BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Protein
(protos yang berarti “paling utama”) adalah senyawa organic kompleks yang
mempunyai bobot molekul tinggi yang merupakan polimer dari monomer – monomer
asam amino yang dihubungkan satu sama lain dengan ikatan peptida. Peptida dan
protein merupakan polimer kondensasi asam amino dengan penghilang unsur air
dari gugus amino dan gugus karboksil. Jika bobot molekul senyawa lebih kecil
dari 6.000, biasanya digolongkan sebagai peptida.
Protein
banyak terkandung didalam makanan yang sering dikonsumsi oleh manusia. Seperti
pada tempe ,
tahu, ikan dan lain sebagainya secara umum sumber dari protein adalah dari
sumber nabati dan hewani. Protein sangat penting bagi kehidupan organisme pada
umumnya. Karena itu berfungsi untuk memperbaiki sel – sel tubuh yang rusak dan
suplay nutrisi yang dibutuhkan tubuh maka, penting bagi kita untuk mengetahui
tentang protein dan hal – hal yang berkaitan dengannya.
Oleh
karena itu, hal yang melatar belakangi praktikum ini adalah untuk mengetahui adanya
ikatan peptide dengan reaksi biuret dan ninhidrin, untuk mengetahui adanya asam
amino dengan reaksi biuret dan ninhidrin, untuk mengetahui hal – hal yang dapat
merusak protein (mendenaturasi).
Oleh
karena itu perlu dilakukanya percobaan ini mengingat pentingnya struktur
protein dalam senyawa organic yang digunakan dalam kehidupan sehari – hari.
1.2 Tujuan Percobaan
-
untuk
mengathui adanya ikatan peptida dengan menggunakan pereaksi biuret dan
ninhidrin.
-
Untuk mengetahui adanya asam amino dengan menggunakan pereaksi
biuret dan ninhidrin.
-
Untuk membuktikan dan mengetahui hal – hal yang dapat
mendenaturasi protein (merusak protein).
-
Untuk
mengetahui perubahan yang terjadi ketika protein ditambahkan dengan jahe.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Peptida
dan protein merupakan poliner kondensasi asam amino dengan penghilangan unsur
air dari gugus amino dan gugus karboksil. Jika bobot molekul senyawa lebih
kecil dari 6.000, biasanya digongkan sebagai polipeptida. Semua bukti yang ada
membuktikan bahwa asam amino pada protein mempunyai konfigurasi –L dan ikatan
amida hanya terbentuk antar gugus amino alfa dan gugus karboksil –alfa dari
asam amino yang bersangkutan.
Oleh
karena sifat umum peptida dan protein secara menyeluruh diuraikan dalam buku
ajaran umum biokimia dan bahkan dibahas lebih luas dan mendalam dalam beberapa
buku acuan atom yangterdekat pada akhir, maka pembahasan ini akan dibatasi pada
sifat yang lebih khusus dari peptida dan protein.
(Fessenden 1982)
Asam amino bertautan dalam peptida dan
protein lewat iktan amda diantara gugus karbonil dari satu asam amino dan gugus
amino α dari asam amino lainnya. Emil Fischer, yang pertama kali menganjurkan
struktur ini, menyebut ikatan amida ini sebagai ikatan peptide (peptide bond).
Suatu molekul yang mengandung hanya dua asam amino yang bertautan (singkatan
digunakan untuk asam amino) dengan cara ini ialah suatu dipeptida.
Berdasarkan
komversi ikatan peptide ditulis dengan asam amino yang mempunyai gugus +NH3
bebas disebelah kiri dan asam amino dengan gugus CO2-
bebas di sebelah kanan asam amino ini masing – masing dinamakan asam amino
ujung-N dan asam amino ujung C.
