BAB
1
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Dalam
kehidupan sehari-hari banyak kita jumpai zat yang sukar digolongkan sebagai zat
biasa, zat cair atau gas. Zat-zat ini dalam ilmu kimia dinamakan koloid.
Contohnya antara lain susu, tinta, cat, sabun, kanji, minyak rambut bahkan
udara berdebu termasuk sistem koloid.
Kimia
koloid mempunyai peranan yang besar dalam kehidupan dan penghidupan manusia.
Proses dialam sekitar kebanyakan berhubungan dengan sistem koloid. Protoplasma
dalam sel makhluk hidup merupakan suatu koloid, sehingga kimia koloid
diperlukan untuk menerangkan reaksi-reaksi dalam sel. Tanah terdiri dari
bahan-bahan koloid dan pemahaman tentang koloid sangat membantu dalam
meningkatkan kesuburan lahan.
Sistem
koloid sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai contoh, hampir semua
bahan pangan mengandung partikel dengan ukuran koloid, seperti protein,
karbohidrat, dan lemak. Emulsi seperti susu juga termasuk koloid. Dalam bidang
farmasi, kebanyakan produknya juga berupa koloid, misalnya krim, salep adalah
emulsi. Dalam industri cat, semen, dan industri karet untuk membuat ban
semuanya melibatkan sistem koloid. Semua bentuk seperti spray untuk serangga,
cat, hair spray dan sebagainya adalah juga koloid. Dalam bidang pertanian,
tanah juga dapat digolongkan sebagai koloid. Proses seperti memutihkan,
menghilangkan bau, menyamak, mewarnai, pemurnian, melibatkan adsorpsi pada
permukaan partikel koloid dan karena itu pemahaman sifat-sifat koloid sangat
penting. Jadi, terlihat betapa pentingnya koloid dalam kehidupan manusia. Oleh
karena itu, perlu diadakan percobaan tentang kimia koloid yang akan dibahas
pada laporan ini.
Percobaan
kimia koloid dalam laporan ini meliputi koagulasi yaitu peristiwa pengendapan
partikel koloid; dispersi yaitu memecah butir-butir yang lebih besar menjadi
butir-butir seukuran koloid; emulsi yaitu medium pendispersi dan medium
terdispersi merupakan cairan yang tidak saling bercampur; koloid pelindung
dengan cara menambahkan zat, seperti gelatin untuk mencegah pengendapan
sehingga koloid dapat terbentuk; adsorpsi yaitu penyerapan suatu yang melekat
pada permukaan.
1.2
Tujuan
-
Mengetahui sifat-sifat
koloid
-
Mengetahui cara-cara
pembuatan koloid
-
Mengetahui macam-macam
koloid
-
Mengetahui fungsi
gelatin dalam percobaan
BAB
2
TINJAUAN
PUSTAKA
Pengertian Koloid
Thomas
Graham (1805-1809), dalam penyelidikannya mengenai difusi larutan melalui
membran telah membedakan koloid dengan kristaloid. Dari pengamatannya ternyata
partikel zat dalam larutan ada yang berfungsi cepat dan lambat. Zat-zat yang
mudah terdifusi umumnya membentuk kristal dalam keadaan padat, sehingga ia
menyebutnya kristaloid. Contohnya NaCl dalam air. Istilah ini tidak populer
karena ada zat yang bukan kristal tetapi mudah berdifusi misalnya HCl dan HNO3.
Sedangkan zat-zat yang sukar berdifusi seperti lem, agar-agar, putih telur
dinamakan koloid. (Bahasa Yunani kolla = perekat)
Menurut
Graham kecepatan difusi suatu zat dipengaruhi oleh massa partikelnya. Makin
besar massa partikel makin kecil kecepatan difusinya. Ada hubungan antara massa
dan ukuran partikel. Bila massa partikel besar berarti ukurannya besar,
demikian sebaliknya.
Salah
satu perbedaan nyata antara koloid dan kristaloid adalah ukuran partikelnya.
Berdasarkan ukuran partikel ini, campuran zat dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu:
1. Kristarloid
(larutan sejati)
Diameter
partikelnya lebih kecil dari 1 nm (10-9m)
2. Koloid
Diameter
partikelnya antara 1 nm – 100 nm
3. Suspensi
Diameter
partikelnya lebih besar dari 100 nm
Ukuran
partikel larutan sangat kecil, sehingga tidak dapat diamati oleh mikroskop, dan
dapat melalui kertas saring maupun membran. Partikel koloid ukurannya terletak
antara larutan dan suspensi, sehingga masih cukup kecil nutuk menembus kertas
saring biasa, tetapi cukup besar untuk melewati membran atau filter ultra. Berbeda
dengan larutan, partikel koloid dapat terlihat dengan mikroskop ultra.
