BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.Latar
Belakang
Reaksi subtitusi adalah
pergantian suatu gugus atau atom dengan gugus atau atom lain. Pada reaksi
subtitusi atom atau gugus atom yang terdapat dalam suatu molekul digantikan
oleh atom atau gugus atom lain umumnya pada senyawa yang jenuh, tetapi pada
kondisi tertentu dapat juga terjadi pada senyawa tak jenuh.
Reaksi adisi adalah
penambahan masing-masing satu gugus kepada dua atom karbon yang mempunyai
ikatan rangkap sehingga menghilangkan ikatan atau rangkapnya. Pada reaksi
adiris, molekul senyawa yang mempunyai ikatan rangkap menyerap atom atau gugus
atom sehingga ikatan rangkap berubah menjadi ikatan tunggal seperti reaksi
antara heksana dengan iodium (I2).
Berdasarkan prinsip di
atas maka reksi-reaksi hidrokarbon di atas banyak di gunakan untok kepentingan
industri antara lain untuk memproduksi bahan kimia organik, seperti industri
bahan pengawetan makanan agar tidak mudah berbau tengik pada minyak cair.
Contoh lain yaitu asitilena. Asitilena merupakan zat berupa gas, tidak
berwarna, tidak berbau. Campuran gas asitilena dan oksigen digunakan untuk
memperoleh suhu tinggi yang diperlukan untuk memotong dan mengelas logam.
Oleh karena itu penting untuk mempelajari
reaksi adisi substitusi sebab pada umumnya, reaksi ini penting dalam produksi
bahan kimia organik yang berharga, secara industri dan salah satu penggunaan
yang penting dalam mengubah minyak nabati yang cair menjadi lemak padat.
1.2.Tujuan
Percobaan
- Mengetahui
hasil reaksi antara Benzena dengan I2 dan Benzena dengan KMnO4
- Mengetahui
alasan KMnO4 tidak bisa bereaksi dengan Benzena
- Mengetahui
alasan minyak goreng bisa berbau tengik
BAB
2
TINJAUAN
PUSTAKA
Alkana yang paling
sederhana ialah metana. Semua alkana mempunyai rumus umum CnH2n + 2
dengan n ialah banyaknya atom karbon. Alkana dengan rantai karbon yang tidak
bercabang disebut alkana normal. Setiap anggota deret ini berbeda dengan yang
berada di atasnya dan yang berada di bawahnya karena adanya gugus – CH2
– (disebut gugus metuana). Sederet senyawa yang anggotanya dibangun dengan
mengulangi cara yang beraturan seperti ini dinamakan deret homolog (homologous
series). Anggota-anggota deret seperti ini memiliki sifat kimia dan sifat
fisika yang serupa, yang berubah berangsur-angsur jika ditambahkan atom karbon
pada rantai.
Pada masa awal ilmu
kimia organik, setiap senyawa baru biasanya dinamai berdasarkan sumber atau
penggunaannya. Misalnya limonena (dari jeruk limau), α – pinena (dari pohon pinus).
Aturan IUPAC untuk penamaan alkana.
-
Nama umum untuk hidrokarbon jenuh
asiklik ialah alkana. Akhiran –ana digunakan untuk semua hidrokarbon jenuh.
-
Alkana tanpa cabang dinamai sesuai
dengan banyaknya atom karbon.
-
Untuk alkana dengan cabang, nama
dasarnya ialah rantai lurus terpanjang yang terbentuk dari atom-atom karbon.
-
Gugus yang melekat pada rantai utama
dinamakan substituen. Substituen jenuh yang hanya mengandung karbon dan
hidrogen dinamakan gugus alkil. Gugus alkil dinamai dengan mengambil nama
alkana yang mempunyai jumlah atom karbon yang sama dan mengubah akhiran –ana
menjadi –il.
-
Rantai utama dinomori sehingga
substituen pertama yang dijumpai di sepanjang rantai memperoleh nomor terendah.
Setiap substituen kemudian diberi nama dan nomor atom karbon dilekatinya. Bila
dua atau lebih gugus identik melekat pada rantai utama, digunakan awalan
seperti oli, tri dan tetra. Setiap substituen harus dinamai dan dinomori meskipun
dua substituen yang identik melekat pada karbon yang sama pada rantai utama.
