogamet ( sel kelamin betina ). Di dalam keadaan yang
serba optimum, maka jamur membiak dengan cepat sekali. Hanya kekeringanlah
merupakan factor pembatas bagi pertumbuhannya ( Waluyo,2005 ).
Fungi dapat ditemukan
pada arena substrat, baik dilingkungan darat , perairan, maupun udara. Tidaklah
sulit menemukan fungi di alam, karena bagian vegetativnya yang umumnya berupa
miselium berwarna putih mudah terlihat pada substrat yang membusuk ( kayu
lapuk, buah – buahan yang terlalu masak, makanan yang membusuk ). Konidianya
atau tubuh buahnya dapat mempunyai aneka warna ( merah , hitam , jingga,
kuning, krem, putih, abu – abu , coklat, kebiru – biruan, dan sebagainya ) pada
daun , batang, kertas, tekstil, kulit dan lain – lain. Tubuh buah fungi
lebih mencolok karena langsung dapat dilihat dengan mata kasat, sedangkan
miselium vegetative yang menyerap makanan hanya dapat dilihat dengan
menggunakan mikrosokop ( Waluyo,2005 ).
Spora kapang
berproduksi secara aseksual dengan menghasilkan arthokonidia, blastokonidia,
klamisdospora, konidia, sporangiospora, dan secara seksual dengan menghasilkan
akospora, basidiospora dan zigospora.
Rizhoid adalah bentuk
hifa vegetative mirip akar dari tumbuhan yang dapat bercabang – cabang seperti
jari – jari pada tangan, tetapi dapat juga berbentuk sangat sederhana, yaitu
hanya seperti jari tunggal. Perhatikan letak dari rhizoid pada hifa, apakah
langsung berhadapan dengan sporangiosfor atau terdapat pada stolon (
Waluyo,2005 ).
Karakteristik fungi jamur adalah sebagai
berikut ;
1. Kandungan
air
Pada umumnya jamur benang lebih
tahan terhadap kekeringan dibanding khamir atau bakteri. Namun demikian,
batasan ( pendekatan ) kandungan air totol pada makanan yang baik untuk
pertumbuhan jamur dapat diestimasikan, dan dikatakan bahwa kandungan air
dibawah 14 – 15 % pada biji – bijian atau makanan kering dapat mencegah atau
memperlambat pertumbuhan jamur.
2. Suhu
Kebanyakan jamur termasuk dalam
kelompok mesofilik, yaitu dapat tumbuh pada suhu normal. Suhu optimum untuk
kebanyakan jamur sekitar
25O C – 30O C, namun beberapa tumbuh baik pada
suhu 25O C – 37O C atau lebih, misalnya pada spesies Aspergilis.s.p
3. Kebutuhan
oksigen dan derajat keasaman
Jamur benang biasanya bersifat
aerob, yang membutuhkan oksigen untuk pertumbuhannya. Kebanyakan jamur dapat
tumbuh pada interval PH yang luas ( PH 2.0 – 8.5 ), walaupun pada umumnya jamur
lebih suka pada konidia asam.
4. Kebutuhan
makanan ( Nutrisi )
Jamur pada umumnya mampu
menggunakan bermacam – macam makanan dari yang sederhana sampai yang kompleks.
Kebanyakan jamur memiliki bermacam – macam enzim hidrolit, yaitu amylase,
pektinose, proteinose, dan lipase.
BAB
III
METODE
KERJA
3.1 Waktu dan Tempat
Percobaan kali ini tentang pengamatan jamur
mikroskopis yang dilakukan pada hari Rabu 04 Mei 2011 pada pukul 10.00 – 12.00
WITA, kemudian dilanjutkan dengan pengamatan pada hari Jum’at 06 Mei 2011 pada
pukul 10.00 – 12.00 WITA di Laboratorium Mikrobiologi dan Bioteknologi Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Mulawarman Samarinda.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
a. Jarum
Ose
b. Laminar
air flow cabinet
c. Inkubator
d. Lampu
Bunsen
e. Cawan
Petri
f. Cover
glass
g. Beaker
glass
h. Mikroskop
i.
Silet
j.
Pinset
k. Objek
glass
l.