Perbedaan
antara larutan, koloid dan suspensi
No.
|
Jenis Perbedaan
|
Larutan (kristaloid)
|
Koloid
|
Suspensi
|
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
|
Diameter partikel
Fasa
Penyaringan:
-
Biasa
-
Membran
-
Ultra
Gerak Brown
Efek Tyndall
Pengendapan:
-
Gaya gravitasi
-
Sentifuge
Contoh:
|
< 1 nm
Satu fasa
Lewat
Lewat
Lewat
Tak nampak
Tak nampak
Tidak
Tidak
Larutan garam
|
1 nm – 100 nm
Dua fasa
Lewat
Tertahan
Tertahan
Nampak
Nampak
Mengendap
Mengendap
Tinta
|
> 100 nm
Dua fasa
Tertahan
Tertahan
Tertahan
Nampak
Nampak
Mengendap
Mengendap
Lumpur
|
(Estien
Yazid, 2005)
Pentingnya Kimia Koloid
Karena
kebanyakan zat dapat berada dalam keadaan koloid, semua cabang ilmu
berkepentingan dengan kimia koloid dalam satu atau lain cara. Semua jaringan
hidup bersifat koloid. Banyak reaksi kimia yang kompleks yang perlu untuk
kehidupan, harus ditafsirkan secara kimia koloid. Bagian kerak bumi yang
dikatakan sebagai tanah yang bisa dicamgkul terdiri dari bagian-bagian yang
bersifat koloid; oleh karena itu ilmu tanah harus mencakup penerapan kimia
loloid pada tanah. Dalam industri, ilmu koloid penting dalam industri cat,
keramika, plastik, tekstil, kertas dan film foto, mentega, keju dan makanan
lain, dan sejumlah besar produk lainnya. Proses seperti memutihkan,
menghilangkan bau, menyamar, mewarnai dan pemurnian serta pengapungan bahan
galian, melibatkan adsorpsi pada permukaan materi koloid dan karena itu
berkepentingan dengan kimia koloid.
Tipe Sistem Koloid
Dalam
campuran homogen dan stabil yang disebut larutan, molekul, atom ataupun ion
disebabkan dalam suatu zat kedua. Dengan cara yang agak mirip, materi koloid
dapat dihamburkan atau disebarkan dalam suatu media sinambung, sehingga
dihasilkan suatu dispersi (sebaran) koloid atau sistem koloid. Selai, mayones,
tinta cina, susu dan kabut merupakan contoh yang dikenal. Dalam sistem-sistem
semacam ini, partikel koloid dirujuk sebagai zat terdispersi (tersebarkan) dan
materi kontinu dalam mana partikel ini tersebar disebut zat pendispersi atau.
(Keenan, 1984)
Tabel
klasifikasi sistem koloid
Jenis sistem
|
Fase Terdispersi
(berukuran koloid)
|
Fase Pendispersi
|
Contoh
|
Busa
Busa padat
Aerosol cair
Emulsi
Emulsi padat
Aerosol padat
Sol
Sol padat
|
Gas
Gas
Cairan
Cairan
Cairan
Padat
Padat
Padat
|
Cairan
Padat
Gas
Cairan
Padat
Gas
Cairan
Padat
|
Busa sabun
Polistirena, foam
spons
Spray serangga
Susu, kecap
Margarin
Debu, asap
Pasta gigi, suspensi
tanah liat
Gelas bewarna
|
(Tony
Bird, 1987)
Penggolongan Koloid
Koloid
dapat digolongkan berdasarkan bentuk partikelnya, cara pembentukannya,
interaksi antara kedua fasa dan perubahannya menjadi bukan koloid.
- Bentuk
partikel
Dari
segi bentuk partikel koloid dapat berupa:
-
Lembaran (laminar)
-
Serat (fibrilar)
-
Butiran (korpuskular)
- Cara
pembentukannya
Berdasarkan
cara pembentukannya koloid dibedakan menjadi koloid dispersi, koloid asosiasi
dan koloid makromolekul.
1. Koloid
dispersi, yaitu koloid yang terbentuk dari penyebaran (dispersi)
partikel-partikel kecil yang tidak larut dalam medium (fase pendispersi) dengan
membentuk agregat-agregat molekul atau atom yang sangat banyak. Contohnya:
dispersi koloid emas (Au) dan belerang (S).
2. Koloid
asosiasi, yaitu koloid yang terbentuk dari gabungan (asosiasi) molekul-molekul
kecil, atom atau ion yang larut dalam medium sehingga membentuk agregat-agregat
molekul yang disebut misel. Contoh: larutan sabun dan detergen.
3. Koloid
makromolekul, yaitu koloid yang terbentuk dari molekul tunggal yang sangat
besar (makromolekul). Contoh: protein dan polimer tinggi seperti karet dan plastik.
- Interaksi
dengan medium
1. Koloid
Irofil, yaitu koloid yang mempunyai daya tarik kuat dengan medium
pendispersinya, sehingga sulit dipisahkan (stabil).
2. Koloid
Irofob, yaitu koloid yang daya tariknya kecil terhadap medium pendispersinya,
sehingga cenderung memisah (tak stabil).
