Kemana Langkah Menuju
Karen seorang perempuan berumur 20 tahun yang sekarang sedang
menempuh pendidikan S1 di salah satu Perguruan Tinggi Negeri di Kota tempat
tinggalnya. Yah,, untuk umur 20 tahun memang seharusnya sudah menjadi wanita
yang dewasa, tapi tidak dengan Karen yang masih manja dan cengeng. Tapi pribadi
manja dan cengengnya hanya di tunjukkannya kepada keluarga dan hanya
orang-orang yang sangat kenal dan sangat sayang dengannya. Jika kalian tanya
kepada teman-temannya maka mereka akan menilai Karen adalah seorang wanita yang
kuat pendirian, tegar, dan agak sedikit tomoy. Itulah sosok Karen yang selama
ini sangat berbeda antara di luar rumah dan di dalam rumah.
Di Kampus Karen memiliki sahabat laki-laki yang bernama Ben.
Ben sangat baik, pintar, selalu mendapatkan IP tinggi di setiap semester dan sangat cakep. Mereka layaknya seorang kekasih, sangat dekat dan sangat akrab. Karen selalu menceritakan keluh kesah tentang pacarnya kepada Ben, dan Ben selalu setia menjadi pendengar yang baik dan memberi saran kepada Karen sebagai sahabat yang baik. Sampai akhirnya hubungan karen dengan pacarnya pun harus berakhir. Seperti biasanya, karen pun bercerita semuanya kepada Ben, Ben pun bisa menenangkan Karen.
Ben sangat baik, pintar, selalu mendapatkan IP tinggi di setiap semester dan sangat cakep. Mereka layaknya seorang kekasih, sangat dekat dan sangat akrab. Karen selalu menceritakan keluh kesah tentang pacarnya kepada Ben, dan Ben selalu setia menjadi pendengar yang baik dan memberi saran kepada Karen sebagai sahabat yang baik. Sampai akhirnya hubungan karen dengan pacarnya pun harus berakhir. Seperti biasanya, karen pun bercerita semuanya kepada Ben, Ben pun bisa menenangkan Karen.
Hari terus berganti, jam terus berdetak entah dari mana awalnya
rasa itu tumbuh secara perlahan. Entah siapa yang awalnya memulainya. Tanpa
sadar rasa itu makin hari makin bertambah. Ya.. rasa itu adalah rasa sayang
yang mereka rasakan lebih dari seorang sahabat. Tapi pada saat hampir menyadari
satu sama lain, Karen masih belum yakin akan hal itu, sehingga Karen masih
memilih untuk tetap dekat sama seorang laki-laki bernama Joshua. Karen pun
tetap menceritan tentang Joshua kepada Ben. Mungkin karena rasa cemburu yang
terlalu besar itu yang membuat Ben tak kuat untuk menahan rasa di dada nya.
Sehingga lambat laun semakin terlihat bahwa Ben sayang sama Karen.
Menyadari akan hal itu Karen pun memutuskan untuk tak lagi terlalu
dekat denngan Joshua.
Karen dan Ben pun dekat dengan sendirinya, menjadi hubungan yang
lebih dari sekedar sahabat, merasakan perasaan sayang yang lebih dari seorang
sahabat. Mereka belajar bareng, makan bareng, pergi dan pulang kekampus bareng
dan malam minggu pun bareng. Samapai semuanya terasa semakin nyata. Tapi, Karen
mulai merasa aneh dengan Ben yang tak kunjung-kunjung mengatakan cinta dan
memintanya untuk mejadi pacarnya. Karen pun memberanikan diri untuk bertanya
pada Ben.
Mereka pergi untuk makan Bakso dan di sana mereka bicarakan
semuanya. Seperti biasa Karen memasang muka yang sangat tegar, lalu bertanya
"jadi kita gimana ben ?" sambil meminum es teh
dihadapnnya
"gimana apanya Ren ?" dan Ben pun meminum es teh nya
karena mendadak tenggorokannya terasa tercekik kering
"hubungan kita gimana? kan aku sudah bilang di sms malam ini
mau minta kejelasan semuanya" Karen mulai menyantap bakso nya dengan
hati-hati karna panas
"kita makan dulu aja ya, gak enak kalo lagi makan ngomongin
ini" Ben segera menyantap makanannya
Lama mereka makan tanpa ada yang memecah keheningan, satu sama
lain sama-sama ada sesuatu yang difikirkan. berfikir keras tentag hubungan yang
tak kunjung jelas ini. Setelah dua-duanya selesai makan, percakapan pun mulai
dilanjutkan kembali.
