Tuesday, October 2, 2012

Laporan Mikrobiologi Pembuatan Biakan Murni


BAB I
PENDAHULUAN

1.1              Latar Belakang
Di alam, pepulasi mikroba merupakan populasi campuran dari berbagai mikroorganisme atau disebut juga biakan campuran. Teknik biakan murni digunakan untuk memisahkan berbagai macam bakteri tersebut. Untuk dapat memperoleh biakan murni digunakan beberapa teknik biakan yaitu metode agar tuang dan metode penggoresan lempengan agar (Hastowo,1992).
Dalam keadaan sebenarnya (di alam bebas) boleh dikata tidak ada bakteri yang hidup tersendiri dan terlepas dari spesies lainnya. Kerap kali bakteri patogen kedapatan bersama-sama bakteri saprobe. Yang terakhir ini boleh disebut penyerbu yang membonceng (secondary invaders). Mungkin juga bakteri patogen yang membonceng. Untuk menentukan siapa pembonceng dan siapa yang dibonceng diberikan pedoman “siapa yang kedapatan disitu lebih dulu, dan siapa yang dating terkemudian” (Dwidjoseputro,2005).
Yang melatar belakangi percobaan pembuatan biakan murni ialah guna menambah keterampilan dan pengetahuan mengenai cara pembuatan biakan murni. Untuk menggampangkan pemeriksaan perlulah diadakan pemiaraan, sehingga sewaktu perlu, bakteri selalu tersedia.

1.2              Tujuan
-          Mempelajari prinsiop cawan gores
-          Mengetahui prinsip biakan murni
-          Mengetahui manfaat dari biakan murni


