BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Aldehid dan keton merupakan dua dari
kelompok senyawa organik yang mengandung gugus karbonil. Rumus umum aldehid dan
keton adalah sebagai berikut :
Dari
rumus umum diatas, dapat dikatakan bahwa suatu keton memiliki dua gugus alkyl
(aril) yang terikat pada karbon karbonil, sedangkan aldehid memiliki setidaknya
satu atom H yang terikat pada karbon karbonilnya, gugus lain (R dalam rumus)
dapat berupa alkyl, aril atau H. karena aldehid dan keton tidak mengandung
hidrogen yang terikat pada oksigen maka tidak dapat terjadi ikatan hidrogen
seperti pada alkohol. Sebaliknya aldehid dan keton adalah polar dan dapat
membentuk gaya
tarik menarik elektrostatik yang relatif kuat antara molekulnya, bagian dari
sebuah molekul akan tertarik pada bagian negatif dari molekul yang lain.
Walaupun aldehida dan keton tidak dapat membentuk ikatan hidrogen, senyawa-senyawa ini dapat membentuk ikatan hidrogen dengan atom hidrogen dan air atau alkohol, karena adanya ini kelarutan aldehida dan keton dalam air sejajar dengan alkohol.
Walaupun aldehida dan keton tidak dapat membentuk ikatan hidrogen, senyawa-senyawa ini dapat membentuk ikatan hidrogen dengan atom hidrogen dan air atau alkohol, karena adanya ini kelarutan aldehida dan keton dalam air sejajar dengan alkohol.
Aldehida dan keton dapat dibedakan
dengan cara mengoksidasinya dengan suatu zat pengokisidasi kuat, seperti kalium
permanganate, kromat maupun pengoksidasi lemah seperti pereaksi Tollens,
Fehling ataupun Benedict. Aldehida
akan dioksidasi menghasilkan suatu asam karboksilat. Sedangkan keton tidak
dapat dioksidasi.
Oleh
karena itu, percobaan ini dilakukan untuk membedakan senyawa aldehida dan keton
dengan cara uji Tollens dan Fehling. Pada aseton, fruktosa, glukosa, galaktosa,
dan aldehida. Serta mengamati terjadinya reaksi atau tidak pada percobaan yang
telah dilakukan.
1.2 Tujuan Percobaan
-
Mengetahui
perbedaan dan persamaan senyawa ladehida
-
Mengetahui
terjadinya reaksi atau tidak pada percobaan yang dilakukan
-
Untuk
mengetahui fungsi fehling AB dan tollens terhadap senyawa aldehida dan keton
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Aldehida
dan keton adalah keluarga besar dari senyawa organik yang merasuk kedalam
kehidupan sehari – hari. Senyawa – senyawa ini menimbulkan bau wangi pada
banyak buah – buahan dan parfum mahal. Contohnya, sinamaldehida (suatu
aldehida) menyebabkan au kayu manis (sinamon), dan siveton (suatu keton) yang
digunkan untuk bau musky (menyengat, sumber asli dari semacam rusa) pada banyak
parfum. Formaldehida merupakan komponen dari berbagai material dalam bangunan
rumah. Keton testoteron dan estron banyak dikenal sebagai hormon yang
menimbulkan ciri seksual. Selain
itu, kimiawi aldehida dan keton berperanan penting dalam cara kita mencerna makanan
dan bahkan dalam cara kita dapat melihat tulisan di halaman ini (kimiawi
penglihatan). Jadi, apa itu aldehida dan keton ?
Aldehida dan keton dicirikan oleh adanya gugus
karbonil, yang barangkali merupakan gugus fungsi paling penting dalam kimia
organik. Aldehida memiliki sedikitnya satu atom hidrogen melekat pada atom
karbon karbonil. Gugus sisanya dapat berupa atom hidrogen lain atau
gugus organik alifatik atau aromatik. Gugus
–CH=O yang merupakan ciri dari aldehida sering disebut gugus formil.