- Perubahan
bentuk
1. Koloid
reversibel, yaitu koloid yang dapat berubah menjadi bukan koloid demikian pula
sebaliknya. Contoh: susu bubuk dan plasma darah kering.
2. Koloid
irreversibel, yaitu koloid yang setelah berubah menjadi bukan koloid tidak
dapat menjadi koloid kembali. Contoh: sel belerang dan sel emas. (Estien Yazid,
2005)
Sifat-sifat Koloid
Koloid
mempunyai beberapa sifat yang berbeda dengan larutan. Sifat khusus koloid
timbul akibat ukuran partikelnya lebih besar daripada larutan. Sifat-sifat
tersebut adalah sebagai berikut:
1. Sifat
Fisika
Sifat-sifat
fisika koloid berbeda-beda tergantung jenisnya. Pada koloid hidrofob sifat-sifat
seperti rapatan, tegangan muka dan viskositas hampir sama dengan medium
pendispersinya. Sedangkan koloid hidrofil karena terjadi hidrasi. Sifat-sifat
fisikanya sangat berbeda dengan mediumnya. Viskositasnya lebih besar dan
tegangan mukanya lebih kecil.
2. Sifat
Koligatif
Suatu
koloid dalam medium cair juga mempunyai sifat koligatif. Sifat ini hanya
bergantung pada jumlah partikel koloid bukan pada jenisnya. Sifat-sifat
koligatif koloid umumnya lebih rendah daripada larutan sejati dengan jumlah
partikel yang sama. Sifat koligatif berguna untuk menghitung konsentrasi atau
jumlah partikel koloid. Kecuali pengukuran tekanan osmosa, dipakai untuk
menetapkan berat molekul rata-rata koloid makromolekul.
3. Sifat
Optis
Pada
tahun 1869, Tyndall menemukan bahwa apabila suatu berkas cahaya dilalukan pada
larutan koloid, maka berkas cahaya tadi akan tampak. Tetapi apabila berkas
cahaya yang sama dilakukan pada larutan sejati, berkas cahaya tadi tidak
kelihatan. Efek ini dikenal sebagai efek Tyndall.
4. Sifat
Kinetik
Selain
menunjukkan efek Tyndall, partikel
koloid bila diamati dibawah mikroskop ultra nampak sebagai bintik-bintik
bercahaya yang selalu bergerak secara acak dengan jalan berliku-liku. Gerakan
acak partikel koloid dalam suatu medium pendispersi ini disebut gerakan Brown.
Partikel
zat terlarut akan mendifusi dari larutan yang konsentrasinya tinggi ke daerah
yang konsentrasinya lebih rendah. Difusi erat kaitannya dengan gerakan Brown,
sehingga dapat dianggap molekul-molekul atau partikel-partikel koloid mendifusi
karena gerakan Brown.
Partikel-partikel
koloid mempunyai kecenderungan untuk mengendap karena pengaruh gravitasi bumi.
Hal tersebut bergantung pada rapat massa partikel terhadap mediumnya. Jika
rapat massa partikel lebih besar dari medium suspensinya, maka partikel
tersebut akan mengendap. Sebaliknya bila rapat massanya lebih kecil akan
mengapung.
5. Sifat
Listrik
Permukaan
partikel koloid mempunyai muatan listrik disebabkan terjadinya ionisasi atau
penyerapan ion-ion dalam larutan. Akibatnya partikel koloid dapat bergerak
dalam medan listrik. Bergeraknya partikel-partikel koloid oleh pengaruh medan
listrik ini disebut elektroforesis.
6. Koagulasi
Suatu
koloid bila dibiarkan dalam waktu tertentu akan tergantung oleh gaya gravitasi
bumi, sehingga antara partikel dapat saling bergabung membentuk gumpalan yang
akan mengendap didasar wadah. Peristiwa pengendapan atau penggumpalan
partikel-partikel koloid ini disebut koagulasi.
7. Adsorpsi
Partikel
koloid mempunyai permukaan luas, sehingga mempunyai daya adsorpsi yang besar.
Adsorpsi adalah peristiwa penyerapan suatu zat, ion atau molekul yang melekat
pada permukaan. Sedangkan bila penyerapan sampai ke bawah permukaan disebut
absorpsi. Absorpsi adalah proses penyerapan oleh suatu benda baik berupa
padatan atau cairan yang langsung keseluruh bagian benda itu. (Yazid, 2005)
Beberapa Macam Koloid
1. Sol
Sol
adalah dispersi koloid dimana partikel padat terdispersi dalam cairan. Sol
dibagi menjadi dua, yaitu:
- Sol
liofil
Pada
sel liofil partikel-partikel padat akan menyerap molekul cairan (suka pelarut).
Jika pelarutnya air disebut sol hidrofil.
- Sol
liofob
Pada
sel liofob partikel-partikel padat tidak menyerap molekul cairan (tidak suka
pelarut). Jika pelarutnya air disebut hidrofob.
