Tuesday, October 2, 2012

Laporan Kimia Fisika Kelarutan Timbal Balik

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1  Latar belakang
Kelarutan sering digunakan dalam beberapa faham. Kelarutan menyatakan pengertian secara kualitatif dari proses larutan. Kelarutan juga di gunakan secara kuantitatif untuk menyatakan komposisi dari larutan. Suatu larutan dinyatakan merupakan ”larutan tidak jenuh” jika solute dapat ditambahkan untuk memperoleh berbagai larutan yang berbeda dalam konsentrasinya. Dalam banyak hal, ternyata proses penambahan solute tidak dapat berlangsung secara tidak terbatas. Suatu keadaan akan dicapai dimana penambahan solute pada sejumlah solvent yang tertentu tidak akan menghasilkan larutan lain yang memiliki konsentrasi lebih tinggi.
Kelarutan atau solubilitas adalah kemampuan suatu zat kimia tertentu, zat terlarut (solute), untuk larut dalam suatu pelarut (solvent). Kelarutan dinyatakan dalam jumlah maksimum zat terlarut yang larut dalam suatu pelarut pada kesetimbangan. Larutan hasil disebut larutan jenuh. Zat-zat tertentu dapat larut dengan perbandingan apapun terhadap suatu pelarut. Contohnya adalah etanol di dalam air. Sifat ini lebih dalam bahasa Inggris lebih tepatnya disebut miscible.
Pelarut tertentu pada umumnya merupakan suatu cairan yang dapat berupa zat murni ataupun campuran. Zat yang terlarut, dapat berupa gas, cairan lain, atau padat. Tingkat kelarutan bervariasi dari selalu larut seperti etanol dalam air, hingga sulit terlarut, seperti perak klorida dalam air. Istilah "tak larut" (insoluble) sering diterapkan pada senyawa-senyawa yang sulit larut, walaupun sebenarnya hanya terdapat sedikit kasus yang benar-benar tidak terdapat bahan yang terlarut. Dalam beberapa kondisi, titik kesetimbangan kelarutan dapat dilewati agar dapat menghasilkan suatu larutan yang disebut lewat jenuh (supersaturated) yang stabil.
Oleh karena itu praktikum ini dilaksanakan dengan tujuan agar praktikan dapat mengetahui kelarutan dua jenis zat yang tidak saling campur ketika dicampurkan pada saat mencapai titik kritis maupun sebelum mencapai titik kritis.

1.2  Tujuan
-        Mengetahui kelarutan fenol dalam aquades dan kelarutan fenol dalam NaCl
-        Mengetahui perbedaan efek salting in dan salting out pada sistem fenol-aquades dan sistem fenol-NaCl
-        Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan
-        Mengetahui prinsip kelarutan timbal balik



BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

            Istilah kelarutan digunakan untuk menyatakan jumlah maksimum zat yang dapat larut dalam sejumlah tertentu zat pelarut atau larutan. Kelarutan bergantung pada jenis zat terlarut, ada zat yang mudah larut tetapi banyak juga yang sedikit larut. Konsentrasi dari larutan jenuh, yaitu kelarutan, tergantung pada:
-              Sifat solvent
Kelarutan yang besar terjadi bila molekul-molekul solute mempunyai kesamaan dalam struktur dan sifat-sifat kelistrikan dari molekul-molekul solvent. Bila ada kesamaan dari sifat-sifat kelistrikan, misalnya momen dipol yang tinggi, antara solvent-solvent, maka gaya-gaya tarik yang terjadi antara solute-solvent adalah kuat. Sebaliknya, bila tidak ada kesamaan, maka gaya-gaya tarik solute-solvent lemah. Secara umum, padatan ionik mempunyai kelarutan yang lebih tinggi dalam solvent polar daripada dalam pelarut non-polar. Juga, jika solvent lebih polar, maka kelarutan dari padatan-padatan ionik akan lebih besar.
-           Sifat solute
Penggantian solute berarti pengubahan interaksi-interaksi solute-solute dan solute-solvent.
-              Suhu
Kelarutan gas dalam air biasanya menurun jika suhu larutan dinaikkan. Gelembung-gelembung kecil yang dibentuk bila air dipanaskan adalah kenyataan bahwa udara yang terlarut menjadi kurang larut pada suhu-suhu yang lebih kecil. Hal yang serupa, tidak ada aturan yang umum untuk perubahan suhu terhadap kelrutan cairan-cairan dan padatan-padatan (Rahman, 2004).