Pada keton, atom karbon karbonilnya terhubung dengan dua atom atau karbon lain.
Akan kita lihat bahwa gugus karbonil muncul dalam banyak senyawa organik
termasuk asam karboksilat.
1.1
Tata Nama Aldehida dan Keton
Dalam sistem IUPAC, akhiran penciri untuk
aldehida ialah –al (dari suku kata pertama aldehida). Contoh berikut
mengilustrasikan sistem ini :
Nama umum yang dituliskan dibawah nama
IUPAC sering digunakan, sehingga anda harus mempelajarinya.
Dalam
sistem IUPAC, akhiran untuk keton ialah –on (dari suku kata terakhiran keton).
Rantai dinomori sehingga karbon karbonil memiliki nomor terendah. Nama umum
keton dibentuk dengan menambahkan kata keton pada nama gugus alkil atau aril
yang melekat pada karbon karbonil. Dalam kasus lain, nama tradisional
masih digunakan. Contoh berikut mengilustrasikan cara ini :
1.2
Beberapa
Aldehida dan Keton yang sering dijumpai
-
Formaldehida, yaitu aldehida paling sederhana, dibuat
secara besar – besaran melalui oksidasi metanol. Produksi dunia tahunan mencapai
lebih dari 4 miliar kg. formaldehida berwujud gas (td – 21oc),
tetapi gas ini tidak dapat disimpan dalam keadaan bebas karena akan mudah
berpolimerisasi.
-
Asetaldehida
mendidih didekat suhu kamar (td 20oc).
Senyawa ini dibuat terutama melalui oksidasi
etilena dengan bantuan katalis paladium – tembaga. Sekitar setengah dari
asetaldehida yang diproduksi setiap tahun dioksidasi menjadi asam asetat.
Sisanya digunakan untuk produksi 1-butanol dan bahan kimia komersial lainnya.
-
Aseton,
yaitu keton paling sederhana, juga diproduksi secara besar – besaran, sekitar 2
miliar kg setiap tahun. Metode yang paling sering digunakan untuk sintesis
komersialnya ialah oksidasi propena, oksidasi isopropil alkohol, dan oksidasi
isopropil.
-
Kuinon, merupakan golongan senyawa karbonil yang unik.
Senyawa ini merupakan diketon terkonjugasi siklik. Contoh paling sederhana
ialah 1,4 –benzokuinon. Semua kuinon berwarna dan banyak diantaranya berupa
pigmen alami yang digunakan sebagai zat warna. Alizarin ialah kuinon berwarna jingga
– merah yang digunakan untuk mewarnai mantel seragam merah tentara Inggris
selama Revolusi Amerika. Vitamin K
ialah kuinon yang diperlukan untuk pembekuan darah secara normal. (Harold,
2003)
1.3
Ttitik Didih
Aldehida
dan keton dapat membentuk ikatan hidrogen antar – molekul karena tidak adanya
gugus hidroksil (-ON). Dengan demikian titik didihnya lebih rendah dibandingkan
alkohol padanannya. Tetapi, aldehida dan keton dapat saling tarik melalui
antaraksi polar – polar, sehingga titik didihnya lebih tinggi dibanding alkana
padanannya.gaya tarik tersebut menjelaskan bahwa semua aldehida dan keton dalam
tabel 4.3 berwujud cair atau padat pada suhu kamar, kecuali formaldehida, yaitu
gas yang berbau menyengat.
1.4
Kelarutan
Dalam Air
Aldehida dan keton dapat membentuk ikatan hidrogen dengan
molekul air yang polar. Anggota deret yang rendah, yaitu formaldehida,
asetaldehida, dan aseton, bersifat larut dalam air dalam segala perbandingan.
Semakin panjang rantai karbon, kelarutan dalam air semakin menurun ; bila
rantai karbon melebihi lima
atau enam karbon, kelarutan aldehida dan keton dalam aiar sangat rendah. Sebagaimana kita duga, aldehida dan keton
larut dalam pelarut nonpolar.