Pembuatan sol
-
Cara dispersi
Dilakukan
dengan memecah atau menghaluskan butir-butir yang lebih besar (suspensi)
menjadi butir-butir yang lebih kecil sesuai ukuran koloid.
-
Cara kondensasi
Pembuatan
koloid dengan mengubah partikel-partikel kecil (larutan) menjadi partikel besar
berukuran koloid.
-
Pertukaran pelarut
Suatu
koloid dibuat dengan menukar atau menambahkan pelarut lain ke dalam larutan.
Agar terbentuk koloid zat terlarut harus tidak larut dalam pelarut yang
ditambahkan dan kedua pelarut harus bercampur sempurna.
-
Pendinginan berlebih
Suatu
campuran yang terdiri dari pelarut air dan organik didinginkan, sehingga salah
satu komponennya dapat membeku membentuk koloid.
2. Emulsi
Emulsi
adalah dispersi koloid dimana zat terdispersi dan medium pendispersi merupakan
cairan yang tidak saling bercampur. Agar terjadi suatu campuran koloid, maka
harus ditambahkan suatu bahan yang disebut zat pengemulsi atau emulgator.
Pembuatan emulsi
Cara
sederhana untuk membuat emulsi adalah mencampurkan kedua zat cairan dengan
emulgator dalam sebuah botol dan mengocoknya. Tetapi cara ini kurang sempurna.
Untuk mendapatkan hasil yang lebih baik dapat dilakukan dengan mengocoknya
secara bergantian (selang-seling). Pertama, mencampur salah satu fase dispers
dengan emulgator dan mengocoknya hingga sempurna. kedua, mencampur dengan
dispers medium lainnya kemudian mengocoknya secara bersama-sama atau menambah
sedikit demi sedikit sambil mengaduknya.
3. Gel
Gel
adalah sol liofil berbentuk setengah padat. gel ini dibagi dua yaitu gek
elastis dan non elastis.
-
Gel elastis (kenyal)
Gel
ini setelah dihilangkan airnya (didehidrasi) dapat dibentuk kembali menjadi gel
dengan penambahan air. Gel kenyal dibuat dengan melarutkan sel liofil dalam aor
panas. Setelah dingin akan terbentuk gel kenyal.
-
Gel non elastis (tak
kenyal)
Setelah
didehidrasi gel ini tidak dapat diubah menjadi gel kembali dengan penambahan
air. Dehidrasi sel ini membentuk bubuk. Gel tak kenyal dapat diperoleh dengan
mencampurkan larutan garam silikat dengan HCl.
Pemurnian Koloid
1. Dialisis
Dialisis
adalah proses pemurnian atau penyaringan koloid dari ion-ion penggangu dengan
menggunakan membran yang bersifat selektif.
2. Elektrodialisis
Elektrolisis
adalah proses pemurnian koloid dengan memaksa ion-ion pengganggu melewati
pori-pori semipermeabel dengan bantuan medan listrik.
3. Ultrafiltrasi
Ultrafiltrasi
adalah pemurnian koloid dengan menyaring koloid menggunakan penyaring khusus
dari membran. Untuk mempercepat proses penyaringan biasanya digunakan tekanan
(pompa vakum). Pompa vakum digunakan untuk mempercepat suatu proses penyaringan
koloid yang susah disaring dengan penyaring biasa atau memerlukan waktu yang
lama jika dengan menggunakan penyaring biasa, misalnya suatu koloid berbentuk
gel. (Yazid, 2005)
BAB
3
METODOLOGI
PERCOBAAN
3.1
Alat-alat
-
Gelas ukur 10 ml
-
Tabung reaksi
-
Labu erlenmeyer 250 ml
-
Pipet tetes
-
Pipet ukur
-
Batang pengaduk
-
Lumpang dan alu
3.2
Bahan-bahan
-
NaCl
-
BaCl2
-
AgNO3
-
Amilum
-
I2
-
CCl4
-
Detergen
-
Gelatin
-
Sirup
-
Norit
-
Kertas saring
-
Akuades
3.3
Prosedur
Percobaan
3.3.1
Koagulasi
-
Dimasukkan kedalam
tabung reaksi 2 ml BaCl2
-
Dimasukkan kedalam
tabung reaksi 2 ml NaCl
-
Ditambahkan 2 tetes
AgNO3 ke dalam masing-masing tabung reaksi
-
Lalu diamati dan
dibandingkan
3.3.2
Dispersi
-
Ditimbang 1 gr amilum
yang telah digerus dan 1 gr amilum yang tidak digerus
-
Dimasukkan ke dalam
masing-masing tabung reaksi
-
Ditambahkan
masing-masing 5 ml akuades dan keduanya dikocok
-
Disaring masing-masing
campuran tersebut dengan kertas saring
-
Ditambahkan 2 tetes I2
ke dalam masing-masing tabung reaksi yang berisi filtrat masing-masing campuran
tersebut
-
Diamati dan
dibandingkan
3.3.3
Adsorpsi
-
Dimasukkan sirup ke
dalam labu erlenmeyer
-
Ditambahkan norit
-
Disaring dengan kertas
saring
-
Diamati filtratnya dan
dibandingkan sirup yang tidak diberi norit sebelumnya
3.3.4
Emulsi
-
Dipipet CCl4
sebanyak 1 pipet
-
Dimasukkan ke dalam
tabung reaksi
-
Ditambahkan 1 pipet aquades,
lalu diamati
-
Ditambahkan detergen
-
Dikocok dan diamati
3.3.5
Koloid Pelindung
-
Dimasukkan 2 ml BaCl2
ke dalam tabung reaksi
-
Ditambahkan 2-3 tetes
gelatin, dan diamati
-
Ditambahkan 1ml AgNO3,
dan diamati.