(harlokh Hart
2003)
Begitu kita mengetahui urusan asam
amino dalam peptide atau protein. Kita beradadalam posisi untuk mensintesisnya
dari asam amino penyusunnya. Mengapa kita ingin melakukan hal ini ? ada
beberapa ulasan. Contohnya, kita mungkin berharap untuk memodifikasi struktur
peptide tentu dengan membandingkan sifat dari zat sintetik dan zat alami, atau
kita mungkin ingin mengkasi efek subtitusi satu atom terhadap sfat biogis.
Suatu peptide atau protein, protein termodifikasi seperti ini dapat sangan
berharga untuk mengobati penyakit atau untuk memahami bagai mana protein
berfungsi.
Banyak metode yang telah
dikembangkan untuk menautkan asam amino degan cara terkendali. Caranya
memerlukan strategi yang cermat. Asam amino memiliki dwifungsi, untuk
menentukan gugus karboksil dari suatu asam amino dengan gugus amino dari asam
amino kedua. Pertama – tama kita harus membuat setiap senyawa dengan melindungi
gugus amino dari asam amino pertama dan gugus karboksil dari asam amino kedua.
Dengan cara ii,
kita dapat mengendalikan penautan kedua asam amino sehingga gugus karboksil
dari aa1 bergabung dengan gugus amino dari aa2
Sesudah
ikatan polipeptida terbentuk, kita harus mampu melepas gugus pelindung dibawah
kondisi yang tidak menghidrolisis ikatan peptide atau jika ada asam amino lagi
yang akan ditambah pada rantai, kita harus mampu secara selektif mengambil satu
dari dua gugus pelindung dari peptide yang berpelindung ganda sebelum
menggabungkan asam amino berikutnya. Semua ini akan sangat rumit dan merupakan proses yang sangat rumit dan
merupakan proses yang membosankan. Namun demikian, metode ini telah digunakan
oleh Vincent de Vigneard dan
sesacwatnya untuk mensintesis Oksitosin dan Vasopresin. Yaitu
polipeptida alami pertama yang disintesis di laboratorium.
(Abdul Hamid A.
Toha 2001)
Sudah dapat dipastikan bahwa jumlah
peptide murni yang telah diisolasi dari tumbuhan tinggi hanya merupakan bagian
kecil saja dari peptide tumbuhan, jadi sejumlah besar senyawa yang positif
dengan ninhidrin, tidak tahan asam, dan belum teridentifikasi telah teridentifikasi
dalam tubuh dengan cara kromatografi mungkin saja sebagian besar dari senyawa
tersebut peptide baru.
Semus system kehidupan mengandung
sejumlah besar proton yang berbeda. Perbedaanya mungkin terdapat pada susunan
asam amino, urutan asam amino kandungan non-asam amio, bobot molekul dan pada
factor yang menentukan konfirmasi protein untuk menentukan struktur protein
tertentu kita harus memisahkan protein itu dari bahan non protein dan dari
protein yang lain. Ini kadang – kadang merupakan tugas yang sangat berat, dan
kita harus menggunakan sejumlah criteria berbeda untuk menetapkan
kehomogenannya.
Kerumitan dan keragaman protein
telah mendorong diciptakannya berbagai bahan penggolongan walaupun hanya
berhasil sebagian, protein tumbuhan telah dikelompokan berdasarkan sumber jadi
ada protein biji atau protein daun. Ini dibagi lebih lanjut menjadi protein
embrio dan protein endosperm pada protein biji dan protein kloroplas untuk
proein daun. Protein biji ditinjau ulang dalam protein dan sebagai sumber makanan
potensial dalm bagan penggolongan lain didasarkan pada pengelompokan menjadi
protein sederhana, yaitu protein yang pada hidrolisis hanyamenghasilkan asam
amino alfa dan protein konjugasi, yaitu protein yang pada hidrolisis
menghasilkan asam amino dan senyawa lain. Aanak golongan utama protein
disenaraikan dibawah (‘Penggolongan Osborne’). Akan tetapi harus diingat bahwa
beberapa protein tidak dapat dimasukan kedalam salah satu anak golongan dengan
pas. Misalnya, mungkin saja terdapat rentang kelarutan yang sinambung antara
albumin dan globulin, begitu juga antara glutelin dan prolamin.