Jenis-jenis larutan yang penting yaitu :
1.    Larutan gas dalam gas
Gas dengan gas selalu bercampur sempurna membentuk larutan. Sifat-sifat larutan adalah aditif, asal tekanan total tidak terlalu besar.

2.    Larutan gas dalam cair
Tergantung pada jenis gas, jenis pelarut, tekanan dan temperatur. Daya larut N2, H2, O2 dan He dalam air, sangat kecil. Sedangkan HCl dan NH3 sangat besar. Hal ini disebabkan karena gas yang pertama tidak bereaksi dengan air, sedangkan gas yang kedua bereaksi sehingga membentuk asam klorida dan ammonium hidroksida. Jenis pelarut juga berpengaruh, misalnya N2, O2, dan CO2 lebih mudah larut dalam air daripada alkohol.
3.    Larutan cairan dalam cairan
            Bila dua cairan dicampur, zat ini dapat bercampur sempurna, bercampur sebagian, atau tidak sama sekali bercampur. Daya larut cairan dalam cairan tergantung dari jenis cairan dan temperatur. Zat-zat yang memiliki jenis kepolaran yang hampir sama dan daya larutnya besar, contohnya Benzena-Toluena, Air-Alkohol, Air-Metil. Zat-zat yang memiliki jenis kepolaran berbeda dan tidak dapat bercampur, contohnya air-nitrobenzena, air-klorobenzena (Petrucci, 1993).

Daya larut zat padat dalam cairan tergantung jenis zat terlarut, jenis pelarut, temperatur, dan sedikit tekanan. Batas daya larutnya adalah konsentrasi larutan jenuh. Konsentrasi larutan jenuh untuk bermacam-macam zat dalam air sangat berbeda, tergantung jenis zatnya. Umumnya daya larut zat-zat organik dalam air lebih besar daripada dalam pelarut-pelarut organik. Umumnya daya larut bertambah dengan naiknya temperatur karena kebanyakan zat mempunyai panas pelarutan positif.
Kelarutan timbal balik adalah kelarutan dari suatu larutan yang bercampur sebagian bila temperaturnya di bawah temperatur kritis. Jika mencapai temperatur kritis, maka larutan tersebut dapat bercampur sempurna (homogen) dan jika temperaturnya telah melewati temperatur kritis maka sistem larutan tersebut akan kembali dalam kondisi bercampur sebagian lagi. Salah satu contoh dari temperatur timbal balik adalah kelarutan fenol dalam air yang membentuk kurva parabola yang berdasarkan pada bertambahnya % fenol dalam setiap perubahan temperatur baik di bawah temperatur kritis maupun saat mencapai dan setelah melewati temperatur kritis. Jika temperatur dari dalam kelarutan fenol aquades dinaikkan di atas 50°C, maka komposisi larutan dari sistem larutan tersebut akan berubah. Kandungan fenol dalam air untuk lapisan atas akan bertambah lebih dari 11,8 % dan kandungan fenol dari lapisan bawah akan berkurang kurang dari 62,6 %. Pada saat suhu kelarutan mencapai 66°C maka komposisi sistem larutan tersebut menjadi seimbang dan keduanya dapat dicampur dengan sempurna (Voight, 1994).
Zat-zat dengan struktur kimia yang mirip umumnya dapat saling bercampur dengan baik, sedangkan zat-zat yang struktur kimianya berbeda umumnya kurang dapat saling bercampur (like dissolves like). Senyawa yang bersifat polar akan mudah larut dalam pelarut polar, sedangkan senyawa nonpolar akan mudah larut dalam pelarut nonpolar. Contohnya alkohol dan air bercampur sempurna (completely miscible), air dan eter bercampur sebagian (partially miscible), sedangkan minyak dan air tidak bercampur (completely immiscible).
Kelarutan gas umumnya berkurang pada temperatur yang lebih tinggi. Misalnya jika air dipanaskan, maka timbul gelembung-gelembung gas yang keluar dari dalam air, sehingga gas yang terlarut dalam air tersebut menjadi berkurang. Kebanyakan zat padat kelarutannya lebih besar pada temperatur yang lebih tinggi. Ada beberapa zat padat yang kelarutannya berkurang pada temperature yang lebih tinggi.
Karena molekul-molekul dalam pelarut terdispersi secara merata, maka penggunaan larutan sebagai bentuk sediaan, umumnya memberikan jaminan keseragaman dosis dan memiliki ketelitian yang baik jika larutan diencerkan atau dicampur. Bila zat A dilarutkan dalam pelarut maka akan menjadi tipe larutan sebagai berikut:
1.        Larutan encer, yaitu larutan yang mengandung sejumlah kecil zat A yang terlarut.
2.      Larutan, yaitu campuran yang mengandung sejumlah besar zat A.
3.      Larutan jenuh, yaitu larutan yang mengandung jumlah maksimum zat A yang dapat larut dalam air pada volume dan tekanan tertentu.
4.      Larutan lewat jenuh, yaitu larutan yang mengandung jumlah zat A yang terlarut melebihi batas kelarutannya didalam air pada temperatur tertentu (Sukardjo, 2004).