"jadi gimana Ben?" Karen bertanya tak sabar, tapi
lagi-lagi dengan wajah tegar
"hhmmm... aku bingung harus mulai dari mana ngomongnya"
Ben kembali meminum es teh
"tinggal jawab aja Ben" Karen mulai gelisah
"aku gak tau harus ngomong apa, tapi aku minta maaf
sebelumnya, maaf banget Ren" Ben kembali minum untuk menenagkan dirinya,
sementara perasaan Karen sudah mulai tak tenang sepertinya Karen bisa menebak
ending dari cerita ini.
"Ren, sebenernya aku sayang sama kamu, *suaranya bergetar*
hanya saja aku belum siap Ren, aku gak dibolehkan sama orang tua ku. Dulu aku
pernah janji untuk gak pacaran dulu selama kuliah, maaf ya Ren" Ben
menahan sesak di dadanya
"ohh.. iya Ben kalo emang itu alasannya, aku juga gak bisa
maksa kamu, jadi kita ? gak kan?" Karen bertanya lagi untuk meyakinkan
diri dan menahan tangis yang mulai tumpah
"jadi, kayaknya kita ndak dulu deh, aku belum siap" Ben
memperjelas dengan tetap suaranya yang bergetar karna gugup
"iya udah kalo gitu Ben" Karen mulai tak bisa menahan
tangis
"tapi aku tetap mau kita tetap dekat kayak gini Ren" Ben
meminta agar Karen mau dengan tawarannya
"aku gak bisa Ben, aku gak bisa gini terus, ngejalanin
hubungan tanpa status, maaf Ben" Karen menahan sakit yang menghujam
jantungnya.
Tanpa banyak bicara Ben pun mengantar Karen ke rumahnya, dan Ben
langsung pamit pulang. sampai di kamar air mata Karen tumpah ruah, Ia duduk
dipojokaan
Kamarnya dan menekuk kakinya hingga kepalanya dibenamkan diantara
kedua lututnya. Hati Karen benar-benar sakit tak mampu rasanya melewati
hari-hari berikutnya. Tak hanya Karen, Ben pun merasakan hal yang sama,
merasakan sakit karena melepaskan orang yang sangat disayanginya.
Lama mereka sendiri-sendiri tak tegur sapa, dan saling diam,
sama-sama merasakan kesepian. Hingga akhirnya satu sama lain merasakan tak
dapat menahan rasa saying mereka. Entah siapa yang memulai nya kembali menjadi
seperti semuala. Mereka menjalani hari-hari bersama lagi, kayaknya seorang
kakasih. Yang mereka jalani sekarang adalah Hubungan Tanpa Status. Sudah hampir
satu tahun hubungan ini berlanjut dengan HTSan, sering kali Karen berusaha
bertanya tentang kejelasan dan jawabannya selalu sama. Ben gak bias pacaran
dengan Karen dengan alasan orang tuanya tak mengizinkan. Berkali-kali Karen
berfikir dan memutuskan untuk pergi karna Ia sadar hubungan yang mereka jalani
ini adalah salah, karena Karen merasa dengan HTS tidak ada kepastian sehingga
kapan saja salah satu dari mereka bias sa tersakita. Tapi Karena Besarnya rasa
sayang Karen kepada Ben, saat sekian kali Ia berkata akan pergi dan tak akan
kembali dan berkat bahwa ini adalah keputusan yang sudah bulat, entah angina pa
yang membawanya kembali lagi dan lagi kepada Ben.
Karen selalu berfikir apa bedanya Ia pacaran dan tak pacaran ?
hanya sekedar di status, lantas kenapa Ben tak ingin berpacaran saja atau
sekedar backstreet dengan orang tuanya. Tapi sekuat apapun Karen berfikir tetap
saja tak dapat mengubah keputusan Ben, Hubungan mereka tetap HTS. Semua
berjalan mengikuti alur, tapi Karen akan selalu berfikir ‘Lebih baik di
gantungin terus HTSan sama Ben, atau pergi dan kehilangan semua tentang Ben’
Dan HTS tetap menjadi status mereka sampai waktu yang belum
ditentukan sampai kapan
Oleh : Ita Trie
Wahyuni 21 Januari 2013 ~21.35
*~~~~~*
No comments:
Post a Comment