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Cara menyendirikan piaraan murni
Dalam keadaan sebenarnya (di alam bebas) boleh dikata tidak ada bakteri yang hidup tersendiri dan terlepas dari spesies lainnya. Kerap kali bakteri patogen kedapatan bersama-sama bakteri saprobe. Yang terakhir ini boleh disebut penyerbu yang membonceng (secondary invaders). Mungkin juga bakteri patogen yang membonceng. Untuk menentukan siapa pembonceng dan siapa yang dibonceng diberikan pedoman “siapa yang kedapatan disitu lebih dulu, dan siapa yang dating terkemudian”. Untuk menyendirikan suatu spesies ada dikenal dengan beberapa cara yaitu : (Dwidjoseputro,1994).
a.       Dengan pengenceran
Cara ini pertama-tama dilakukan oleh Lister dalam tahun 1865. Ia berhasil memiara biakan murni Streptococcus lactis yang diisolasikannya dari susu yang sudah masam.
            Suatu sampel dari suatu suspense yang berupa campuran bermacam-macam spesies diencerkan dalam suatu tabung tersendiri. Dari enceran ini kemudian diambil barang 1 ml untuk diencerkan lagi. Kalau perlu, dari enceran yang kedua ini diambil 1 ml untuk diencerkan lebih lanjut. Jika dari pengenceran yang ketiga ini diambil 0,1 ml untuk disebarkan pada suatu medium padat, kemungkinan besar kira akan mendapatkan beberapa koloni tumbuh dalam medium tersebut, tetapi mungkin juga kita hanya memperoleh suatu koloni saja. Dalam hal yang demikian ini kita memperoleh satu koloni murni, dan selanjutnya spesies ini dapat kita jadikan piaraan murni. Kalau kita belum yakin, bahwa koloni tunggal yang kita peroleh itu murni, kita dapat mengulang pengenceran dengan menggunakan koloni ini sebagai sampel (Dwidjoseputro, 1994)
b.      Dengan penuangan
Robert Koch (1843-1905) mempunyai metode yang lain, yaitu dengan mengambil sedikit sampel campuran bakteri yang sudah diencerkan, dan sampel ini kemudian disebarkan di dalam suatu medium dari kaldu dan gelatin encer. Dengan demikian diperolehnyalah suatu piaraan adukan. Setelah medium itu mengental, maka selang beberapa jam kemudian nampaklah koloni-koloni yang masing-masing dapat dianggap murni. Dengan mengulang pekerjaan seperti diatas ini, maka akhirnya akan diperoleh piaraan murni yang lebih terjamin.
            Dalam melakukan metode ini ada dua orang pembantu Koch yang sangat berjasa, yaitu Petri yang menciptakan cawan dengan tutup yang sekarang terkenal sebagai caawan petri (petridish). Pembantu yang kedua ialah Hasse yang menemukan agar-agar untuk menggantikan gelatin. Memang agar-agar ternyata lebih baik daripada gelatin untuk bahan pengental suatu medium. Agar-agar tidak lekas mencair, titik cairnya 95oC (Dwidjeseputro,1994)
c.       Dengan penggesekancara
Metode ini sekarang banyak digunakan, karena tidak begitu memakan waktu, hanya saying, dengan ini maka bakteri anaerob tidak dapat tumbuh.
            Jika ujung kawat inokulasi dibengkokkan, kemudian ujung itu setelah disentuhkan suatu padat, msks beberapa waktu kemudian daripada itu (kurang lebih setelah 12 jam) akan tampaklah koloni-koloni yang letaknya tersebar di permukaan medium, jika diadakan pemindahan sampel dari suatu koloni yang letaknya terpencil, maka akan diperoleh suatu piaraan murni (Dwidjoseputro,1994)
d.                              Dengan mengucilkan satu sel (single cell isolation) alangkah baiknya, jika kita mempunyai alat yang dapat menyangkut suatu bakteri dari sekian banyak, dengan tiada ikut sertanya bakteri lain. Alat semacam itu ada, meskipun cara menggunakannya tidak gampang. Alat itu berupa mikropipet yang ditempatkan pada tangan-tangan suatu micromanipulator. Dengan mikropipet dibuat beberapa tetesan bergantung pada suatu kaca penutup. Jika tampak suatu tetesan hanya mengandung satu bakteri, maka dengan lain mikropipet tetesan tersebut dipindahkan ke suatu medium encer dengan maksud supaya bakteri tersebut berbiak dulu. Kemudian dari sini dapat diperoleh piaraan murni. Metode ini sangat memerlukan kesabaran, lagi pula, micromanipulator itu sangat mahal (Dwidjoseputro,1994)
e.                               Dengan inokulasi hewan
Metode ini didasarkan atas suatu kenyataan, bahwa tidak semua bakteri dapat tumbuh di dalam tubuh seekor hewan. Misal kita ambil dahak dari seseorang yang disangka menderita tbc. Jika dahak ini disuntikkan ke dalam tubuh tikus putih, maka bakteri-bakteri saprobe yang ikut serta itu tidak akan bertahan, sehingga kemudian kita peroleh semata-mata basil tbc saja. Piaraan Pneumococcus murni dapat diperoleh dengan jalan demikian jiga. Bakteri yang ketinggalan dalam tubuh tikus yang sakit atau mati itu akhirnya dapat dipindahkan ke dalam medium yang sesuai.
            Inokulasi yang dapat dilakukan di dalam kulit (intracutaneous), dapat di bawah kulit (subcutaneous), dapat di dalam otot (intrainuscular), dapat di dalam rongga tubuh atau lain-lain tempat lagi (Dwidjoseputro, 1994)
f.       Penanaman pada agar (plating)
Tidak seperti sel-sel dalam medium cair, sel-sel dalam atau
pada medium gel dibuat menetap. Oleh karenanya, jika cukup sedikit sel diletakkan dalam atau pada medium gel, tiap sel akan tumbuh menjadi kloni yang terpisah. Bahan gel ideal untuk kebanyakan media mikrobiologi adalah agar, polisakarida asam yang ekstrak dari alga merah tertentu. Suspensi 1,5-2% dalam air yang dilarutkan pada suhu 100oC, membentuk larutkan jernih yang memadat pada suhu 45oC. Karenanya, larutan agar steril dapat dibandingkan pada suhu 50oC, sel bakteri atau mikroba lainnya ditambahkan, dan kemudian larutan segera didinginkan di bawah 45oC untuk membentuk gel (meskipun kebanyakan sel mikroba mati pada suh 50oC, waktu untuk proses mematikan cukup cukup sampai dipanaskan di atas 80oC, sehingga setiap suhu yang sesuai untuk inkubasi biakan mikroorganisme dapat digunakan berikutnya. Pada metode Pour-plate, suspense sel dicampur dengan agar cair pada suhu 50oC dan dituang ke dalam cawan petri. Ketika agar memadat, sel-sel tidak dapat bergerak dalam agar  dan tumbuh menjadi koloni. Jika suspense sel cukup diencerkan, koloni akan terpisah dengan baik, sehingga masing-masing memiliki kemungkinan tinggi diturunkan dari sel tunggal. Namun, untuk membuat yang demikian, penting untuk mengambil satu tipe koloni yang menahannya kembali ke agar. Dengan mengulangi prosedur ini beberapa kali menjamin untuk memperoleh biakan murni (Brooks,2001).
            Sebagai alternative, suspense asal dapat distreak pada lempeng agar dengan sengkelit. Pada saat streak berlangsung terus, makin sedikit sel tertinggal pada sengkelit dan akhirnya sengkelit meninggalkan sel-sel tunggal pada agar. Lempeng agar diinkubasi, dan setiap koloni terpisah yang baik akan dipindahkan, disuspensi dalam air dan distreak lagi pada agar. Jika suspense (dan tidak hanya sejumlah pertumbuhan dari koloni atau slant) distreak, metode ini dapat dipercaya dan lebih cepat dari metode pour – plate (Brooks,2001).
Teknik biakan murni
            Di alam, populasi mikroba merupakan populasi campuuran dari berbagai mikroorganisme atau disebut juga biakan campuran. Teknik biakan murni digunakan untuk memisahkan berbagai macam bakteri tersebut.
            Ilmuwan yang berjasa dalam pengembangan teknik biakan murni adalah Robert Koch yang menerima hadiah Nobel pada tahun 1905. Koch pada mulanya tertarik untuk mengisolasi bakteri penyebab penyakit. Koch menyadari perlunya bahan pemadat dalam teknik biakan murni. Bahan pemadat yang digunakan olehnya adalah gelatin. Frau Hesse, seorang ibu rumah tangga dan istri dari teman Koch menganjurkan penggunaan agar sebagai bahan pemadat.
            Salah satu yang dikembangkan Koch adalah metode agar tuang untuk mendapatkan koloni uang terpisah. Kesulitan dalam penggunaan teknik ini yaitu bila jumlah kandungan bakteri sangat tinggi dalam bahan yang akan diperlukan pengenceran, selain itu agak sulit mengambil koloni yang tumbuh di bawah permukaan agar.
            Untuk dapat memperoleh biakan murni digunakan beberapa teknik biakan yaitu :
-          Metode agar tuang-Koch
-          Metode pennggoresan lempengan agar (Hastowo,1992)