BAB 3
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1              Alat dan bahan
3.1.1        Alat
-        Gelas kimia sedang
-        Gelas kimia besar
-        Pipet tetes
-        Hot plate
-        Kipas angin
-        Spatula
-        Timbangan
-        Masker tipis
-        Masker tebal
-        Sarung tangan
-        Termometer
-        Gelas ukur
-        Gelas ukur
-        Batang pengaduk
-        Labu Erlenmeyer
3.1.2        Bahan
-        Padatan fenol
-        Larutan NaCl 1%
-        Aquades
-        Aluminium foil
-        Kertas label
-        Tissue

3.2              Prosedur percobaan
3.2.1        Sistem fenol-aquades
-        Disiapkan wadah penimbang fenol (gelas kimia)
-        Ditimbang 4 gram fenol sebanyak 4 kali. Pada saat penimbangan. Praktikan mengenakan masker tebal dan tipis, sarung tangan, kemudian setelah setiap kali selesai menimbang fenol, wadah tersebut harus segera ditutup dengan lembaran aluminium foil.
-        Diukur aquades dengan volume 4, 5, 6 dan 8 ml
-        Dilarutkan aquades secara bertahap ke dalam masing-masing wadah penimbang fenol
-        Dipanaskan campuran di atas hot plate sambil diaduk pelan hingga campuran berubah jernih.
-        Dicatat suhu di mana campuran menjadi satu fasa (homogen), lalu diangkat campuran tersebut dari hot plate dan dibiarkan dingin dengan sendirinya.
-        Dicatat suhu di mana campuran menjadi dua fasa (heterogen) kembali
-        Ditutup kembali wadah yang berisi campuran fenol dan aquades dengan aluminium foil kembali, setelah setiap kali selesai pengukuran suhu.
3.2.2        Sistem fenol-NaCl
-        Disiapkan wadah penimbang fenol (gelas kimia)
-        Ditimbang 4 gram fenol sebanyak 4 kali. Pada saat penimbangan, praktikan mengenakan masker tebal dan tipis, serta sarung tangan. Kemudian setelah setiap kali selesai menimbang fenol, wadah tersebut harus segera ditutup dengan lembaran aluminium foil.
-        Diukur larutan NaCl 1% dengan volume 4, 5, 6 dan 8 ml
-        Dilarutkan aquades secara bertahap ke dalam masing-masing wadah penimbang fenol (gelas kimia)
-        Dipanaskan campuran larutan NaCl dan fenol di atas hot plate sambil diaduk pelan hingga campuran berubah jernih.
-        Dicatat suhu di mana campuran menjadi satu fasa (homogen), lalu diangkat campuran tersebut dari hot plate dan dibiarkan dingin dengan sendirinya.
-        Dicatat suhu di mana campuran menjadi dua fasa (heterogen) kembali
-        Ditutup kembali wadah yang berisi campuran fenol dan larutan NaCl dengan aluminium foil setelah setiap kali selesai pengukuran suhu.



BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1              Hasil dan pengamatan
4.1.1        Sistem fenol-aquades
No.
Volume aquades
Suhu kritik (oC)
Suhu keruh (oC)
1.
4 ml
47
44
2.
5 ml
55
54
3.
6 ml
54
53
4.
8 ml
58
47
Massa beker gelas kosong= 67,1 gram
4.1.2        Sistem fenol-NaCl
No.
Volume aquades
Suhu kritik (oC)
Suhu keruh (oC)
1.
4 ml
64
43
2.
5 ml
74
45
3.
6 ml
68
38
4.
8 ml
73
32

4.2              Perhitungan
4.2.1        Sistem fenol-aquades
Dik:     V1H2O= 4 ml              Ar H2O= 18 g/mol
                        V2H2O= 5 ml              Ar C6H6= 94 g/mol
                        V3H2O= 6 ml
                        V4H2O= 8 ml
                        mfenol    = 4 gram
dit        fraksi mol masing-masing…?
Jawab
4.2.1.1 Fenol + aquades 4 ml
                        mH2O= 1 gr/ml . 4 ml
                                  = 4 gram
                        mfenol  = 4 gram
nH2O=                         nfenol=
= 0,22 mol                             = 0,043 mol

X H2O=
           = 0,84
X fenol= 1- X H2O
           = 0,16
4.2.1.2 Fenol + aquades 5 ml
mH2O= 1 gr/ml . 5 ml
                                  = 5 gram
                        mfenol  = 4 gram
nH2O=                         nfenol=
= 0,278 mol                           = 0,043 mol

X H2O=
           = 0,87
X fenol= 1- X H2O
           = 0,13
4.2.1.3 Fenol + aquades 6 ml
mH2O= 1 gr/ml . 6 ml
                                  = 6 gram
                        mfenol  = 4 gram
nH2O=                         nfenol=
= 0,33 mol                             = 0,043 mol
X H2O=
           = 0,88
X fenol= 1- X H2O
           = 0,12
4.2.1.4 Fenol + aquades 8 ml
mH2O= 1 gr/ml . 8 ml
                                  = 8 gram
                        mfenol  = 4 gram
nH2O=                         nfenol=
= 0,44 mol                             = 0,043 mol
X H2O=
           = 0,91
X fenol= 1- X H2O
            = 0,09

4.3.2 Sistem fenol-NaCl
Dik      V1NaCl= 4 ml                         NaCl 1%=
            V2NaCl= 5 ml                                        = 1 gram
V3NaCl= 6 ml                         Ar NaCl = 58,5 gram/mol
V4NaCl= 8 ml                         Ar H2O  = 18 gram/mol
mfenol    = 4 gram                      Ar C6H6 = 94 gram/mol
dit fraksi mol masing-masing…?
Jawab
4.3.2.1 Fenol + NaCl 1% 4 ml
m NaCl=
             = 0,04 gram
nNaCl=                      nfenol=
= 0,00068 mol                       = 0,043 mol
X NaCl=
           = 0,016
X fenol= 1- X NaCl
            = 0,984
4.3.2.2 Fenol + NaCl 1% 5 ml
m NaCl=
             = 0,05 gram
nNaCl=                      nfenol=
= 0,00085 mol                       = 0,043 mol
X NaCl=
           = 0,019
X fenol= 1- X NaCl
            = 0,981
4.3.2.3 Fenol + NaCl 1% 6 ml
m NaCl=
             = 0,06 gram

nNaCl=                      nfenol=
= 0,00102 mol                       = 0,043 mol
X NaCl=
           = 0,023
X fenol= 1- X NaCl
            = 0,977
4.3.2.4 Fenol + NaCl 1% 8 ml
m NaCl=
             = 0,08 gram
nNaCl=                      nfenol=
= 0,0014 mol                         = 0,043 mol
X NaCl=
           = 0,032
X fenol= 1- X NaCl
            = 0,968