1.5
Pembuatan
Aldehida dan Keton
Oksidasi dan Reduksi
Dalam Kimia Organik
Dalam
kimia organik, jumlah oksigen dan hidrogen yang melekat pada karbon menyatakan
derajat oksidasi senyawa tersebut. Semakin sedikit hirogen pada ikatan karbon –
karbon, semakin teroksidasi ikatan itu. Misalnya, etana (suatu alkana) dapat
melepaskan hidrogennya menjadi etana (suatu alkana) dan kemudian menjadi etuna
(suatu alkuna). Lepasnya hidrogen ialah reaksi dehidrogenasi. Panas yang tinggi
dan katalis biasanya diperlukan agar reaksi dehidrogenasi berlangsung. Karena
lepasnya setiap molekul hidrogen melibatkan lepasnya dua elektron, maka etana
adalah senyawa yang paling kurang teroksidasi dan etuna adalah yang paling
teroksidasi.
Oksidasi
dalam kimia organik juga berkaitan dengan jumlah dan derajat oksidasi oksigen
yang melekat pada karbon. Misalnya, metana, yaitu hidrokarbon jenuh, dapat
dioksidasi secara bertahap menjadi karbon dioksida dengan mendapat oksigen dan
melepas hidrogen bergantian. Metana dioksidasi menjadi metanol, kemudian
menjadi formaldehida, lalu menjadi asam format, dan akhirnya menjadi karbon
dioksida. Dalam deret tersebut, karbon dioksida adalah yang paling teroksidasi
atau paling kurang tereduski, sedangkan alkana adalah yang paling kurang
teroksidasi
OKSIDASI
ALKOHOL
Alkohol primer dapat dioksidasi
menjadi aldehida, dan alkohol sekunder dapat dioksidasi menjadi keton. Alkohol
tersier tak dapat dioksidasi karena tidak ada hidrogen yang dapat dilepas dan
karbon pembawa gugus hidroksi. Oksidasi alkohol primer pada suhu sekitar
metanol dan etanol dengan menghangatkannya pada suhu sekitar 50oC
dengan Kalium Dikromat (K2Cr2O7) dalam suasana
asam menghasilkan formaldehida dan asetaldehida. Oksidasi lanjutan tidak
menjadi masalah bagi aldehida yang bertitik didih rendah, seperti asetaldehida,
karena hasilnya dapat langsung disuling dari campuran reaksi segera setelah
terbentuk. Oksidasi alkohol sekunder 2 – propanol dengan menghangatkannya dalam
kalium dikromat bersuasana asam menghasilkan aseton.
1.6
Deteksi
Aldehida
Kimiawan memanfaatkan kemudahan oksidasi aldehida dengan
mengembangkan beberapa uji untuk mendeteksi gugus fungsi ini. Hasilnya mudah
dilihat. Uji yang paling banyak digunakan untuk deteksi aldehida adalah uji
Tollens, Benedict, dan Fehling.
UJI TOLLENS
Pereaksi Tollens,
pengoksidasi ringan yang digunakan dalam uji ini, adalah larutan basa dari perak
nitrat. Larutannya jernih dan tak berwarna. Untuk mencegah pengendapan ion
perak sebagai oksidasi (Ag2O) pada suhu tinggi, ditambahkan beberapa
tetes larutan amonia. Amonia membentuk kompleks marut air dengan ion
perak :
Ag+ + 2NH3 [Ag(NH3)2]+
Jika aldehida dioksidasi dengan pereaksi Tollens, terbentuk asam
karboksilat, dan pada saat itu ion perak. Contohnya, asetaldehida dioksidasi
menjadi asam asetat. Perak biasanya mengendap sebagai cermin pada permukaan
dalam tabung reaksi.
Karena
aldehida teroksidasi menjadi asam karboksilat, senyawa ini adalah pereduksi.
Ion perak tereduksi menjadi logam perak; senyawa ini adalah pengoksidasi.