Kertas Label
3.2.2 Bahan
a. Alkohol
70 %
b. Media
PDA
c. Jagung
busuk
3.3 Cara Kerja
a. Disiapkan
sample jamur dari jagung busuk
b. Disiapkan
media PDA yang telah diisi menjadi 1 cm menggunakan pisau / silet.
c. Dipanaskan
Jarum ose , diambil suspensi dari jagung busuk.
d. Diinokulasikan
dengan metode digoreskan pada keempat sisi pinggiran agar ( mengikuti bentuk
agar )
e. Diambil
cover glass dengan pinset yang telah disterilkan dengan lampu Bunsen,
dicelupkan ke dalam larutan alcohol 70 % kemudian difiksasi diatas lampu
Bunsen.
f. Diletakkan
cover glass diatas media PDA yang telah diinokulasikan suspensi jamur.
g. Diamati
karakteristik dan koloni yang terbentuk ( struktur morfologi,warna,bentuk )
dengan menggunakan mikroskop.
h. Diulangi
langkah diatas untuk cawan petri yang ke 2.
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
4.1.1 Tabel Pengamatan Jamur Mikroskopis
No
|
Objek
|
Keterangan
|
1.
Perbesaran 40 x 10
2.
Jenis Jamur : Aspergillus.s.p
|
4.2 Pembahasan
Jamur merupakan organisme yang mirip tumbuhan tetapi
tidak memiliki klorofil. Dalam klasifikasi system tiga kingdom, jamur ( fungi )
dikelompokkan sendiri terlepas dari kelompok plantae ( tumbuhan ) karena jamur
tidak berfotosintesis dan dinding selnya bukan dari selulosa ( Anonim A.2009 ).
Jmaur hidup tersebar dan terdapat ditanah, air
vegetasi, badan hewan, makanan, dibangunan, bahkan pada tubuh manusia. Jamur
dapat tumbuh dan berkembang pada kelembaban dan pada suhu yang tinggi. Saat ini
di Indonesia diperkirakan terdapat 4.250 sampai 12.000 jenis jamur. Dari jumlah
tersebut dalam kehidupan memiliki peran masing – masing dihabitatnya
baik yang berkaitan langsung maupun tidak langsung bagi manusia ( Anonim A.2009
).
Ciri – ciri jamur, organisme yang termasuk dalam
kelompok jamur, anggotanya mempunyai cirri – cirri umum yaitu uniseluler atau
bersel satu atau multi seluler ( benang – benang halus ), tubuhnya tersusun
atas hifa ( jalinan benang –
benang halus ), eukariotik( mempunyai membrane inti ), tidak mempunyai klorofil
sehingga bersifat heterotrof, yaitu secara saprofit, parasit dan simbiosis,
dinding selnya tersusun atas zat kitin, cadangan makanan tersimpan dalam bentuk
glikogen dan protein, pencernannya berlangsung secara ekstraseluler, dimana
makanan sebelum diserap disederhanakan terlebih dahulu oleh enzim ekstraseluler
yang dikeluarkan dari hifa jamur, memiliki keturunan yang bersifat haploid
lebih singkat, reproduksi jamur uniseluler dilakukan secara aseksual dengan
membentuk spora. Jamur multiseluler secara aseksual dengan cara memutuskan
benang hifa ( fragmentasi ), zoospore, endospora, dan konidia. Sedangkan secara
seksual melalui peleburan inti jantan dan inti betina sehingga dihasilkan spora
askus atau basidium ( Anonim A.2009 ).
Klasifikasi jamur, berdasarkan cara reproduksi
secara generative, jamur dapat dibagi menjadi 4 kelas yaitu zygomycotina,
ascomycotina, basidiomycotina, dan duotromycotina.
1. Zygomycotina
: Jamur kelompok ini namanya Zygomycotina
karena dalam reproduksi generatifnya menghasilkan zigot di dalam zigospora.
Jamur Zygomycotina mempunyai cirri –
ciri yaitu dinding selnya tersusun atas zat kitin, multiseluler, hifa tidak
bersekat, mengandung inti haploid, memiliki keturunan diploid lebih singkat,
reproduksi generatife dengan konjugasi yang menghasilkan zigospora.
2. Ascomycotina
: Jamur kelompok ini namanya Ascomycotina
karena dalam reproduksi generatifnya menghasilkan askuspora. Jamur ini termasuk
kelas Ascomycotina mempunyai cirri –
cirri yaitu dinding selnya tersusun atas zat kitin, uniseluler dan
multiseluler, hifa bersekat, membentuk badan buah yang disebut askospora,
memiliki keturunan diploid lebih singkat, reproduksi vegetatifnya dengan
membentuk konidiospora, reproduksi generatifnya dengan konjugasi yang
menghasilkan askospora.
3. Basidiomycotina
: Jmaur kelompok ini disebut Basidiomycotina
karena dalam reproduksi generatifnya menghasilkan basidiospora. Jamur yang
termasuk kelas Basidiomycotina
mempunyai ciri – ciri yaitu dinding selnya tersusun atas zat kitin,
multiseluler, hifa, bersekat, dibedakan hifa primer ( berinti satu ) dan
sekunder ( berinti dua ), mengamdung inti haploid, memiliki keturunan diploid
lebih singkat, membentuk badan buah yang disebut basidikrop, reproduksi
vegetatife dengan menghasilkan basidiospra.