4.3              Grafik
4.3.1    Grafik sistem fenol-NaCl

4.3.2    Grafik sistem fenol-aquades




4.4              Pembahasan
Kelarutan timbal balik merupakan suatu keadaan dimana kelarutan suatu zat dapat menjadi homogen atau heterogen, berganrung pada suhunya. Jika suatu zat dipanaskan mencapai titik kritiknya (suhunya) maka zat tersebut akan menjadi satu fasa atau dapat dikatakan homogen. Namun saat zat tersebut dipanaskan
melewati titik kritiknya, maka zat tersebut akan berubah menjadi dua fasa atau dapat dikatakan heterogen, sama seperti sebelum pemanasan.
Larutan adalah sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang terlarut. Misalnya, zat terlarut terdispersi secara molecular dalam pelarut yang sesuai atau campuran pelarut yang saling bercampur. Jika zat terlarut bersifat volatil (mudah menguap), maka uap di permukaan larutan hanya terdiri atas uap pelarut dan uap zat terlarut. Akan tetapi, jika zat terlarut sukar menguap, maka uap di permukaan larutan hanya terdiri dari uap zat pelarut saja. Komposisi uap di permukaanlarutan telah dipelajari oleh kimiawan dari Perancis, Francois Marie Raoult. Raoult menemukan bahwa tekanan uap suatu komponen bergantung pada fraksi mol komponen itu dalam larutan, dengan hubungan sebagai berikut
Misalkan komponen A

PA
 
maka

PoA
 
                                    PA= PoA . XA → XA=

dimana                        PA= tekanan uap A
                        PoA= tekanan uap murni A
                        XA= fraksi mol A
Dengan kata lain bunyi hukum Raoult adalah tekanan uap parsial komponen A dalam larutan berbanding lurus dengan fraksi mol dan tekanan perbandingan adalah tekanan uap komponen A murni.
Efek salting out adalah peristiwa adanya zat terlarut tertentu yang mempunyai kelarutan lebih besar dibanding zat utama, akan menyebabkan penurunan kelarutan zat utama atau terbentuknya endapan karena ada reaksi kimia. Contohnya : kelarutan minyak atsiri dalam air akan turun bila ke dalam air tersebut ditambahkan larutan NaCl jenuh. Sedangkan efek salting in adalah adanya zat terlarut tertentu yang menyebabkan kelarutan zat utama dalam pelarut menjadi lebih besar. Contohnya: riboflavin tidak larut dalam air tetapi larut dalam larutan yang mengandung nicotinamida.
            Prinsip percobaan pada praktikum kelarutan timbal balik adalah proses pemanasan pada larutan untuk mengetahui kelarutan suatu zat pada saat sebelum mencapai titik kritik, sesaat setelah mencapai titik kritik dan setelah melewati titik kritik . Suatu zat akan menjadi dua fasa sebelum dan setelah melewati titik kritik, dan akan menjadi satu fasa sesaat setelah mencapai titik kritik.
            Pada sistem fenol-aquades didapat bahwa semakin banyak aquades yang ditambahkan pada setiap tahap pencampuran fenl maka semakin tinggi suhu kritik yang diperoleh campuran fenol dan aquades. Hal ini dikarenakan banyaknya pelarut yang ditambahkan sehingga semakin lama mencapai suhu kritiknya. Pada suhu yang tinggi, intensitas tumbukan antarpartikel semakin tinggi dan energi aktivasi yang diperlukan suatu zat untuk bereaksi pun semakin besar. Dari grafik dapat dilihat bahwa suhu berbanding terbalik dengan fraksi mol fenol yang didapat. Suhu yang dimaksud adalah pada saat sistem fenol-aquades membentuk satu fasa, pada keadaan ini terjadi efek salting in, yakni adanya zat terlarut tertentu (fenol) yang menyebabkan kelarutan zat utama dalam pelarut (aquades) menjadi lebih besar. Nilai fraksi mol fenol menurun seiring meningkatnya volume pelarut dan suhu akan menurun ketika pelarut yang ditambahkan banyak.
            Pada sistem fenol-NaCl didapat bahwa semakin banyak larutan NaCl yang ditambahkan pada setiap tahap pencampuran fenol maka semakin tinggi suhu kritik yang diperoleh campuran fenol dan NaCl. Sama seperti sebelumnya, hal ini dikarenakan besarnya energi aktivasi yang dibutuhkan antara larutan NaCl dan fenol untuk dapat saling melarutkan saat mencapai suhu kritiknya. Suhu kritik adalah kenaikan suhu tertentu di mana akan diperoleh komposisi larutan yang berada dalam kesetimbangan. Dari grafik dapat dilihat bahwa fraksi mol fenol akan menurun seiring meningkatnya volume NaCl yang diberikan. Namun jika diamati nilai fraksi mol fenol lebih besar jika dibandingkan nilai frkais mol fenol pada campuran aquades. Hal ini diakibatkan terjadinya efek salting out di mana adanya zat terlarut tertentu (fenol) yang mempunyai kelarutan lebih besar disbanding zat utama, sehingga menyebabkan penurunan kelarutan zat utama (NaCl).
            Fenol bertindak sebagai zat terlarut. Aquades dan NaCl sebagai pelarut. Saat dilakukannya pengambilan fenol, praktikan diharuskan menggunakan sarung tangan serta masker berlapis untuk menghindari aroma beracun fenol. Setelah selesai ditimbang, fenol ditempatkan di wadah tertutup karena fenol bersifat higroskopis. Variasi volume aquades dan NaCl pada sistem masing-masing bertujuan untuk mengetahui sejauh mana kelarutan fenol dan titik kritik yang dapat dicapai.
            Contoh aplikasi kelarutan timbal balik adalah pada proses pembuatan logam besi. Ketika uap panas dimasukkan ke sebuah besi yang panas, uap panas ini akan bereaksi dengan besi dan membentuk sebuah besi oksida magnetik berwarna hitam yang disebut magnetit, Fe3O4. Hidrogen yang terbentuk oleh reaksi ini tersapu oleh aliran uap.
Dalam keadaan lain, hasil-hasil reaksi ini akan saling bereaksi. Hidrogen yang melewati magnetit panas akan mengubahnya menjadi besi, dan uap panas juga akan terbentuk. Uap panas yang kali ini terbentuk tersapu oleh aliran hidrogen. Reaksi ini dapat berbalik, tapi dalam keadaan biasa, reaksi ini menjadi reaksi satu arah. Produk dari reaksi satu arah ini berada dalam keadaan terpisah dan tidak dapat bereaksi satu sama lain sehingga reaksi sebaliknya tidak dapat terjadi.
Faktor kesalahan yang dapat terjadi
-        Tertukarnya pipet pengambil larutan
-        Ketidakhati-hatian praktikan saat pengambilan padatan fenol yang bersifat higroskopis
-        Kekurangtelitian sewaktu penimbangan sampel
-        Kesalahan/kekeliruan saat pembacaan suhu pada termometer