-
Jika terdapat dua atau lebih jenis
substituen, urutkan berdasarkan abjad, kecuali awalan seperti di dan tri yang
tidak dianggap sewaktru pengurutan abjad.
-
Tanda baca merupakan hal penting bila
menuliskan nama IUPAC. Nama IUPAC untuk hidrokarbaon ditulis sebagai satu kata.
Nomor dipisahkan satu dengan lainnya dengan menggunakan tanda baca koma dan
dipisahkan dengan huruf oleh tanda hubung. Tidak ada spasi di antara substituen
yang dinamai terakhiran dan nama alkana induk yang mengikutinya (Harold Hart, 2003).
Alkana tidak larut
dalam air. Ini karena molekul air bersifat polar, sedangkan alkana bersifat non
polar (semua ikatan C – C dan C – H nyaris kovalen murni). Ikatan O – H dalam
molekul air terpolarisasi dengan kuat berkat tingginya elektronegativitas
oksigen.
Senyawa yang mengandung
hanya karbon, hidrogen dan suatu atom halogen, dapat dibagi dalam tiga
kategori: alkil halida, aru halidah (dalam mana sebuah halogen terikat pada
sebuah karbon dari suatu cincin aromatik) dan hauda vinilik (dalam nama sebuah
halogen terikat pada sebuah karbon berikatan rangkap).
Contoh :
Alkil Halida (Rx) : CH3I (Iodometana)
Aril Hauda (Arx) :
(BromoBenzena)
Halida vinilik : CH = CHCl
Dalam reaksi kimia,
struktur bagian alku (dari) suatu alku halida berperanan. Oleh karena itu perlu
diperbedakan empat tipe alku halida: metil, primer, skunder dan tersier.
Suatu metil halida
ialah suatu struktur dalam nama satu hidrogen dari metana telah digantikan oleh
sebuah halogen.
Metil halida CH3F
(Fluorometana) CH3Cl (Klomometana). Karbon ujung sebuah alku halide
ialah atom karbon yang terikat pada halogen. Suatu akil halide primer (1o)(RCH2x)
mempunyai satu gugus alkil terikat pada karbon ujung. Contoh CH3 – CH2BR
(erometana) (alku halide ditandai garis bawah).
Suatu alku halide
sekunder (2o)(R2CHx) mempunyai dua gugus alkil yang
terikat pada karbon ujung dan suatu alku tersier (3o)(R3Cx)
mempunyai tiga gugus alkil yang terikat pada karbon ujung.
Contoh alkil halide sekunder:
(2 –
bromobutana)
Alkil Halida
Tersier
(2
– kloro – 2 – metal propana)
Atom karbon ujung suatu
alkil halide mempunyai muatan positif parsial. Karbon ini rentan terhadap
serangan oleh anion dan spesi lain yang mempunyai sepasang electron menyendiri
dalam kulit luarnya. Dihasilkan reaksi substitusi = suatu reaksi dalam mana
satu atom ion atau gugus disubstitusikan untuk (menggantikan) atom, ion atau
gugus lain.
Contoh: HO– + CH3CH2
– Br ------> CH3CH2 – OH + Br –
Dalam reaksi substitusi
akil halide, halide itu disebut gugus pergi suatu istilah yang berarti gugus
apa saja yang dapat digeser dari ikatannya dengan suatu atom karbon, ion halide
merupakan gugus pergi yang baik karena ion-ion ini merupakan basa yang sangat
lemah. Basa kuat, bukat gugus pergi yang baik.
Bila suatu alkil halide
diolah dengan suatu basa kuat, dapat terjadi suatu reaksi eliminasi. Dalam
reaksi ini sebuah molekul kehilangan atom-atom atau ion-ion dari dalam
strukturnya. Produk organic suatu reaksi eliminasi suatu alkil halide adalah
suatu alkena. Dalam tipe reaksi eliminasi ini, unsur H dan x keluar dari dalam
alkil halide: oleh karena itu reaksi ini juga disebut dehidrohalogenasi (awalan
de – berarti minus atau hilangnya) (Ralp. J. Fessenden., 1982).