-
albumin
albumin ialah protein yang tidak larut dalam air dan dalam
larutan garam encer serat dapat terkonjugasi jika dipanaskan. Contoh Albumin
ialah (Eukosin dari gandum)
-
Globulin
Glubulin ialah protein yang tidak larut dala air tetapi larut
dalam larutan garam encer. Globulin tersebar dalam biji tumbuhan sayur dan
telah dipelajari secara luas dalam polong – polongan.
-
Glutelin
Glutelin adalah protein yang tidak larut dalam semua pelarut
yang netral tetapi larut dalam basa dan asam yang sangat encer. Contohnya ialah
glutelin dari gandum dan orizeniiiiin dari beras.
-
Prolamin
Prolamin ialah protein yang tidak larut dalam air tetapi
larut dalam etanol 70 – 80 %. Contohnya ialah zein dari jagung, gliadin dari
gandum avenin dari avena sativa dan hordein dari barli (Hordeum sp.). kelarutan
aneh protein ini barangkali disebabkan oleh kadar prolina yang tinggi kelarutan
prolina sendiri dalam etanol tinggi luar biasa. Kadar glutamine yang ting
tinggi juga bersifat khas.
-
Histon
Histon adalah protein bersifat basa, keberadaanya berkaitan
dengan DNA dan mempunyai cirri khas persentase lisina atau orginina tinggi,
histon mungkin berperan penting pada pengaturan fungsi asam nukleat. Histon yang
terdapat dalam berbagi organ pada tumbuhan yang sama sangat mirip dan bahkan
ada keserupaan itu pada tumbuhan yang spesiesnya berbeda akan tetapi terdapat
perbedaan yang terlihat antara histon sitoplasma, kloroplas dan histon
mitokondria, dari sumber yang sama. Histon tumbuhan dan histon hewan telah
dibandingkan pula secara luas.
(hart Harold 2003)
Protein umumnya terbagi kedalam dua
golongan utama serat (fibereus) atau globural (membulat). Protein serat
(Fibroas Proten) ialah material structural hewan dan dengan demikian bersifat
tidak larut dalam air. Selanjutnya, protein serat terbagi lagi menjadi tiga
katagori umum, keratin yang menyusun
jaringan pelindung, seperti kulit, rambut, bulu, cakar dan kuku. Kolagen yang berbentuk jaringan ikat,
seperti tulang rawan tendon, dan pembuluh darah dan sutera (silk) seperti
fibroin dari sarang laba – laba dari koten (kepompong).
Kratin dan kalogen memiliki struktur
helit, sedangkan sutera struktur lembar terlipat.
Protein globural sangat berbeda
dengan proten serat. Protein ini cenderung larut dalam air dan bentuknya hamper
membalut, sebagaimana tersirat dari namanya. Protein globural bukanlah protein
structural tetapi memiliki berbagai fungsi biologis lainnya. Contohnya ialah
enzim (katalis biologi), protein pengangkat (transport protein) mengangkut
molekul –molekul kecil dari satu bagian tubuh kebagian lainnya. Misalnya
hemoglobin yang mengangkut oksigen dalam darah atau protein penyimpan. Protein
globural memiliki lebih banyak asam amino dengan rantai samping polar.
(Fessenden 1982)
BAB 3
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
- Tabung Reaksi
- Pipert tetes
- Water Bath
- Gelas ukur
- Batang pengaduk
- Rak tabung
- Gelas kimia
3.1.2 Bahan
- Biuret
- Ninhidrin
- Putih telur
- Alannin
- Ekstrak jahe (enzim proteinase)
- Perasan air tahu
- Telur keong
- Susu
- HNO3
- Serin
- Aquadest
3.2
Prosedur Percobaan
a. Reaksi Ninhidrin
- 1 pipet putih telur ditambahkan 2 tetes ninhidrin.
