BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Salah satu dari reaksi-reaksi matematis yang tidak disertai
perubahan valensi adalah reaksi pembentukan kompleks. Penetapan kualitatif yang
berdasarkan reaksi komlpeks disebut kompleksometri. Kompleksometri disebut juga
dengan kelatometri. Kompleksometri merupakan jenis titrasi dimana titran dan
titrat saling mengompleks, membentuk hasil berupa kompleks. Reaksi-reaksi
pembentukan kompleks atau yang menyangkut kompleks banyak sekali dan
penerapannya juga banyak, tidak hanya dalam titrasi. Karena itu perlu
pengertian yang cukup luas tentang kompleks, sekalipun disini pertama-tama akan
diterapkan pada titrasi.
Reaksi pembentukan kompleks antara ion logam dengan EDTA sangat
peka terhadap pH. Karena reaksi pembentukan kompleks selalu dilepaskan H+
maka (H+) didalam larutan akan meningkat walaupun sedikit. Akan
tetapi yang sedikit ini akan berakibat menurunnya stabilitas kompleks pada
suasana tersebut (reaksi ini dapat berjalan pada suasana asam, netral dan
alkalis). Untuk menghindari hal tersebut, maka perlu diberikan penahan
(buffer). Sebagai larutan buffer yang dapat langsung digunakan dengan campuran
NH4Cl dan NH4OH. Indikator untuk menetukan titik akhir
titrasi adalah EBT (Erichrom Black T). Satuan yang digunakan molaritas.
EBT dipakai untuk titrasi dengan suasana pH = 7-11, untuk
penetapan kadar dari logam Cu, Al, Fe, Co, Ni, Pt dipakai cara titrasi tidak
langsung, sebab ikatan kompleks antara logam tersebut dengan EBT cukup stabil.
EBT yang ditambahkan kedalam larutan ZnSO4 yang telah ditambahkan
buffer menghasilkan ZnEBT yang berwarna merah anggur. Raeaksi dengan EDTA yang
dititrasi menghasilkan perubahan warna dari merah anggur ke biru.
Asam etilen diamin tetra asetat atau yang lebih dikenal dengan
EDTA, merupakan salah satu jenis asam amino polikarboksilat. EDTA sebenaranya
adalah ligan seksidentat yang dapat berkoordinasi dengan suatu ion logam lewat
kedua nitrogen dan keempat gugus karboksil-nya atau disebut ligan multidentat
yang mengandung lebih dari dua atom koordinasi permolekul, misalnya asam
1,2-diaminoetanatetraasetat (asametilenadiaminatetraasetat, EDTA) yang
mempunyai dua atom nitrogen penyumbang dan empat atom oksigen penyumbang dalam
molekul.
Oleh karena itu, percobaan ini dilakukan agar praktikan dapat
mengetahui penetuan kalsium secara kompleksometri pada sebuah sampel.
1.2 Tujuan
-
Mengetahui
prinsip kerja penentuan kadar Ca dalam sampel secara komplesometri
-
Mengetahui
fungsi penambahan EBT
-
Mengetahui
metode-metode dalam titrasi kompleksometri dengan EDTA
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2. 1 Reaksi Pembentukan Kompleks
Dalam pelaksaan analisis anorganik kualitatif banyak digunakan reaksi-reaksi yang
menghasilkan pembentukkan kompleks. Suatu ion
(atau molekul) kompleks terdiri
dari satu atom ( ion) pusat dan sejumlah
ligan yang terikat erat dengan atom (ion)
pusat itu. Jumlah relatif komponen-komponen ini dalam kompleks yang stabil
nampak mengikuti stoikiometri yang sangat tertentu, meskipun ini tak dapat
ditafsirkan didalam lingkup konsep valensi yang klasik. Atom pusat ini ditandai
oleh bilangan koordinasi, suatu angka bulat, yang menunjukkan jumlah ligan
(monodentat) yang dapat membentuk kompleks yang stabil dengan suatu atom pusat.
Pada kebanyakan kasus, bilangan koordinasi adalah 6 (seperti dalam kasus Fe2+,
Fe3+, Zn2+, Cr3+, Co3+, Ni2+,
Cd2+), kadang-kadang 4 (Cu2+, Cu+, Pt2+),
tetapi bilangan-bilangan 2 (Ag+) dan 8 (beberapa ion dari golongan
platinum) juga terdapat.