ALKENA
Alkena mengandung
sedikitnya satu ikatan rangkap dua karbon-karbon. Alkena mempunyai rumus umum
CnH2n dengan n = 2,3,… alkena yang paling sederhana C2H4,
etilena, dimana kedua atom karbonnya terngridasasi Sp2 dan ikatan
rangkap duanya terdiri dari satu ikatan sigma dan satu ikatan Pi, (Raymond Chang,
2005).
Dalam penamaan alkena terdapat beberapa
aturan yaitu:
o
Akhiran –ena digunakan untuk menunjukkan
ikatan rangkap karbon-karbon. Bila terdapat lebih dari satu ikatan rangkap,
gunkan akhiran –diena, -triena dan sturusnya.
o
Pilihlah rantai terpanjang yang
mengandung baik karbon dengan ikatan rangkap maupun ikatan rangkap tiga.
o
Nomori rantai dari ujung terdekat dengan
ikatan majuemuk, sehingga atom karbon pada ikatan itu memperoleh nomor
terkecil.
o
Nyatakan posisi ikatan mejemuk
menggunakan atom karbon dengan nomor terendah dari ikatan tersebut.
Tiga reaksi lazim
alkena adalah reaksi dengan hydrogen, dengan klor dan dengan suatu hydrogen
halide:
Tiap reaksi adalah
reaksi adiri. Dalam tiap kasus suatu pereaksi diadikan kepada alkena, tanpa
terlepasnya atom-taom lain. Segera diketahui bahwa karakteristik utama senyawa
tak jenuh ialah adisi pereaksi kepada ikatan-ikatan Pi.
Dalam suatu reaksi
adisi suatu alkena, ikatan Pi terputus dan pasangan elektronnya digunakan untuk
membentuk dua ikatan sigma baru. Dalam tiap kasus, atom karbon Sp2
direhibridasi menjadi Sp3- senyawa yang mengandung ikatan Pi
biasanya berenergi lebih tinggi dari pada senyawa yang sepa dan yang mengandung
hanya ikatan sigma. Oleh karena itu suatu reaksi adisi biasanya eksoterm.
Hidrogen halide
mengadisi ikatan Pi alkena dan menghasilkan alkil halide. Jika sebuah alkena
tak-simetris (yakni gugus-gugus yang terikat pada kedua karbon Sp2
tidak sama), akan terdapat kemungkinan diperoleh dua produk yang berlainan dari
adisi Hx:
Dalam suatu adisi
elektrofelik yang dapat menghasilkan dua produk, biasanya satu produk lebih
melimpah dari pada produk yang lain. Dalam 1869, seorang ahli kima Rusia, Dalam
adisi Hx kepada alkena tak simetris, H+ dari Hx menuju ke karbon
berikatan-rangkap yang telah lebih banyak memiliki hydrogen.
Adisi HBr kepada alkena
kadang-kadang berjalan mematuhi aturan Markovnikov, tetapi kadang-kadang tidak.
(efek ini tak dijumpai dengan HCl atau HI)
Benzena merupakan
senyawa aromatic tersederhana dan senyawa yang telah seringkali dijumpai.
Banyak senyawa benzene biasa mempunyai nama diri, yakni nama yang tak perlu
bersistem.
Benzena terdisubstitusi
diberi nama dengan awalan orto, meta dan para dan tidak dengan nomor-nomor
posisi satu sama lain dalam suatu cincin benzene: meta menandai hubungan 1,2;
dan para berarti hubungan 1,4. Penggunaan orto, meta, dan para sebagai ganti
nomor-nomor posisi hanya dipertahankan khusus untuk benzene terdisubstitusi
(Keenan, 1986).
STRUKTUR DAN NAMA-NAMA
BEBERAPA SENYAWA BENZENA UMUM
STRUKTUR
|
NAMA
|
STRUKTUR
|
NAMA
|
Toluena
P – xliena
Stirena
Anilina
Asetaniliada
Fenol
|
Asam Benzoat
Benzil Alkohol
P – Toluenasulfanil
Asetofenon
Benzofenon
|
BAB
3
METODOLOGI
PERCOBAAN
3.1.