- Dilakukan perlakuan yang sama untuk
bahan susu sapi, telur keong, alanin, serin dan sample perasan air tahu
kemudian ditambahkan dengan 2 tetes ninhidrin.
- Diamati
perubahan yang terjadi
b. Reaksi Biuret
- Diambil 1 pipet putih telur ditambahkan 2
tetes biuret diamati
- Dilakukan perlakuan yang sama untuk bahan –
bahan susu sapi, telur keong, alanin, serin dan sample perasan air tahu
kemudian ditambahkan biuret
- Diamati perubahan yang terjadi
c. Denaturasi
- Diambil 1 pipet putih telur dipanaskan
- Diamati
- Diambil 1 pipet susu dipanaskan kemudian
- Diamati
- Diambil satu pipet putih telur ditambahkan 5
tetes larutan asam HNO3 diamati perubahan yang terjadi
- Diambil 1 pipet susu ditambahkan 5 tetes
larutan asam HNO3 diamati perubahan yang terjadi
d. Hidrolisis
- Diambil 2 pipet ekstrak
jahe ditambahkan 1 pipet susu sapi didiamkan selama 5 menit ditambahkan
ninhidrin dipanaskan, diamati
- Diambil 2 pipet ekstrak
jahe ditambahkan 1 pipet susu sapi selama 5 menit didiamkan kemudian
ditambahkan biuret dipanaskan diamati perubahan yang terjadi
- Dipanaskan 2 pipet ekstrak jahe dipanaskan
ditambahkan 1pipet susu ditambahkan ninhidrin kemudian dipanaskan diamati
- Diambil 2 pipet ekstrak jahe dipanaskan
ditambahkan 1 pipet susu ditambahkan biuret kemudian dipanaskan diamati
- Diambil 2 pipet ekstrak jahe didinginkan
ditambahkan 1 pipet susu ditambahkan ninhidrin dipanaskan diamati perubahan
yang terjadi
- Diambil 2 pipet ekstrak jahe didinginkan
ditambahkan 1 pipet susu ditambahkan biuret dipanaskan diamati perubahan yang
terjadi.
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
Perlakuan
|
Pengamatan
|
A
- 1 pipet
putih telur + 2 tetes ninhidrin
- 1 pipet
telur keong + 2 tetes ninhidrin
- 1 pipet susu
sapi + 2 tetes ninhidrin
- 1 pipet
perasan tahu + 2 tetes ninhidrin
- 1 pipet alanin + 2 tetes ninhidrin
- 1 pipet serin + 2 tetes ninhidrin
B
- 1 pipet
putih telur + 2 tetes biuret
- 1 pipet
telur keong + 2 tetes biuret
- 1 pipet susu
sapi + 2 tetes biuret
- 1 pipet perasan tahu + 2 tetes biuret
- 1 pipet alanin + 2 tetes biuret
- 1 pipet serin + 2 tetes biuret
C
- 1 pipet putih telur dipanaskan
- 1 pipet susu sapi dipanaskan
- 1
pipet putih telur ditambahkan 5 tetes
HNO3
- 1
pipet susu ditambahkan 5 tetes HNO3
D
- 2
pipet ekstrak jahe + 1 pipet susu diamkan + ninhidrin dipanaskan
- 2
pipet ekstrak jahe + 1 pipet susu diamkan + biuret dipanaskan
- 2
pipet ekstrak jahe + 1 pipet susu diamkan + ninhidrin dipanaskan
- 2
pipet ekstrak jahe dipanaskan + 1 pipet susu ditambahkan ninhidrin dipanaskan
- 2
pipet ekstrak jahe dipanaskan + 1 pipet susu + biuret
- 2
pipet ekstrak jahe didinginkan + 1 pipet susu + biuret dipanaskan
|
Tidak bereaksi
Tidak bereaksi
Tidak bereaksi
Tidak bereaksi
Larutan bening
keunguan
Larutan bening
keunguan
Larutan kental keunguan
Larutan kental orange keunguan
Larutan putih kental keunguan
Larutan putih keunguan