BAB III
METODE KERJA

3.1       Waktu dan Tempat
Praktikum keempat ini melakukan percobaan tentang Pembuatan Biakan Murni yang dilakukan pada hari Rabu, tanggal 30 Maret 2011 pukul 10.00-12.00 WITA. Bertempat di Laboratorium Mikrobiologi dan Bioteknologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Mulawarman Samarinda
3.2       Alat dan Bahan
3.2.1    Alat-alat
-          Jarum Ose
-          Cawan Petri
-          Tabung reaksi
-          Rak tabung reaksi
-          Incubator
-          Lampu Bunsen
-          Pensil
-          Laminar air flow cabinet
-          Alat tulis
-          Korek api
-          Penggaris
-          Botol spray
-          Kain hitam
-          Kamera hp
3.2.2    Bahan-bahan
-          Tissue
-          Kapas
-          Biakan murni
-          Biakan jamur
-          Media PDA
-          Media NA
-          Kertas label
-          Alcohol
-          Aquades

3.3       Cara Kerja
3.3.1    Metode cawan gores
-          Disterilkan tangan dengan menggunakan alcohol
-          Diambil cawan petri yang telah berisi media NA kemudian dipanaskan pinggiran cawan petri dengan lampu Bunsen
-          Dipanaskan jarum ose sampai memijar, setelah itu diambil cawan yang berisi biakan mikroba
-          Dipanaslan pinggiran cawannya kemudian sentuh permukaan koloni dengan jarum ose
-          Digoreskan ke permukaan koloni dengan jarum ose
-          Digoreskan permukaan media NA sesuai arahan modul
-          Dipanaskan jarum ose sampai memijar dan lakukan second streak
-          Dipanaskaan jarum ose sampai memijar dan lakukan third streak
-          Dilakukan hal yang sama untuk cawan petei yang ke 2
-          Diinkubasi selama 24 jam
-          Diamati pertumbuhan koloninya