4. Duotromycotina
: Jamur kelompok ini disebut jamur imperfecti ( jamur tidak sempurna )
atau Duotromycotina karena belum diketahui cara perkembangbiakan
seksualnya. Jamur yang termasuk Duotromycotina
mempunyai ciri –ciri yaitu dinding selnya tersusun atas zat kitin,
multiseluler, hifa bersekat, dibedakan tipe hifa lebih singkat, dan reproduksi
vegetatifnya dengan membentuk konidiospora ( Anonim A.2009 ).
Dari
percobaan yang telah dilakukan menggunakan sample suspense, jamur yang terdapat
pada jagung busuk yang telah diinkubator dan diaamati dengan menggunakan
mikroskop maka didapatkan hasil percobaan yaitu terdapat jamur jenis Aspergilus. S.p.
Aspergilus. S.p.
kebanyakan spesies ini sering menyebabkan kerusakan makanan, tetapi beberapa
spesies ini digunakan dalam fermentasi makanan.
Aspergilus. S.p. yang dapat
menyebabkan kerusakan makanan Aspergilus
tepers. Kapang ini mampu tumbuh baik pada substrat dengan kosentrasi gula dan
garam tinggi. Kelompok Aspergilus
flavus – oryzae termasuk spesies penting dalam fermentasi beberapa makanan
tradisional dan untuk memproduksi enzim. Aspergilus
oryzae digunakan dalam fermentasi makanan tahap pertama dalam pembuatan
kecap dan tauco konidia kelompok ini berwarna kuning sampai hijau, atau mungkin
membentuk sklerotia ( Waluyo, 2005 ).
Ciri
– ciri Aspergilus adalah : hifa
septet dan miselium bercabang, sedangkan hifa yang muncul diatas permukaan
umumnya merupakan hifa fertile, koloni berkelompok , konodiofora septet atau
non septat muncul dari foot cell yakni sel miselium yang membengkak dam
berdinding tebal, konidiofora membengkak menjadi vertikeel pada ujungnya, membawa stegmata dimana tumbuh konidia,
sterigmata atau fialida biasanya sederhana berwarna atau tidak berwarna,
beberapa spesies tumbuh baik pada suhu 370 C atau lebih, konidia
membentuk rantai yang berwarna hijau, coklat, atau hitam ( Waluyo, 2005 ).
Aspergilus
adalah genus yang terdiri dari beberapa ratus cetakan spesies yang ditemukan
diberbagai iklim di seluruh dunia biologi. Aspergilus
pertama kali di catalog pada tahun 1729 oleh Italia imam dan Pier Antonio
Micheli. Aspergilus spesies sangat
aerobic dan ditemukan dihampir semua lingkungan yang kaya oksigen, dimana
mereka umumnya tumbuh sebagai cetakan pada permukaan substrat, sebagai akibat
dari tekanan oksigen yang tinggi. Umumnya jamur tumbuh pada substrat yang kaya
karbon seperti monosakarida ( seperi glukosa ) dan polisakarida ( seperti amilosa ). Spesies Aspergilus adalah kontaminan yang umum
makanan bertepung ( seperti roti dan
kentang ), dan tumbuh di dalam atau dibanyak tanaman dan pohon ( Anonim B.2011
)
Perbedaan
yeast dan mold yaitu yeast biasa kita kenal dengan khamir sedangkan mold adalah
kapang. Kapang merupakan fungi yang berfilamen atau mempunyai miselium,
sedangkan khamir merupakan fungi bersel tunggal dan tak berfilamen. Kapang
merupakan fungi yang morfologinya multiseluler atau kapang mempunyai miselium
atau filament dan pertumbuhannya dalam bahan makanan mudah sekali dilihat,
yakni sperti kapas. Pertumbuhan fungi mula – mula berwarna putih, tetapi bila
tidak memproduksi spora maka akan terbentuk berbagai warna tergantung Dari
jenis kapang. Sifat – sifat kapang baik penampakan mikroskopis ataupun
makroskopik digunakan untuk identifikasi dan klasifikasi kapang. Sedangkan
khamir termasuk cendawan, tetapi bentuk berbeda dengan kapang karena bentuknya
yang terutama uniseluler. Reproduksi vegetatife terjadi dengan cara pertunasan.