Tidak bereaksi
Tidak bereaksi
Terlihat
partikel – pertikel kecil ketika dikocok (rusak)
Terlihat
partikel – pertikel kecil ketika dikocok (rusak)
Puith telur
menggumpal
Susu rusak
menggumpal
Larutan
berubah menjadi ungu kebiruan
Tidak bereaksi
Larutan
berubah menjadi ungu kebiruan
Tidak bereaksi
Larutan
berubah menjadi ungu kebiruan
Tidak bereaksi
|
4.2 Reaksi – reaksi
Reaksi protein (putih telur, telur keong, susu
sapi, perasan tahu) dengan biuret
Atau
Reaksi Alanin
& Serin dengan : Biuret
Reaksi Protein (Telur Keong, Putih telur, Susu
sapi, Perasan Tahu) dengan Ninhidrin
Reaksi Asam
Amino (Alanin dan Serin) dengan ninhidrin
Reaksi protein
dengan HNO3
Reaksi enzim
protease dengan protein menjadi Asam Amino, Asam Amino direaksikan dengan
ninhidrin (biuret)
Asam Amino dengan Biuret
4.3 Pembahasan
Asam amino sesuai dengan namanya
terdiri dari gugus asam (COOH) dan gugus amin (-NH2). Jika protein
dihidrolisis didapatlah asam amino α artinya gugus amino berada pada atom
karbon ALFA (α) yaitu disebelah gugus karboksi, dengan struktur :
Suatu protein adalah biopolimer yang
terdiri atas banyaknya asam amino yang berhubungan satu dengan lainnya lewat
ikatan amida (peptida) sedangkan ikatan peptida itu terbentuk akibat ikatan
amida yang manautkan dua asam amino antara gugus (NH2) dari asam
amino yang satu dengan gugus karbonil (COOH) dari asam amino yang lain. Seperti
gambar sibawah ini :
Asam amino
bersifat amfoter yaitu dapat bersifat asam maupun basa. Sehingga bila
direaksikan dengan asam maka asam amino akan bermuatan positif (kation) bila
direaksikan dengan basa maka asam akan bermuatan negatif (anion).
1 Glisin 12.
Tirosin
2. Alanin 13
Triptofan
3. Valin 14.
Asam Aspartat
4. Leusin 15.
Asam Glutamat
5. Iso leusin 16.
Asparagina
6. Serin 17.
Glutamina
7. Treonin 18.
Lisina
8. Sistein 19.
Arginin
9. Metionin 20. Histidina
10. Prolin
11. Fenilalanin
Asam – asam amino penyusun protein
dapat juga digolongkan berdasarkan kemampuan sintetsis tubuh manusia dan hewan
(tumbuhan dapat mensintesis semua asam amino) yaitu asam amino esensial yaitu
asam amino yang tidak dapat disintesis oleh tubuh sehingga mutlak didapat dari
makanan contohnya, triptofan, fenik alanin, lisin, treonin, zalin, metionin,
leusin dan iso leusin ; dan ada pula asam amino yang dapat disintesis oleh
tubuh manusia dan hewan yaitu asam aminno non esensial. Asam amino ini juga
terdapat dalam makanan sebagai sumber nitrogen contohnya : glisin, serin,
sistein, asparagin, glutamin.
Protein sangat cenderung mengalami
beberapa bentuk perubahan yang dinyatakan sebagai denaturasi. Perubahan – perubahan mana disebabkan pekanya protein
terhadap panas, tekanan yang tinggi, alkohol alkali, urea, KI dan asam. Dan
pereaksi – pereaksi lainnya. Denaturasi sering meliputi perubahan – perubahan
kimia dalam molekul protein disebabkan rusaknya unsur – unsur hidrogen
tertinggi dari protein.