Bilangan koordinasi menyatakan jumlah ruangan yang tersedia
sekitar atom atau ion pusat dalam apa yang disebut bulatan koordinasi , yang
masing-masingnya dapat dihuni satu ligan (monodentat). Susunan logam-logam
sekitar ion pusat adalah simetris. Jadi, suatu kompleks dengan satu atom pusat
dengan bilangan koordinasi 6, terdiri dari ion pusat berada dipusat suatu
bujursangkar dan keempat ion menempati keempat sudut bujursangkar ini adalah
juga umum.
Ion-ion dan molekul-molekul anorganik sederhana seperti NH3,
CN-, Cl-, H2O membentuk ligan monodentat,
yaitu satu ion atau molekul menempati salah satu ruang yeng tersedia sekitar
ion pusat dalam bulatan koordinasi, tetapi ligan bidentat (seperti ion
dipiridil), tridentat dan juga tetradentat dikenal orang. Kompleks yang terdiri
dari ligan-ligan polidentat sering disebut sepit (Chelate). Nama ini berasal
dari kata Yunani untuk sepit kepiting, yang menggigit suatu objekseperti
ligan-ligan polidentat itu ‘menangkap’ ion pusatnya. Pembentukan kompleks sepit
dipakai secara ekstensif dalam analisis kimia kuantitatif (titrasi
kompleksometri).
Titrasi kompleksometri meliputi reaksi pembentukkan ion-ion
kompleks ataupun pembentukan molekul netral yang terdisosiasi dalam larutan.
Persyaratan mendasar terbentuknya kompleks demikian adalah tingkat kelarutan
tinggi. Contoh dari kompleks tersebut adalah logam dengan EDTA. Demikian juga
titrasi dengan merkuro nitrat dan perak sianida juga dikenal sebagai titrasi
kompleksometri (Khopkar, 2002).
Titrasi kompleksometri yaitu titrasi berdasarkan pembentukan
persenyawaan kompleks (ion kompleks atau garam yang sukar mengion),
kompleksometri merupakan jenis titrasi dimana titrat dan titran saling
mengompleks, membentuk hasil berupa kompleks. Reaksi-reaksi pembentukan
kompleks atau yang menyangkut kompleks banyak sekali dan penerapannya juga
banyak, tidak hanya dalam titrasi. Karena itu perlu pengertian yang cukup luas
tentang kompleks, sekalipun disini pertama-tama akan diterapkan pada titrasi. Contoh
reaksi titrasi kompleksometri:
Ag+ + 2CN- à Ag (CN)2
Hg+ + 2Cl-
à HgCl2
Salah satu tipe reaksi kimia yang berlaku sebagai dasar penentuan
titrimetrik melibatkan pembentukan (formasi) kompleks atau ion kompleks yang
dimaksud disini adalah kompleks yang dibantu melalui reaksi ion logam, sebuah
kation dengan sebuah anion atau molekul netral (Basset, 1994).
Titrasi kompleksometri juga dikenal sebagai reaksi yang meliputi
reaksi pembentukkan ion-ion kompleks ataupun pembentukan molekul netral yang
terdisosiasi dalam larutan. Persyaratan mendasar terbentuknya kompleks demikian
adalah tingkat kelarutan tinggi. Selain titrasi komples biasa seperti diatas,
dikenal pula kompleksometri yang dikenal sebagai titrasi kelatometri, seperti
yang menyangkut penggunaan EDTA. Gugus yang terikat pada ion pusat, disebut
ligan dan dalam larutan air, reaksi dapat dinyatakan oleh persamaan:
M(H2O)n + L <==> M (H2O)(n-1)
L + H2O
(Khopkar, 2002).