BAB
4
HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil
Pengamatan
No.
|
Prosedur
|
Pengamatan
|
1.
2.
a.
b.
3.
4.
5.
|
Koagulasi
-
Dimasukkan kedalam tabung
reaksi 2 ml BaCl2
-
Dimasukkan kedalam
tabung reaksi 2 ml NaCl
-
Ditambahkan 2 tetes
AgNO3 ke dalam masing-masing tabung reaksi
-
Lalu diamati dan
dibandingkan
Dispersi
-
Ditimbang 1 gr amilum
yang telah digerus
-
Dimasukkan amilum ke
dalam tabung reaksi
-
Ditambahkan 5 ml aquades
-
Disaring dengan kertas saring, lalu ditetesi
dengan I2 2 tetes dan diamati
-
Ditimbang 1 gr amilum
yang tidak digerus
-
Dimasukkan amilum ke
dalam tabung reaksi
-
Ditambahkan 5 ml H2O
-
Disaring lalu ditetesi dengan I2 2
tetes
Emulsi
-
Dipipet CCl4
sebanyak 1 pipet, dimasukkan ke dalam tabung reaksi
-
Ditambahkan 1 pipet H2O
-
Ditambahkan detergen
-
Dikocok dan diamati
Koloid pelindung
-
Dipipet 2 ml BaCl2
ditambah 2-3 tetes gelatin
-
Ditambahkan 1 ml AgNO3
Adsorpsi
-
Disediakan sirup
-
Diberi norit pada
kertas saring
-
Lalu sirup disaring.
Diamati
|
-
BaCl2 +
AgNO3 → terbentuk endapan putih AgCl
-
NaCl + AgNO3
→ terbentuk endapan putih AgCl
-
Endapan NaCl + AgNO3
lebih banyak dari endapan BaCl2 + AgNO3
-
Filtrat berubah
menjadi biru tua dan terdapat endapan
-
Filtrat berwarna
biru, tidak ada endapan
-
Terdapat 2 fasa polar
dan non polar
-
Terbentuk emulsi
-
Tidak terjadinya
endapan disebabkan oleh gelatin yang berfungsi sebagai koloid pelindung,
sehingga mencegah terbentuknya endapan AgCl
-
Warna sirup menjadi
lebih muda karena norit berfungsi menyerap zat warna yang terdapat pada sirup
|
4.2
Reaksi-reaksi
-
BaCl2 +
2AgNO3 → 2AgCl + Ba(NO3)2
-
NaCl + AgNO3
→ AgCl + NaNO3
-
Gelatin + BaCl2
4.3
Pembahasan
Suatu
sistem koloid terdiri dari dua bagian yaitu fase terdispersi (fase yang
tersebar halus) yang kontiyu dan fase pendispersi yang diskontinyu. Diameter
partikel koloid terletak antara 1 nm – 100 nm atau terletak antara larutan dan
suspensi, sehingga masih cukup kecil untuk menembus kertas saring biasa, tetapi
cukup besar untuk melewati membran atau filter ultra. Berbeda dengan larutan,
partikel koloid dapat terlihat dengan mikroskop ultra.
Dalam
sistem koloid, baik fasa terdispersi maupun fasa pendispersi dapat berupa gas,
cair atau padat. Dengan demikian terdapat 8 macam sistem koloid dari 9 macam kombinasi-kombinasi
keadaan yang mungkin.
Fasa terdispersi
|
Fasa pendispersi
|
Nama koloid
|
Contoh
|
Gas
Gas
Cair
Cair
Cair
Padat
Padat
Padat
|
Cair
Padat
Gas
Cair
Padat
Gas
Cair
Padat
|
Buih
Busa
padat
Aerosol
cair
Emulsi
Emulsi
padat
Aerosol
padat
Sol
Sol
padat
|
Buih,
sabun
Batu
apung
Kabut
Susu,
mayonaise
Mentega
Asap
Cat,
kanji
Kaca
berwarna
|
Salah
satu perbedaan nyata antara koloid dan kristaloid adalah ukuran partikelnya.