BAB 5
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
-        Fenol tidak melarut sempurna ketika dilarutkan dalam aquades dan NaCl. Hal ini dikarenakan fenol bersifat nonpolar sedangkan aquades dan NaCl bersifat polar. Oleh karena itu fenol tidak akan membentuk campuran homogen.
-        Efek salting in terjadi saat adanya zat terlarut yang menyebabkan kelarutan zat utama dalam pelarut menjadi lebih besar sehingga akan terbentuk campuran homogen. Efek ini terjadi pada sistem fenol-aquades ketika campuran keduanya mencapai suhu kritik. Efek salting out terjadi saat adanya zat terlarut yang mempunyai kelarutan lebih besar dibandingkan zat utama, sehingga membentuk endapan. Efek ini terjadi pada system fenol-NaCl ketika campuran keduanya mencapai suhu kritis
-        Factor yang mempengaruhi kelarutan antara lain, jenis zat, suhu dan ukuran zat yang digunakan. Hanya zat yang memiliki kepolaran yang sejenis yang dapat saling melarutkan. Pengaturan suhu yang disesuaikan dengan titik didih zat yang digunakan akan mempercepat kelarutan. Semakin kecil luas permukaan zat maka semakin cepat zat tersebut bereaksi agar dapat melarut
-        Prinsip dari percobaan ini adalah kelarutan dari dua jenis zat yang memiliki jenis kepolaran yang berbeda, yang tidak saling melarut sebagai akibat dari pengaruh suhu. Pada saat di atas suhu kritiknya, campuran keduanya akan memisah seperti sebelum pemanasan, namun saat campuran keduanya mencapai titik kritik, kedua zat tersebut membentuk campuran homogen.

5.2 Saran
            Sebaiknya praktikan lebih berhati-hati ketika pengambilan fenol dan larutan NaCl dapat diganti garam lainnya seperti MgCl2.

DAFTAR PUSTAKA

Petrucci, Ralph H.1993. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern. Jakarta:Erlangga.

Rahman, Ijang. 2004. Kimia Fisika I. Malang: JICA.

Sukardjo. 2004. Kimia Fisika. Jakarta: Bineka Cipta.

Voight, R. 1994. Teknologi Farmasi. Yogyakarta: UGM press.

No comments:

Post a Comment