Alat
dan Bahan
3.1.1.
Alat – Alat
-
Tabung Reaksi
-
Pipet Tetes
-
Gelas ukur
3.1.2.
Bahan – Bahan
-
Benzena
-
Minyak Goreng
-
KMnO4
-
I2
-
Heksena
-
Heptana
3.2.
Prosedur
Percobaan
3.2.1. Benzena
+ KMnO4
-
Diambil pipet C6H6
-
Ditambahkan 2 tetes KMnO4
-
Kemudian diamati
3.2.2. Benzena
+ I2
-
Diambil 1 pipet C6H6
-
Ditambahkan 2 tetes I2
-
Kemudian diamati
3.2.3. Minyak
Goreng + KMnO4
-
Diambil 1 pipet minyak goreng
-
Ditambahkan 2 tetes KMnO4
-
Kemudian diamati
3.2.4. Minyak
Goreng + I2
-
Diambil 1 pipet minyak goreng
-
Ditambahkan 2 tetes I2
-
Kemudian diamati
3.2.5. Heksena
+ I2
-
Diambil 1 pipet Heksena
-
Ditambahkan 2 tetes I2
-
Kemudian diamati
3.2.6. Heptana
+ I2
-
Diambil 1 pipet heptana
-
Ditambahkan 2 tetes I2
-
Kemudian diamati
BAB
4
HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1.
Hasil Pengamatan
Perlakuan
|
Pengataman
|
C6H6 + KMnO4
C6H6 + I2
Minyak Goreng + KMnO4
Minyak Goreng + I2
1 pipet heksena + 3 tetes I2
(reaksi adisi)
1 pipet heptana + 3 tetes I2
|
Terdapat dua fase, fase di atas Benzena
dan fase bawah KMnO4.
Terdapat dua fase, fase atas Benzena
dan fase bawah I2 pada fase atas Benzena bereaksi dengan I2
maka terjadi perubahan warna menjadi merah lembayung.
Minyak goreng dengan KMnO4
mengalami reaksi adisi dan terbentuk endapan coklat (K+ + MnO2).
Minyak goreng I2 mengalami
reaksi adisi dan minyak teroksidasi.
Terbentuk 2 fase di atas, warna
terbentuk warna merah lembayung 1,2 diodo heksena dan di bawah terdapat I2
berwarna kuning dan tidak dapat menyatu.
Terjadi reaksi substitusi dan
terbentuk 2 fase di bawah terdapat I2 berwarna kuning dan fase
atas berupa heptana yang tersubstitusi berupa ioda heptana berwarna
lembayung.
|
4.2.
Reaksi – Reaksi
4.2.1. Reaksi
Benzena dan KMnO4
4.2.2. Reaksi
Benzena dan I2
4.2.3. Reaksi
Minyak Goreng dan KMnO4
4.2.4. Reaksi
minyak goreng dan I2
4.2.5. Reaksi
Heksena dan I2
4.2.6. Reaksi
Heptana dan I2
4.3. Pembahasan
Reaksi
adisi merupakan reaksi penghilangan ikatan rangkap dari suatu senyawa karbon.
Pada reaksi adisi molekul senyawa yang mempunyai ikatan rangkap menyerap atom
sehingga ikatan rangkap berubah, menjadi ikatan jenuh atau ikatan tunggal. Pada
senyawa tak jenuh setelah menglami reaksi adisi akan menjadi senyawa jenuh.
Contoh:
CH8 =
CH + H2 CH2 = CH2
CH2 = CH2 + H2 CH3
– CH3
Adisi: (penjenuhan) etuna dan etana oleh
hydrogen.
Reaksi
substitusi, merupakan atom atau gugus atom yang terdapat dalam suatu molekul
digantikan oleh atom atau gugus atom lain. Reaksi substitusi umumnya terjadi
pada senyawa yang jenuh (semua ikatan karbon-karbon merupakan ikatan tunggal),
tetapi dengan kondisi tertentu dapat juga terjadi pada senyawa tak jenuh.