Berdasarkan ukuran partikel ini, campuran zat padat dibedakan menjadi tiga,
yaitu:
1. Kristarloid
(larutan sejati)
Diameter
partikelnya lebih kecil dari 1 nm (10-9m)
2. Koloid
Diameter
partikelnya antara 1 nm – 100 nm
3. Suspensi
Diameter
partikelnya lebih besar dari 100 nm
Perbedaan
lainnya dari ketiga campuran secara ringkas diperlihatkan pada tabel
No.
|
Jenis Perbedaan
|
Larutan (kristaloid)
|
Koloid
|
Suspensi
|
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
|
Diameter partikel
Fasa
Penyaringan:
-
Biasa
-
Membran
-
Ultra
Gerak Brown
Efek Tyndall
Pengendapan:
-
Gaya gravitasi
-
Sentifuge
Contoh:
|
< 1 nm
Satu fasa
Lewat
Lewat
Lewat
Tak nampak
Tak nampak
Tidak
Tidak
Larutan garam
|
1 nm – 100 nm
Dua fasa
Lewat
Tertahan
Tertahan
Nampak
Nampak
Mengendap
Mengendap
Tinta
|
> 100 nm
Dua fasa
Tertahan
Tertahan
Tertahan
Nampak
Nampak
Mengendap
Mengendap
Lumpur
|
Koloid
mempunyai beberapa sifat yang berbeda dengan larutan. Sifat khusus koloid
timbul akibat ukuran partikelnya lebih besar daripada larutan. Sifat-sifat
tersebut adalah sebagai berikut:
1. Sifat
Fisika
Sifat
fisika koloid berbeda-beda tergantung jenisnya. Pada koloid hidrofob
sifat-sifat seperti rapatan, tegangan muka dan viskositas hampir sama dengan
medium pendispersinya. Sedangkan koloid hidrofil karena terjadi hidrasi. Sifat
fisikanya sangat berbeda dengan mediumnya. Viskositasnya lebih besar dan
tegangan mukanya lebih kecil.
2. Sifat
Koligatif
Suatu
koloid dalam medium cair juga mempunyai sifat koligatif. Sifat ini hanya
bergantung pada jumlah partikel koloid bukan pada jenisnya. Sifat koligatif
koloid umumnya lebih rendah daripada larutan sejati dengan jumlah partikel yang
sama.
3. Sifat
Optis
Ukuran
partikel koloid lebih besar daripada larutan sejati, sehingga bila seberkas
cahaya melewatinya akan dipantulkan. Arah pantulan ini tidak teratur, karena
partikel koloid tersebar secara acak, sehingga pantulan cahaya itu berhamburan
(diserakkan) ke segala arah. Peristiwa penghamburan cahaya oleh partikel koloid
ini disebut efek Tyndall.
4. Sifat
Kinetik
a. Gerakan
Brown
Selain
menunjukkan efek Tyndall, partikel
koloid bila diamati dibawah mikroskop ultra nampak sebagai bintik-bintik
bercahaya yang selalu bergerak secara acak dengan jalan berliku-liku. Gerakan
acak partikel koloid dalam suatu medium pendispersi ini disebut gerakan Brown.
b. Difusi
Partikel
zat terlarut akan mendifusi dari larutan yang konsentrasinya tinggi ke daerah
yang konsentrasinya lebih rendah. Difusi erat kaitannya dengan gerakan Brown,
sehingga dapat dianggap molekul-molekul atau partikel-partikel koloid mendifusi
karena gerakan Brown.
c. Pengendapan
Partikel
koloid mempunyai kecenderungan untuk mengendap karena pengaruh gravitasi bumi.
Hal tersebut bergantung pada rapat massa partikel terhadap mediumnya. Jika
rapat massa partikel lebih besar dari medium suspensinya, maka partikel
tersebut akan mengendap. Sebaliknya bila rapat massanya lebih kecil akan
mengapung.
5. Sifat
Listrik
Permukaan
partikel koloid mempunyai muatan listrik disebabkan terjadinya ionisasi atau
penyerapan ion-ion dalam larutan. Akibatnya partikel koloid dapat bergerak
dalam medan listrik. Bergeraknya partikel-partikel koloid oleh pengaruh medan
listrik ini disebut elektroforesis.
6. Koagulasi
Suatu
koloid bila dibiarkan dalam waktu tertentu akan tergantung oleh gaya gravitasi
bumi, sehingga antara partikel dapat saling bergabung membentuk gumpalan yang
akan mengendap didasar wadah. Peristiwa pengendapan atau penggumpalan partikel-partikel
koloid ini disebut koagulasi.
7. Adsorpsi
Partikel
koloid mempunyai permukaan luas, sehingga mempunyai daya adsorpsi yang besar.
Adsorpsi adalah peristiwa penyerapan suatu zat, ion atau molekul yang melekat
pada permukaan. Sedangkan bila penyerapan sampai ke bawah permukaan disebut
absorpsi.