Pada
percobaan pertama susu sapi yang ditetesi ninhidrin lama kelamaan tidak
bereaksi, juga terhadap protein lain seperti putih telur, telur keong dan
perasan tahu. Alanin dan serin setelah ditetesi ninhidrin mengalami perubahan
warna menjadi ungu, hal ini disebabkan ninhidrin merupakan zat yang berfungsi
untuk mendeteksi suatu asam amino. Ninhidrin tidak dapat bereaksi dengan
protein dikarenakan protein bukan asam amino tunggal protein memiliki 2 asam
amino yang terhubung disebut ikatan peptida.
Pada
percobaan kedua ketika serin dan alanin ditetesi dengan biuret tidak terjadi
perubahan warna pada putih telur, susu sapi, telur keong dan perasan tahu
ditetesi pereaksi biuret terjadi perubahan warna menjadi ungu, untuk telur
keong menjadi orange keunguan hal ini disebabkan protein yang terkandung dalam
putih telur dan lain – lain dapat bereaksi dengan biuret sedangkan alanin dan
serin merupakan asam amino sehingga tidak dapat bereaksi dengan biuret. Biuret
tidak dapat bereaksi dengan asam amino dikarenakan asam amino tidak memiliki
ikatan peptida (protein), sedangkan biuret bereaksi dengan protein untuk
membuktikan adanya ikatan peptida (protein).
Pada
percobaan ketiga denaturasi protein ketika susu sapi dan putih telur dipanaskan
protein menjadi rusak susu sapi dan putih telur menggumpal karena ikatan
peptida pada protein terputus. Sedangkan putih telur dan susu sapi setelah
ditambahkan HNO3, juga mengalami perubahan menjadi menggumpal hal
ini disebabkan ion – ion H+ dari asam (HNO3) menyerang
ion – ion asam amino dari protein. Fungsi perlakuan percobaan ini adalah untuk
membuktikan bahwa dengan pemanasan dan penambahan asam dapat menyebabkan
terjadinya denaturasi pada protein.
Percobaan
keempat hirolisis, pertama –tama ekstrak jahe ditambahkan susu kemudian
didiamkan selama 5 menit bila ditambahkan ninhidrin kemudian dipanaskan terjadi
perubahan menjadi larutan ungu kebiruan hal ini dikarenakan setelah dicampur
dengan jahe susu sapi berubah pecah menjadi asam amino hal ini dikarenakan jahe
memiliki enzim protease yang dapat memecah protein menjadi asam amino,
sedangkan jika ditambahkan dengan biuret tidak bereaksi karena susu sapi sudah
dipecah menjadi asam amino sehingga tidak terdapat lagi protein didalamnya.
Kedua, ekstrak jahe dipanaskan kemudian ditambahkan ninhidrin dan biuret
kemudian diamati, yang terjadi campuran hanya bereaksi dengan ninhidrin
dikarenakan protein telah direaksikan dengan enzim yang ada pada jahe sehingga
merubah protein menjadi asam amino, dan mengakibatkan hanya ninhidrin yang dapat
bereaksi sedangkan biuret tidak. Ketiga, ekstrak jahe didinginkan ditambah
dengan susu sapi, lalu didiamkan setelah itu ditambahkan ninhidrin dan biuret,
pada ninhidrin terjadi perubahan warna ungu kebiruan sedangkan pada biuret
tidak terjadi apa – apa. Pada percobaan ini dilakukan tiga tahap agar kita
mengathui reaksi yang terjadi pada suhu kamar, dengan pemanasan dan pada suhu
dibawah (dingin) sehingga reaksi yang baik didapat ketika pemanasan karena
enzim yang ada pada jahe dapat cepat memecah ikatan peptida (protein) pada susu
sapi lebih cepat. Fungsi pemanasan dan pendinginan pada reaksi hirolisis
protein adalah fungsi pendinginan agar enzim protease tidak bekerja atau in
aktif, jika dengan pemanasan dengan suhu tinggi untuk mendenaturasi protein lebih
cepat. Sedangkan dilakukan pada suhu kamar agar enzim protease bekerja sehingga
mampu menghidrolisis protein menjadi asam amino.