CH3CH2OH + HCl (pekat) CH3CH2Cl
+ H2O
Penggantian gugus –OH oleh halogen.
Dalam
senyawa hidrokarbon terdapat senyawa hidrokarbon jenuh. Hidrokarbon jenuh
adalah semua ikatan karbon-karbonnya merupakan ikatan tunggal yang terjadi pada
senyawa alkana.
Contoh:
CH3 – CH2 – CH2
– CH2 – CH3
Sedangkan senyawa
hidrokarbon tak jenuh adalah ikatan karbon-karbon yang mempunyai ikatan rangkap
dua ataupun rangkap tiga yang terjadi pada senyawa alkena dan alkana.
Contoh:
CH3 – CH = CH2
Pada percobaan pertama,
Benzena direaksikan dengan KMnO4, pada percobaan ini KMnO4
dan Benzena tidak bereaksi dikarenakan KMnO4 tidak mampu memutuskan
ikatan rangkap pada Benzena yang merupakan senyawa hidrokarbon aromatic yang
artinya ikatan rangkap pada Benzena berputar (berpindah) yang disebut
delokalisasi. Tetapi walaupun Benzena dan KMnO4 tidak bereaksi
tetapi pada percobaan laruatan terdapat dua fase, pada atas adalah larutan Benzena
dan pada fase bawah adalah KMnO4.
KMnO4
tidak dapat bereaksi dengan Benzena yang seifatnya satbil karena KMnO4
tidak bias memutuskan ikatan rangkap yang terdapat dalam Benzena yang sering
disebut cincin aromatic yang bersifat stabil.
Larutan tidak
bereaksi dapat terlihat dari hasil reaksinya yang terdapat dua fase yang
berarti kedua senyawa tersebut tidak bereaksi.
Pada
percobaan kedua, benzene direaksikan dengan I2. Pada percobaan ini I2
berhasil bereaksi dengan Benzena dan hasilnay pada perxobaan ini terjadi
perubahan warna dari bening menjadi merah lembayung, akan tetapi yang bereaksi
sangat sedikit. Itu dikarenakan kemampuan I2 untuk memutuskan ikatan
rangkap pada Benzena hanya sedikit. Dan yang berfungsi sebagai reagen adalah
KMnO4 dan I2 yang digunakan untuk memutuskan ikatan
rangkap. Pada percobaan kedua Benzena direaksikan dengan I2. Larutan
bereaksi dan itu termasuk reaksi adisi.
Pada
percobaan ketiga, minyak goreng direaksikan dengan KMnO4. Pada percobaan
ini minyak bereaksi dengan KMnO4 berubah menjadi warna cokelat dan
terdapat endapan. Terjadinya endapan dikarenakan minyak teroksidasi dan fungsi
reagen sebagai oksidator pada minyak yang berfungsi sebagai reagen adalah KMnO4.
Minyak goreng direaksikan dengan KMnO4 bereaksi dan terjadi reaksi
adisi. KMnO4 merupakan reduktor yang kuat sehingga bias melepaskan
ikatan rangkap pada minyak goreng. Pada percobaan ketiga terjadi reaksi adisi.
Pada
percobaan keempat, minyak goreng ditambhakan I2. Minyak goreng I2
pun bereaksi dan terjadinya perubahan warna menjadi orange dan terdapat
endapatn. Fungsi I2 yang menjadi reagen sebagai oksidator pada
minyak. Pada percobaan ke empat merupakan reaksi adisi.
Pada percobaan kelima,
heksena direaksikan dengan I2. Percobaan bereaksi dan terdapat dua
fase. Di fase atas berwarna merah lembayung yang disebabkan yang bereaksi
dengan heksena sebagian dan pada fase bawah terdapat I2 yang masih
dengan warna asalnya yaitu kuning dan ini merupakan reaksi adisi I2
berfungsi untuk memutuskan ikatan rangkap.
Pada percobaan keenam,
heptana dengan I2. Heptana bereaksi dengan heptana dan terjadi
reaksi substitusi. Hasil percobaan terdapat dua fase pada fase atas terjadi
perubahan warna menjadi merah lembayung dan fase bawah terdapat larutan I2
yang berwarna kuning. Terjadi dua fase karena terjadinya perbedaan, pada
heptana bersifat non polar dan I2 merupakan polar. Perambatan I2
berdungsi untuk menggantikan atom H.