Cermin sering dilapisi perak oleh pereaksi Tollens. Proses niaga menggunakan
glukosa atau formaldehida sebagai pereduksi.
UJI
BENEDICT dan FEHLING
Peraksi Benedict dan Fehling adalah
larutan basa berwarna biru dari tembaga sulfat yang susunannya agak berbeda.
Jika aldehida dioksidasi dengan pereaksi Benedict dan Fehling, diperoleh
endapan tembaga oksidasi (Cu2O) yang merah cerah. Aldehida teroksidasi menjadi asam asetat ; ion Cu2+
tereduksi menjadi Cu+.
ALFA
– HIDROKSI KETON
Keton tidak teroksidasi oleh pengoksidasi ringan seperti larutan Tollens
dan Benedict. Tetapi, keton yang mempunyai gugus karbonil melekat pada karbon
pembawa gugus hidroksil, memberikan uji positif dengan pereaksi Tollens,
Benedict dan Fehling. Senyawa ini disebut alfa-hidroksi aldehida dan
alfa-hidroksi keton, dengan rumus umum :
α-Hidroksi aseton α-Hidroksi keton
(Wi Ibraham, 1981)
BAB 3
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
- Tabung
reaksi
- Rak
tabung reaksi
- Pipet
tetes
- Water
bath
3.1.2 Bahan
- CuSO4
0,1M
- NaOH
1M
- Fehling
B 1M
- AgNO3
0,1M
- NH4OH 0,1M
- Aseton
- Fruktosa
- Glukosa
- Galaktosa
- Asetaldehida
- Aquades
3.2 Prosedur Percobaan
3.2.1 Uji
Fehling terhadap aseton
- Dimasukkan
5 tetes CuSO4 kedalam tabung
- Ditambahkan
5 tetes NaOH
- Ditambahkan
10 tetes Fehling B
- Dipanaskan
± 2 menit didalam water bath
- Diamati
perubahan yang terjadi
3.2.2 Uji
Fehling terhadap fruktosa, glukosa, galaktosa, asetaldehida
- Dimasukkan
5 tetes CuSO4 kedalam tabung
- Ditambahkan
5 tetes NaOH
- Ditambahkan
10 tetes Fehling B
- Ditambahkan
1 pipet fruktosa
- Diulangi dengan
mengganti fruktosa dengan glukosa, galaktosa dan asetaldehida
- Dipanaskan ± 2
menit didalam water bath
- Diamati perubahan
yang terjadi
3.2.3 Uji Tollens terhadap aseton
- Dimasukkan 5 tetes
AgNO3 ke dalam tabung
- Ditambahkan 5 tetes NH4OH
- Ditambahkan 1 pipet aseton
- Dipanaskan ± 2 menit dalam water bath
- Diamati perubahan yang terjadi
3.2.4 Uji Tollens terhadap fruktosa, glukosa, galaktosa dan asetaldehida
- Dimasukkan 5 tetes AgNO3 kedalam
tabung
- Ditambahkan 5 tetes NH4OH
- Ditambahkan 1 pipet fruktosa
- Diulangi dengan mengganti fruktosa dengan
glukosa, galaktosa dan asetaldehida
- Dipanaskan ± 2 menit didalam water bath
- diamati perubahan yang terjadi
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
Perlakuan
|
Pengamatan
|
1. Uji Fehling
- 5 tetes CuSO4 + 5 tetes
NaOH + 10 tetes fehling B + 1 pipet aseton
- 5 tetes CuSO4 + 5 tetes
NaOH + 10 tetes fehling B + 1 pipet fruktosa
- 5 tetes CuSO4 + 5 tetes
NaOH + 10 tetes fehling B + 1 pipet galaktosa
- 5 tetes CuSO4 + 5 tetes
NaOH + 10 tetes fehling B + 1 pipet glukosa
- 5 tetes CuSO4 + 5 tetes
NaOH + 10 tetes fehling B + 1 pipet asetaldehida
|
-
Tidak bereaksi
-
Larutan berubah warna (awalnya biru) menjadi merah bata + endapan merah
bata
-
Larutan berubah warna (awalnya biru) menjadi merah bata + endapan merah
bata
-
Larutan berubah warna (awalnya biru) menjadi merah bata + endapan merah
bata
-