Jahe
memiliki enzim protease 2,26 % yang dapat memecah protein menjadi asam amino
dan enzim lipase yang dapat memecah lemak. Kandungan kimia jahe itu sendiri
antara lain : minyak atsiri, dumar, mineral sineol, kallendren, kumker,
borneol, zinggiberin, zingiberol, gigerol (pada bagian – bagian merah),
zingeron, lipidas, asam aminos (enzim protease), vitamin A, B, C, protein minyak
jahe berwarna kuning kental. Minyak ini banyak mengandung terpen,
fallandren, dextro kamfer, bahan sesquiterfen, yang dinamakan zingeberen zingeron, dumar, pati (www.sendokgarpu.com)
Protein – protein menunjukan perbedaan – perbedaan dalam reaksi kimia.
Meskipun demikian proton kebanyakan menunjukan sifat – sifat dari senyawa
amfoter, yaitu membentuk garam – garam baik dengan menggunakan larutan – larutan
asam atau basa atau dengan enzim – enzim. Ternyata bahwa hidrolisis protein
didahului dengan pecahnya molekul – molekul menjadi zat – zat yang lebih
sederhana (pepton). Hidrolisis yang sempurna dari protein sederhana memberikan
campuran dari asam –asam amino. Semua protein dapat dihidrolisis oleh larutan –
larutan berair dari asam – asam amino yang mempunyai struktur RCH.(NH2)COOH.
Asam
– asam amino merupakan senyawa –senyawa kristalin yang tak berwarna, laruta
dalam air (kecuali sistein dan tirosin) mereka pada umunya larut dalam alkohol
encer, tidak larut dalam alkohol absolute, asam – asam amino bersifat
Zwitterion yang 50% asam – asam amonia lebih berada dalam bentuk dipolar
dimedium listrik asam – asam amonia bergerak ke katoda dalam larutan – larutan
asam dan kearah anoda dalam larutan basa.
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Pada percobaan ini dapat disimpulakan sebagai berikut :
-
Untuk
mengetahui adanya ikatan peptida digunakan protein dan asam amino dengan
pereduksi ninhidrin dan biuret
a.
Reaksi protein (susu sapi, putih telur, telur keong dan
perasan tahu dengan biuret bereaksi membuktikan adanya ikatan peptida dengan
ninhidrin tidak.
b.
Reaksi asam amino (serin dan alanin) dengan biuret
tidak bereaksi karenakeduanya asam amino.
-
Untuk
mengetahui adanya asam amino sigunakan pereaksi ninhidrin dan biuret.
a.
Reaksi asam amino serin dan alanin dapat bereaksi
dengan ninhidrin membuktikan adanya asam amino.
b.
Reaksi asam amino serin dan alanin tidak bereaksi
dengan biuret.
-
Hal - hal yang dapat mendenaturasi protein adalah
a. Ketika adanya penambahan asam kuat.
b. Protein (susu sapi)(putih telur) menjadi
rusak.
c. Ketika dilakukan pemanasan protein menjadi
rusak karena ikatan peptida terputus.
-
Ketika
ditambahkan protein dengan jahe terjadi perubahan struktur menjadi asam amino
karena jahe memiliki enzim protease yaitu enzim yang dapat memecah protein
menjadi asam amino.
5.2 Saran
Dalam percobaan pembuktian asam
amino baiknya menggunakan jenis – jenis asam amino lainnya, seperti fenil
alanin dan firotesin.
DAFTAR PUSTAKA
A. Toha. Abdul hamid. 2001. Biokimia Metabolisme
Biomolekul. Alfabeta:
Manokrawi
Hart,
Harold. 2003. Kimia Organik Edisi II.
Erlangga: Jakarta
Joan R,
Fessenden. 1982. Kimia Organik.
Erlangga: Jakarta
No comments:
Post a Comment