Minyak goreng akan
berbau tengik pada keadaan terbuak karena gugus atom atau senyawa minyak goreng
teroksidasi oleh udara, sehingga ikatan rangkap pada minyak goreng terodisi
menjadi ikatan tunggal. Kelama-lamaan minyak goreng berbau tengik kerna
pemutasan ikatan rangkap.
Pada Benzena tidak dapt
diadisi karena ikatan rangkap pada Benzena berputar yang disebut delokalisasi
dan itu juga dikarenakan ikatan pada Benzena itu stabil. Oleh karena itu ikatan
rangkap digunakan KMnO4 sebagai oksidator dalam percobaan itu karena
KMnO4 merupakan oksidator yang kuat.
Kita dapat mengetahui reaksi
adisi atau substitusi dari reaksi struktur awal senyawa tersebut, bila senyawa
memiliki rangkap 2 bila direaksikan dengan halogen atau hidroksida ikatan
rangkap tersebut dilepas dan mengikat halogen maka senyawa tersebut mengalami
adisi. Sedangkan reaksi substitusi bila terjadi penggantian dari atom hydrogen
dari senyawa hidrokarbon dengan senyawa lain seperti halogen.
Senyawa aromatic
sederhana merupakan senyawa organic aromatic yang terdiri dari struktur cicin
planar berkonjugasi dengan awan electron Pi yang berdelokalisasi. Banyak
senyawa cincin aromatic sederhana yang mempunyai nama trivial. Biasanya, ia
ditemukan sebagai substruktur molekul – molekul yang lebih kompleks. Senyawa
aromatic sederhana yang umumnya ditemukan adalah Benzena dan indola.
Cincin aromatic
sederhana dapat berupa senyawa heterosiklik apabila ia mengandung atom bukan
karbon, ia dapat berupa monosiklik seperti benzene, bisiklik seperti naftalena
ataupun polisiklik seperti antarasena.
o
Alkuna adalah hidrokarbon yang memiliki
sebuah ikatan rangkap tiga.
- Alkena adalah hifrokasbon yang memiliki ikatan
rangkap dua.
- Alkadiena
adalah hidrokarbon yang memiliki dua buah ikatan rangkap dua.
BAB
5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
-
Benzena dengan KMnO4, larutan
ini tidak bereaksi dapat terlihat dari hasil reaksinya yang terdapat dua fase.
Sedangkan pada Benzena dengan I2, larutan ini bereaksi, tetapi
sangat sedikit. Ini dapat terlihat perubahan warna reagen I2 yang
terdapat pada fase atas berwarna merah lembayung. Sedangkan fase bawah I2
berubah warna.
-
Karena KMnO4 tidak dapat
bereaksi dengan Benzena yang sifatnya stabil karena KMnO4 tidak
mampu memutuskan ikatan rangkap yang terdapat dalam cincin benzene yang
bersifat stabil.
-
Minyak goreng bias berbau tengik dalam
keadaan terbuka karena gugus atom atau senyawa minyak goreng teroksidasi oleh
udara, sehingga ikatan rangkap pada minyak goreng terodisi menjadi ikatan
tunggal. Kelama-lamaan berbau tengik karena pemutusan ikatan rangkap.
5.2.
Saran-Saran
Bagi
praktikan bisa menggantikan senyawa I2 dengan senyawa halogen yang
lain, untuk memperluas pengetahuan kita seperti Cl2.
DAFTAR
PUSTAKA
Fressenden, Joan, R. 1982. Kimia Organik edisi ke 3 jilid 2
Erlangga : Jakarta
Hart. Harold,
dkk. 2003. Kimia Organik ed. Kesebelas.
Erlangga : Jakarta
Keenan, W
Charles. 1986 Ilmu Kimia Untuk
Universitas. Erlangga : Jakarta
Raymond, Chang.
2005. Kimdas Konsep 2. Erlangga : Jakarta
No comments:
Post a Comment