Larutan berubah warna (awalnya biru) menjadi merah bata + endapan merah
bata
|
2. Uji Tollens
- 5 tets AgNO3 + 5 tetes
NH4OH + 1 pipet aseton
- 5 tets AgNO3 + 5 tetes
NH4OH + 1 pipet fruktosa
- 5 tets AgNO3 + 5 tetes
NH4OH + 1 pipet galaktosa
- 5 tets AgNO3 + 5 tetes
NH4OH + 1 pipet glukosa
- 5 tets AgNO3 + 5 tetes
NH4OH + 1 pipet asetaldehida
|
-
Tidak bereaksi, larutan tetap berwarna bening
-
Terbentuk endapan cermin perak di dinding tabung
-
Terbentuk endapan cermin perak di dinding tabung
-
Terbentuk endapan cermin perak di dinding tabung
-
Terbentuk endapan cermin perak di dinding tabung
|
4.2 Reaksi – reaksi
4.2.1 Tollens
AgNO3
+ 2NH4OH
Ag(NH3)2OH + H2O + NO3-
+ H+
4.2.2
Fehling A
CuSO4
+ 2 NaOH Cu(OH)2
+ Na2SO4
4.2.3
Fehling A + Fehling B
4.2.4
Glukosa + Fehling
AB
4.2.5
Glukosa + Fehling
AB
4.2.6
Reaksi Tautomerisasi fruktosa
4.2.7 Reaksi fehling AB dengan fruktosa
4.2.8
Asetaldehida + Fehling
AB
4.2.9
Aseton + (Fehling A+B)
4.2.10Aseton + Tollens
4.2.11
Asetaldehida + Tollens
4.2.12
Glukosa + Tollens
4.2.13
Galaktosa + Tollens
4.2.14
Fruktosa + Tollens (tautomerisasi fruktosa)
4.3 Pembahasan
Aldehida dan keton dicirikan oleh adanya gugus karbonil, yang barangkali
merupakan gugus fungsi paling penting dalam kimia organik. Aldehida memiliki
sedikitnya satu atom hidrogen melekat pada atom karbon karbonil. Gugus sisanya
dapat berupa atom hidrogen lain atau gugus organik alifatik atau aromatik.
Gugus -CH=O yang merupakan ciri dari
aldehida sering disebut gugus formil. Pada keton, atom karbon karbonil
terhubung dengan dua atom karbon lain.
Pada percobaan pertama, dilakukan uji fehling terhadap aseton (keton).
Setelah direaksikan, tidak terjadi perubahan apa- apa (tidak bereaksi). Ini
dikarenakan keton tidak dapat dioksidasi, keton tidak dapat dioksidasi karena
tidak mengandung atom hidrogen yang terikat pada atom karbonilnya, berarti
reaksi negatif. Penambahan fehling (A+B) bertujuan untuk membedakan
senyawa aldehida dan keton. Sedangkan fungsi pemanasan adalah untuk mempercepat
reaksi.
Begitu juga ketika fehling di
reaksikan dengan galaktosa dan asetaldehida, menghasilkan endapan merah bata.
Hal ini dikarenakan galaktosa dan asetaldehida termasuk aldehida.
Lain halnya ketika fruktosa (keton)
direaksikan dengan fehling, menghasilkan endapan merah bata. Hal ini dikarenakan fruktosa mengalami
tautomerisasi (penyusunan kembali senyawa keton menjadi aldehida). Oleh sebab
itu, fruktosa yang termasuk senyawa keton disusun kembali menjadi senyawa
aldehida atau dengan kata lain mengalami tautomerisasi, tautomerisasi adalah
penyusunan kembali senyawa keton menjadi senyawa aldehida. Fruktosa dapat
dioksidasi karena fruktosa dapat mereduksi pereaksi fehling dan tollens
sehingga mudah teroksidasi dan dalam larutan basa, fruktosa berada dalam
kesetimbangan dengan dua aldehida diastereomik, serta disebabkan penggunaan
suatu zat antara enadiolnya. Sehingga ketika direaksikan dengan fehling
menghasilkan endapan berwarna merah bata.