3.3.2    Meetode Totol
-          Disterilkan tangan dengan menggunakan alcohol
-          Diambil cawan petri yang telah berisi media PDA, kemudian panaskan pinggiran cawan dengan lampu Bunsen
-          Dipanaskan jarum ose hingga memijar, setelah itu diambil cawan biakan campuran, dipanaskan pinggiran cawan, kemudian sentuh permukaan koloni dengan jarum ose
-          Ditotol jarum ose pada tengah-tengah media agar
-          Dilakukan hal yang sama untuk petri ke 2
-          Diinkubasi selama 48 jam
-          Diamati pertumbuhan koloninya



BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1       Hasil Pengamatan
4.1.1    Tabel pengamatan pembuatan biakan murni
No.
Media
Keterangan
1.
SP 1 (PDA)
-          Berhifa
-          Hifa berwwarna putih
-          Spora berwarna putih
2.
SP2 ( PDA)
-          Berhifa
-          hifa berwarna hijau
-          Spora berwarna putih
3.
SP 1 (NA)
-          Berwarna kuning putih
4.
SP 2 (NA)
-          Berwarna putih kekuningan

4.3       Pembahasan
            Prinsip biakan murni ialah memisahkan satu jenis (spesies) mikroba (bakteri dan jamur) dengan mikroba lain yang berasal dari campuran bermacam-macam mikroba.
            Teknik biakan murni, populasi mikroba dialam sekitar kita besar lagi kompleks. Berates-ratus spesies berbagai mikroba biasanya menghuni bermacam-macam bagian tubuh kita. Mereka terdapat dalam jumlah yang luar biasa besarnya. Sebagai contoh sekali berdin dapat menyebabkan beribu-ribu mikroorganisme. Alam sekitar kita udara, tanah, air juga duhuni kumpulan mikroorganisme. Penelitian yang layak mengenai mmikroorganisme dalam berbagai habitat, memerlukan teknik untuk memisahkan populasi campuran yang rumit ini atau biakan campuran menjadi spesies-spesies yang berbeda sebagai biakan murni. Biakan murni terdiri dari suatu populasi sel yang semuanya berasal dari sel indul, pupulasi mikroba merupakan populasi campuran dari berbagai mikroorganisme atau disebut juga biakan campuran. Teknik biakan campuran digunakan untuk memisahkan berbagai macam bakteri tersebut (Hastowo,1992).
            Pertumbuhan biakan murni adalah memisahkan satu jenis spesies dengan spesies lainnya, hanya mengambil satu spesies saja. Teknik biakan murni ini biasanya dengan media buatan, dengan membuat suatu media agar yang diberi nutrisi, dan protein sebagai makanan mikroba agar mikroba yang ditumbuhkan tetap hidup.
            Pada percobaan ini dilakukan praktikum tentang pembuatan biakan murni dengan menggunakan dua metode yaitu metode cawan gores (streak plate) dan metode cawan totol. Berdasarkan percobaan pada metode cawan gores pada media NA SP1 tampak bakteri yang tumbuh pada media agar yang digores, dan berwarna putih, tetapi bakteri tidak tumbuh sesuai dengan yang diharapkan karena pada saat penggoresan antara first streak, second streak, dan third streak tidak benar melakukannya. Sedangkan pada media NA SP2 tampak bakteri yang tumbuh pada media ini berwarna putih kekuningan tetapi hasilnya tidak sesuai yang ada pada modul. Karena salah pada saat pengoresan, sehingga goresan-goresan mikroba yang ditanam tidak jelas pertumbuhan mikrobanya.
            Kemudian dilakukan percobaan totol pada media PDA didapatkan hasil pada SP1 mikroba tumbuh, ada tumbuh hifa dan hifa berwarna putih. Dan kemudian pada SP2 didapatkan hasil mikroba juga tumbuh ada hifa dan hifa berwarna hijau.
            Metode cawan gores (streak plate). Kesulitan dari metode ini yaitu proses penggoresan yang cukup lama dan sulit, sehingga memudahkan terjadinya kontaminasi dan keagagalan. Prinsip metode ini yaitu mendapatkan koloni yang benar-benar terpisah dari koloni yang lain, sehingga mempermudah proses isolasi. Cara mempersiapkan agar cawan, yaitu cairkan media agar dengan memanaskannya baik-baik dalam air mendidih, kemudian dinginkan hingga suhu 45oC – 47oC. Pendinginan akan mengurangi pengembunan air jika agar cair didapatkan dalam cawan-cawan petri. Lalu tuangkan agar yang telah dingin kedalam cawan petri bertutp steril. Setelah itu, segeralah letakkan tutup cawan ketempatnya semula, angkat cawan dan miringkan perlahan-lahan dari satu sisi ke sisi lain untuk menyebarkan agar keseluruh bagian dasar cawan sehingga merata. Setelah agar cawan siap mikroba disebarkan pada permukaan agar dengan menggunakan jarum ose yang steril yang telah disiapkan diletakagar dengan menggunakan jarum ose yang steril yang telah disiapkan diletakkan pada sumber isolat, kemudian menggoreskan jarum ose tersebut pada cawan berisi media steril. Goresan dapat dilakukan 3-4 kali membentuk garis horizontal disatu sisi cawan. Ose disterilkan lagi dengan api Bunsen, setelah kering ose tersebut digunakan untuk mengores-goreskan sebelumnya pada sisi cawan kedua. Pada metode ini, goresan disisi pertama diharapkan koloni tumbuh padat dan berhimpit, sedangkan pada goresan sisi kedua, koloni mulai tampak jarang dan begitu pula selanjutnya, sehingga didapatkan koloni yang tampak tumbuh terpisah dengan koloni lain. Seluruh tahap hendaknya dilakukan secara aseptic agar tidak terjadi kontaminasi (Sutedjo,1996).
            Metode totol digunakan untuk media PDA, biasanya metode totol ini digunakan untuk jamur. Teknik metode ini dengan memindahkan mikroba yang tumbuh dalam media PDA biakan campuran menggunakan jarum ose yang telah pijar diatas lampu Bunsen, kemudian ambil mikroba dengan ose, kemudian totolkan ditengah-tengah pada media agar. Tunggu sampai 48 jam diinkubasi.
            Manfaat biakan murni yaitu mendapatkan 1 jenis spesies dan mempelajari morphology, fisiologi, biokimia, genetika, atau kegiatan apapun dari mikkroba hanya dapat dilakukan apabila kita telah mempunyai isolate murni (Dwidjoseputro, 2005)
            Dalam melakukan percobaan in terdapat factor kesalahan yaitu praktikan yang salah dalam menggoreskan dan kurangnya ketelitian, sehingga pertumbuhan biakan murni tidak didapatkan. Dan apabila praktikan langsung menggunakan jarum ose yang masih panas sehingga membuat mikroba yang akan ditumbuhkan mati.