Koloid
dapat dibuat dengan cara seperti:
A. Pembuatan
sol
1. Cara
dispersi
Dilakukan
dengan memecah atau menghaluskan butir-butir yang lebih besar (suspensi)
menjadi butir-butir yang lebih kecil sesuai ukuran koloid. Cara ini dapat
dilakukan dengan:
a. Mekanik,
yaitu menggiling (menggerus) partikel besar kemudian mendispersikan dengan
mediumnya sampai diperoleh ukuran koloid.
b. Dispersi
elektronik, yaitu mengalirkan arus listrik tegangan tinggi melalui dua
elektroda logam yang akan dibuat koloid dan mencelupkannya ke dalam pelarut.
Cara ini dikenal dengan cara Busur Bredig.
c. Peptisasi,
yaitu menambahkan zat atau ion sejenis pada partikel kasar (endapan), sehingga
partikel tersebut terpecah menjadi ukuran koloid.
2. Cara
kondensasi
Pembuatan
koloid dengan mengubah partikel kecil (larutan) menjadi partikel besar
berukuran koloid.
a. Reaksi
kimia, yaitu menambahkan pereaksi tertentu ke dalam larutan, sehingga terbentuk
koloid.
3. Pertukaran
pelarut
Suatu
koloid dibuat dengan menukar atau menambahkan pelarut lain ke dalam larutan.
Agar terbentuk koloid zat terlarut harus tidak larut dalam pelarut yang
ditambahkan dan kedua pelarut harus bercampur sempurna.
4. Pendinginan
berlebih
Suatu
campuran yang terdiri dari pelarut air dan organik didinginkan, sehingga salah
satu komponennya dapat membeku membentuk koloid.
B. Pembuatan
emulsi
Cara
sederhana untuk membuat emulsi adalah mencampurkan kedua zat cairan dengan
emulgator dalam sebuah botol dan mengocoknya. Tetapi cara ini kurang sempurna.
Untuk mendapatkan hasil yang lebih baik dapat dilakukan dengan mengocoknya
secara bergantian (selang-seling). Pertama, mencampur salah satu fase dispers
dengan emulgator dan mengocoknya hingga sempurna. kedua, mencampur dengan
dispers medium lainnya kemudian mengocoknya secara bersama-sama atau menambah
sedikit demi sedikit sambil mengaduknya.
C. Gel
Pembentukan
gel dapat dianggap sebagai pengendapan sol yang tidak sempurna. Perubahannya
berlangsung secara perlahan, dimana partikel koloid bersatu membentuk rantai
pendek atau jaringan kontinyu yang saling mengikat, sehingga viskositas sistem
naik membentuk zat setengah padat.
Pada
percobaan pembuatan koloid, dilakukan beberapa percobaan seperti:
- Koagulasi
Pada
percobaan koagulasi, disediakan 2 tabung reaksi. Pada salah satu tabung reaksi
diisi dengan 2 ml BaCl2 dan pada tabung reaksi yang lain diisi
dengan 2 ml NaCl. Pada masing-masing tabung reaksi ditambahkan 2 tetes AgNO3
dan hasil reaksi adalah adanya endapan AgCl. Dari pengamatan didapatkan endapan
AgCl dari NaCl + AgNO3 lebih banyak.
Pada
penambahan AgNO3 + BaCl2 seharusnya menghasilkan endapan
yang lebih banyak dibandingkan dengan hasil reaksi dari AgNO3 +
NaCl. Hal ini karena Ba terletak pada periode yang lebih dibawah dari Na
sehingga menyebabkan kelarutannya semakin berkurang. Tapi, pada percobaan ini
endapan yang dihasilkan AgNO3 + NaCl lebih banyak dikarenakan
terjadinya kontaminasi pereaksi oleh alat-alat yang digunakan. Dalam hal ini
adalah tabung reaksi.
- Dispersi
Pada
percobaan dispersi, dibandingkan amilum yang telah digerus dan sebelum digerus.
Pada tabung reaksi pertama diisi dengan 1 gr amilum yang telah digerus
ditambahkan 5 ml aquades dan disaring. Filtrat hasil saringan amilum ditetesi
dengan I2 dan hasilnya adalah filtrat berubah warna menjadi biru tua
dan terdapat endapan. Endapan timbul dikarenakan amilum yang digerus
sebagiannya lolos dari kertas saring dan tercampur dengan filtrat. Sehingga
setelah ditetesi dengan I2 warna larutan menjadi biru tua. Pada
amilum yang tidak digerus, yang lolos dari kertas saring hanya filtrat dan
hanya sebagian kecil dari amilum, sehingga setelah ditetesi I2 warna
larutan berubah menjadi biru tetapi lebih muda dari amilum yang digerus.
- Emulsi
Pada
percobaan emulsi, CCl4 ditambahkan dengan H2O. Hasilnya
aadalah terdapat 2 fase dikarenakan adanya perbedaan kepolaran dari CCl4 dan H2O.
Setelah itu, ditambahkan detergen sebagai emulgator, dikocok dan hasil dari
penambahan detergen adalah CCl4 dan H2O akan bercampur
menjadi emulsi.