Pada percobaan uji tollens, direaksikan tollens dengan aseton (keton).
Setelah direaksikan tidak terjadi perubahan apa – apa (tidak bereaksi). Ini
dikarenakan keton tidak dapat dioksidasi, berarti reaksi negatif. Penambahan
pereaksi tollens sama fungsinya dengan penambahan fehling pada senyawa keton.
Hal ini bertujuan untuk membedakan aldehida dan keton, karena ladehida dan
keton dapat dibedakan dengan cara mereaksikan senyawa – senyawa itu dengan
oksidator seperti pereaksi fehling dan pereaksi tollens.
Pada
percobaan glukosa direaksikan dengan pereaksi tollens, awalnya berwarna bening.
Setelah dilakukan pemanasan ± 2 menit menghasilkan cermin perak. Hal ini
dikarenakan glukosa (aldehida) bereaksi positif dengan tollens. Penambahan
tollens sama fungsinya dengan dengan pada percobaan pertama, yaitu untuk
membedakan senyawa aldehida dan keton. Sedangkan fungsi pemanasan adalah untuk
mempercepat reaksi.
Begitu
juga ketika tollens direaksikan dengan galaktosa dan asetaldehida, menghasilkan
cermin perak. Ini karena galaktosa dan asetaldehida termasuk dalam aldehida.
Seperti
pada percobaan sebelumnya, ketika fruktosa direaksikan dengan fehling bereaksi
positif, begitu juga ketika fruktosa direaksikan dengan tollens. Fruktosa
mengalami tautomerisasi, sehingga katika direaksikan dengan tollens bereaksi
positif dengan menghasilkan cermin perak.
Fruktosa
dapat dioksidasi oleh tollens dan fehling karena fruktosa mudah teroksidasi dan
dalam larutan basa berada dalam kesetimbangan dengan dua aldehida
diastereomerik serta penggunaan zat antara enadiol. Alasan utama kestabilan
yang lebih tinggi pada bentuk keto ialah bahwa energi ikatan C = O dan C = H
dalam bentuk keto lebih tinggi dari pada energi ikatan C = C dan O – H dalam
bentuk enol. Stabilisasi resonansi dari cincin aromatik lebih tinggi dari pada
selisih energi yang menguntungkan banyak keto dibandingkan bentuk enol.
Aromatisitas akan hilang jika molekul berada dala bentuk keto, oleh karena itu,
bentuk enol lebih disukai.
Aldehida
dan keton mempunyai banyak kegunaan yang penting, yaitu: aldehida aromatik
sering digunakan sebagai penyedap. Aldehida dan keton ialah keluarga besar dari
senyawa organik yang merasuk dalam kehidupan sehari – hari kita. Senyawa –
senyawa ini menimbulkan bau wangi pada banyak buah – buahan dab parfum mahal.
Contohnya, sinamaldehida (suatu aldehida) menyebabkan bau kayu manis (sinamon),
dan siveton (suatu keton) yang digunakan untuk bau musky pada banyak parfum.
Formaldehida merupakan komponen dari berbagai material dalam bangunan rumah.
Pereaksi
Tollens yaitu pengoksidasi yang ringan dan digunakan dalam uji ini adalah
larutan basa dari perak nitrat larutan jernih tak berwarna, untuk mencegah
pengendapan ion perak sebagai oksida (Ag2O) pada suhu tinggi
ditambahkan beberapatets larutan amonia. Amonia membentuk tollens
kompleks larut air dengan ion perak.