Morfologi dari khamir yaitu sel khamir mempunyai ukuran yang bervariasi yaitu
dengan panjang 1- 5 mm sampai 20 – 50 mm, dan lebar 1 – 10 mm. Bentuk khamir
bermacam – macam yaitu bulat, oval, silinder, ogival yaitu bukit panjang dengan
salah satu ujung runcing, segitiga melengkung ( triangules ), berbentuk botol,
bentuk apikilat atau lemon, membentuk psedomiselium, dan sebagainya. Sistem
reproduksi khamir dan kapang berbeda. Sistem reproduksi kapang berkembang biak
dengan berbagai cara, baik aseksual dengan pembelahan, penguncupan, atau pembentukan
spora, dapat pula dengan cara seksual peleburan nukleous dari kedua induknya.
Pada pembelahan suatu sel membagi diri untuk membentuk dua sel anak yang
serupa. Pada penguncupan, suatu sel anak yang tumbuh dari penonjolan kecil pada
sel inang. Sedangkan system reproduksi yaitu dengan beberapa cara , pertunasan,
pembelahan, pembelahan tunas Dengan kombinasi anatara pertunasan dengan
pembelahan, spurulasi atau pembentukan spora, dengan spora aseksual dan spora
seksual. Reproduksi pembentukan dengan cara pertunasan, dan pembelahan.
Pembelahan tunas yaitu spora aseksual dinamakan reproduksi vegetatife,
sedangkan pembentukan spora seksual disebut reproduksi seksual ( Waluyo, 2005
).
Pada
percobaan kali ini menggunakan metode block square slide yaitu dengan media PDA
yang telah dibuat, setel;ah dituang didalam cawan petri dan telah memadat, maka
cawan petri yang berisi media PDA yang ketebalan sekitar 2 mm, dibagi sehingga membentuk dadu dengan menggunakan
pisau kater / silet dengan ukuran 1 mm. Metode ini berfungsi memudahkan dalam
melakukan percobaan , karena media yang kita pakai hanya berukuran 1 mm dengan
mudah seperti yang kita ambil dapat tumbuh pada media PDA. Teknik yang
digunakan ini mengoleskan suspensi pada pinggiran media, ini bertujuan agar
semua pinggiran yang teroles oleh suspensi dapat tumbuh menyebar.
Dalam
percobaan ini terdapat factor kesalahan pada saat pengambilan suspensi dengan
jarum ose, praktikan kurang teliti mengambilnya sehingga terkadang biakan dari
suspensi tidak terambil dan pada saat diamati tidak ada jamur yang tumbuh pada
media.
BAB
V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari
praktikum tentang pengamatan jamur mikroskopis dapat disimpulkan bahwa :
1. Perbedaan
yeast dan mold yaitu yeast ( khamir ) sedangkan mold ( kapang ). Kpang merupakan fungi yang
berfilamen atau mempunyai miselium, sedangkan khamir merupakan fungi yang
bersel tunggal dan tidak berfilamen.
2. Hasil
yang didapat dari suspensi jamur yang diambil dari jagung busuk adalah jenis
jamur aspergilus, s.p. Aspergilus, s.p.adalah genus yang
terdiri dari beberapa ratus cetakan spesies yang ditentukan berbagai iklim
diseluruh dunia biologi. Ciri – cirri berhifa , koloni berkelompok, konidiofora
septet, konidiofora membengkok, sterig mata sederhana.
3. Ciri
– cirri jamur fungi adalah uniseluler, atau multi seluler ( benang haus ),
tersusun atas hifa , eukariotik, tidak mempunyai klorofil, dinding selnya
terdiri atas tet keton, cadangan makanan tersimpan dalam bentuk glikogen dan
protein.
5.2
Saran
Sebaiknya praktikan melakukan percobaan dengan
teliti saat mengambil suspensi jamur, sehingga jamur yang akan dipindahkan
kemedia terambil dengan baik.
DAFTAR
PUSTAKA
Dwidjoseputro,D.2005.Dasar – Dasar Mikrobiologi.Jakarta :
Djambatan.
Gandjar,Indrawati.1999. Pengenalan Kapang Tropik Umum. Jakarta :
Yayasan
Obor
Indonesia.
Waluyo, Lud.2005.Mikrobiologi Umum.Malang : UMM Press.
Anonim A.2009.http://H:/MAKALAH IAD.Com.Fungi ( Jamur ). Diakses
tanggal 10 Mei 2011.
Pukul 04:26 WITA
Anonim B.2011.http://H:/MAKALAH IAD.Com.Aspergillus. Diakses tanggal 10
Mei 2011. Pukul 04:27
WITA
daftar pustaka di cantumin donk
ReplyDeletedaftar pustakanya dicantumkan lebih bagus :)
ReplyDeleteIni sangat membantu. Terima kasih
ReplyDelete