Terjadinya
emulsi setelah penambahan detergen, dikarenakan detergen berfungsi sebagai
emulgator. Molekul detergen terdiri atas bagian yang polar (disebut kepala) dan
bagian yang nonpolar (disebut ekor). Kepala detergen atau sabun adalah gugus
hidrofil (tertarik ke air). Sedangkan bagian ekor adalah gugus hidrokarbon yang
bersifat hidrofobik (tertarik ke CCl4) dan bagian ekor ini (gugus
non polar) akan saling tarik menarik dan cenderung berkumpul, sehingga
membentuk koloid.
- Koloid
pelindung
Pada
percobaan koloid pelindung, penambahan BaCl2 dan gelatin dan
ditambahkan 1 ml AgNO3 tidak menghasilkan endapan AgCl. Dikarenakan
penambahan gelatin berfungsi sebagai pelindung koloid sehingga koloid dapat
tetap terbentuk.
- Adsorpsi
Pada
percobaan adsorpsi, sirup disaring pada kertas saring yang telah dilapisi
norit. Norit berfungsi sebagai adsorben
yang dapat menyerap zat warna dari sirup sehingga hasil saringan warna sirup
berkurang dari warna sebelum penyaringan.
Pada
setiap percobaan yang dilakukan, setiap pereaksi memiliki fungsi tersendiri.
Misalnya saja pada percobaan koagulasi fungsi AgNO3 adalah sebagai
pembentuk endapan dari partikel koloid. Pada percobaan dispersi, penggerusan
dilakukan untuk memecah atau menghaluskan butir amilum sehingga menjadi butir
yang lebih kecil sesuai ukuran koloid. Pada percobaan emulsi, penambahan
detergen berfungsi sebagai emulgator yang dapat membuat CCl4 dan H2O
menjadi emulsi. Pada percobaan koloid pelindung, fungsi penambahan gelatin
sebagai koloid pelindung sehingga pada penambahan AgNO3 tidak
terjadi endapan dan koloid tetap terbentuk. Pada percobaan adsorpsi, fungsi
penambahan norit sebagai adsorben yang dapat menyerap warna dari sirup.
Koloid
mempunyai peranan yang besar dalam kehidupan manusia. Contohnya, dapat
mengurangi polusi udara, pembuatan lateks, penjernihan air, sebagai deodoran,
dan banyak manfaat lain dari koloid dalam kehidupan kita sehari-hari.
Pada
percobaan yang dilakukan, tidak dipungkiri masih ada kesalahan yang dilakukan.
Faktor kesalahan pada percobaan meliputi:
- Penggerusan
amilum yang kurang halus sehingga partikel amilum belum seukuran koloid.
- Ketelitian
dalam penimbangan amilum sehingga pembandingan menjadi kurang akurat.
- Alat
yang digunakan kurang bersih sehingga terjadi kontaminasi pada saat melakukan
percobaan koagulasi.
Ditinjau
dari interaksi antara fasa terdispersi dengan fasa pendispersi, koloid
dibedakan menjadi koloid liofob dan koloid liofil.
1. Koloid
liofil, yaitu koloid yang mempunyai daya tarik kuat dengan medium
pendispersinya, sehingga sulit dipisahkan (stabil). Jika mediumnya air disebut
koloid hidrofil. Hidrofil dalam bahasa Yunani artinya adalah suka air contoh
koloid hidrofil adalah tepung kanji dalam air.
2. Koloid
liofob, yaitu koloid yang daya tariknya kecil terhadap medium pendispersinya,
sehingga cenderung memisah (tak stabil). Bila mediumnya air disebut koloid
hidrofob. Hidrofob dalam bahasa Yunani artinya tidak suka air contohnya adalah
sol emas dalam air.
BAB
5
PENUTUP
5.1
Kesimpulan
-
Koloid mempunyai
beberapa sifat berbeda dengan larutan dikarenakan ukuran pertikelnya yang lebih
besar dari larutan. Sifat-sifat tersebut antara lain sifat koligatif, listrik,
adsorpsi, koagulasi, sifat kinetik, sifat optis, dan sifat fisika (rapatan, tegangan
muka, viskositas).
-
Koloid dapat dibuat
dengan beberapa cara yaitu pembuatan sol, emulsi dan gel.
-
Koloid terdiri dari
beberapa macam yaitu sol, emulsi, dan gel.
-
Pada percobaan koloid
pelindung ditambahkan gelatin yang dapat mencegah pengedapan dari kedua zat
yang direaksikan, sehingga koloid dapat terbentuk.
5.2
Saran
Alat
dan bahan yang digunakan sebaiknya bersih agar tidak terjadi kontaminasi pada
saat melakukan percobaan.
DAFTAR
PUSTAKA
Bird,
Tony. 1987. Kimia Fisika untuk
Universitas. Erlangga: Jakarta
Keenan,dkk.
1984. Kimia untuk Universitas. Erlangga:
Jakarta
Yazid,
Estien. 2005. Kimia Fisika Untuk
Paramedis. Andi: Jogja
trima kasih sangat membantu..<3
ReplyDeletesama-sama :D
Deletesenang bisa membantu :)