Ag+
+ 2 NH3 [Ag(NH3)2]+
Pereaksi fehling, larutan basa
berwarna biru dari tembaga sulfat yang susunannya agak berbeda, jika aldehida
dioksidasi dengan fehling, diperoleh endapan tembaga oksida (Cu2O)
yang merah cerah. Aldehida
teroksidasi menjadi asam asetat, ion Cu2+ tereduksi menjadu Cu+.
Keton
tidak dapat dioksidasi karena keton memiliki dua gugus alkyl (aril) yang
terikat pada karbon karbonil.
Sedangkan,
aldehida dapat dioksidasi karena memiliki setidaknya suatu atom H yang terikat
pada karbonilnya.
Sifat
fisi dari aldehida, yaitu pada suhu kamar, metanol merupakan aldehida suhu
rendah berupa zat cair yang berbau tidak enak. Molekul aldehida dan keton dapat
saling tarik menarik karena adanya antaraksi polar – polar. Senyawa aldehida
dan keton bertitik didih lebih tinggi dibandingkan padanannya, tetapi lebih
rendah dibanding alkohol padanannya. Aldehida dan keton dapat menerima ikatan
hidrogen dan banyak anggota yang bobot molekulnya rendah dapat larutt sempurna
dalam air.
Sifat
kimia dari aldehida dan keton yaitu melalui oksidasi, aldehida menghasilkan
alkohol primer sedangkan keton menghasilkan alkohol sekunder. Aldehida biasanya
lebih reakstif dibandingkan keton dan merupakan pereduksi yang lebih baik.
Aldehida dapat dioksidasi labih lanjut menjadi asam karboksilat tetapi keton
tahan terhadap oksidasi lanjutan.
Prinsip
yang digunakan pada percobaan ini ialah membedakan senyawaan aldehida dan keton
dengan mengujinya menggunakan pereaksi fehling dan tollens. Aldehida bereaksi
positif dengan kedua pereaksi itu, dengan fehling menghasilkan endapan merah
bata, dengan tollens menghasilkan cermin perak. Sedangkan keton tidak dapat
dioksidasi, berarti reaksi negatif.
Reaksi Tautomerisasi Fruktosa
Jadi, ketika bereaksi dengan fehling
AB, yang bereaksi adalah manosa
Keton tidak dapat dioksidasi karena
tidak mengandung atom hidrogen yang terikat pada atom karbonilnya, sedangkan
aldehida yang membuat mudah dioksidasi adalah atom hidrogennya yangberikatan
dengan gugus karbonilnya.
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
- Persamaan
senyawa aldehida dan keton adalah sama – sama senyawa polar dan sama –sama
terikat pada karbon karbonil. Sedangkan perbedaanya adalah aldehida dapat
dioksidasi dan menghasilkan suatu asam karboksilat, keton tidak dapat
dioksidasi. Aldehida akan bereaksi dengan pereaksi tollens dan fehling,
sedangkan keton tidak dapat bereaksi.
- Pada percobaan uji fehling terhadap aseton,
tidak terjadi reaksi, sedangkan uji fehling terhadap glukosa, galaktosa,
asetaldehida dan fruktosa menghasilkan endapan merah bata (bereaksi). Dan pada
percobaan uji tollens terhadap aseton, tidak terjadi, sedangkan uji tollens
terhadap glukosa, galaktosa, asetaldehida dan fruktosa menghasilkan endapan
cermin.
- Fungsi fehling AB terdahap senyawa aldehida
dan keton ialah sebagai oksidator, sedangkan fungsi tollens terhadap senyawa
aldehida dan keton ialah sebagai reduktor.
5.2
Saran
Sebaiknya dilakukan juga percobaan dengan menggunakan sampel
disakarida seperti sukrosa dan maltosa agar dapat dibandingkan dengan
monosakarida.
DAFTAR PUSTAKA
Fessenden, 1992. Kimia Organik. Jakarta : Erlangga
Hard, Harold, dkk. 2003. Kimia Organik. Jakarta : Erlangga
Wilbraham. 1981. Kimia Hayati. Bandung
: ITB
No comments:
Post a Comment