BAB V
PENUTUP

5.1       Kesimpulan
            Dari percobaan tentang pembuatan biakan murni, disimpulakn bahwa :
-          Prinsip metode cawan gores (streak plate) yaitu mendapatkan koloni yang benar-benar terpisah dari koloni yang lain, sehingga mempermudah proses isolasi. Cara mempersiapkan agar cawan, yaitu cairkan media agar dengan memanaskannya baik-baik dalam air mendidih, kemudian dinginkan hingga suhu 45oC – 47oC.
-          Prinsip dari biakan murni ialah memisahkan satu jenis (spesies) mikroba (bakteri dan jamur) dengan mikroba lain yang berasal dari campuran bermacam-macam mikroba.
-          Manfaat biakan mmurni, yaitu untuk mendapatkan koloni yang 1 jenis, dan mempelajari morfologi, fisiologi, biokimia, genetika, atau kegiatan apapun dari mikroba hanya dapat dilakukan apabila kita telah mempunyai isolat murni.

5.2       Saran
                        Sebaiknya pada saat melakukan metode totol maupun cawan gores berhati-hati dan bekerja secara aseptis, jangan menggunakan jarum ose yang sangat panas karena dapat mengakibatkan mikroba yang terkena panas dapat mati.

          DAFTAR PUSTAKA

Brooks, Geo F. 2001 . Mikrobiologi Kedokteran. Salemba Medika : Surabaya
Dwidjoseputro, D. 2005. Dasar-dasar Mikrobiologi. Djambatan : Jakarta
Hastowo, Sugyono. 1992. Mikrobiologi Bogor : Institut Pertanian : Bogor

Sutedjo, Mul Mulyani. 1996. Mikrobiologi Tanah. Rineka Cipta : Jakarta

2 comments:

  1. ini daftar pustakanya :)

    Brooks. Geo F. 2001. Mikrobiologi Kedokteran. Salemba Medika : Surabaya

    Dwijoseputro,D . 1994 . Dasar - Dasar Mikrobiologi . jakarta : djambatan

    Dwidjoseputro, D. 2005. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Djambatani : Jakarta

    Hastowo, sugyo . 1992 . Mikrobiologi . jakarta : rajawali

    ReplyDelete