2.2 EDTA dan Complexan
Ini dikenal juga
dengan nama Versen, Complexan III, Sequesterene, Nullapon, Trilon B, Idranat
III dan sebagainya, strukturnya:
Terlihat dari strukturnya bahwa molekul tersebut mengandung baik donor elektron dari atom oksigen maupun donor dari atom nitrogen, sehingga dapat menghasilkan khelat bercincin sampai 6 secara serempak. Zat pengompleks lian adalah asam nitriliotriasetat N (CH2COOH)3. Berbagai logam membentuk kompleks pada pH yang berneda-beda. Peristiwa yang mengomplekskan tergantung pada aktivitas anion bebas, misalkan y+ (jika asamnya) H4Y dengan tetapan ionisasi pK1 = 2,0; pK2 = 2,64; pK3 = 6,16 dan pK4 = 10,26. Ternyata variasi aktivitas Y4- bervariasi terhadap perubahan pH dari 1,0 sampai 10 secara umum perubahan ini sebanding dengan (H-) pada pH 3,0-8,0CO
Terlihat dari strukturnya bahwa molekul tersebut mengandung baik donor elektron dari atom oksigen maupun donor dari atom nitrogen, sehingga dapat menghasilkan khelat bercincin sampai 6 secara serempak. Zat pengompleks lian adalah asam nitriliotriasetat N (CH2COOH)3. Berbagai logam membentuk kompleks pada pH yang berneda-beda. Peristiwa yang mengomplekskan tergantung pada aktivitas anion bebas, misalkan y+ (jika asamnya) H4Y dengan tetapan ionisasi pK1 = 2,0; pK2 = 2,64; pK3 = 6,16 dan pK4 = 10,26. Ternyata variasi aktivitas Y4- bervariasi terhadap perubahan pH dari 1,0 sampai 10 secara umum perubahan ini sebanding dengan (H-) pada pH 3,0-8,0CO
Kompleks
logam dengan muatan lebih tinggi umumnya lebih baik atau stabil. Hanya Be2+,
CO22+ yang tidak membentuk kompleks stabil dengan EDTA.
Gambar
diatas menunjukkan beberapa struktur zat pengompleks yang juga sering digunakan
dalam titrimetri. Demikian juga trietilen tetra amin (trien); H4Y
atau Na2H2Y digunakan untuk titrasi.EDTA mudah larut
dalam air. Dapat diperoleh dalam keadaan murni. Tetapi karena adanya sejumlah
tidak tertentu air, sebaiknya distandarisasi dahulu, misalkan dengan
menggunakan larutan kadmium.
Titrasi dapat ditentukan dengan
adanya penambahan indikator yang berguna sebagai tanda tercapai titik akhir
titrasi. Ada lima syarat suatu indikator ion logam dapat digunakan pada
pendekteksian visual dari titik akhir yaitu reaksi warna harus sedemikian
sehingga sebelum titik akhir, bila hampir semua ion logam telah berkompleks
dengan EDTA, larutan akan berwarna kuat. Kedua, reaksi warna itu haruslah
spesifik (khusus), atau sedikitnya selektif. Ketiga, kompleks-indikator logam
itu harus memiliki kestabilan yang cukup, kalau tidak karena disosiasi tak akan
diperoleh perubahan warna yang tajam. Namun kompleks-indikator logam itu harus
kurang stabil dibanding kompleks logam. EDTA untuk menjamin agar pada titik
akhir titrasi, EDTA memindahkan ion-ion logam dari kompleks-indikator logam ke
kompleks logam EDTA harus tajam dan cepat. Kelima, kontras warna antara
indikator bebas dan kompleks-indikator logam harus sedemikian sehingga mudah
diamati. Indikator harus sangat peka terhadap ion logam (yaitu, terhadap pM)
sehingga perubahan warna terjadi sedikit mungkin dengan titik ekuivalen.
Terakhir, penentuan Ca dan Mg dapat dilakukan dengan titrasi EDTA, pH untuk
titrasi adalah 10 dengan indikator erichrn indikatome balck T. Pada pH tinggi
12 Mg(OH)2 akan mengendap, sehingga EDTA dapat dikonsumsi hanya oleh
Ca2+ dengan indikator murexide (Basset, 1994).
Kesulitan yang
timbul dari kompleks yang lebih rendah dapat dihindari dengan penggunaan bahan
pengkelat sebagai titran. Bahan pengkelat yang mengandung baik oksigen maupun
nitrogen secara umum efektif dalam membentuk kompleks-kompleks yang stabil
dengan berbagai macam logam. Keunggulan EDTA adalah mudah larut dalam air,
dapat diperoleh dalam keadaan murni, sehingga EDTA banyak dipakai dalam
melakukan percobaan kompleksometri. Namun, karena adanya sejumlah tidak
tertentu air, sebaiknya EDTA distandarisasikan dahulu misalnya dengan
menggunakan larutan kadmium (Harjadi, 1993).
2.3 Selektivitas Titrasi Kompleksometri
Karenanya banyaknya
logam yang dapat dititrasi dengan EDTA, maka masalah selektivitas menjadi
masalah penting untuk dikaji. Tampaknya pemisahan pendahulu seperti pemisahan
berdasarkan penukar anion atau ekstraksi pelarut perlu dilakukan terhadap suatu
campuran. Selektivitas dapat diperbaiki dengan mengendalikan pH pemakaian
pengompleks sekunder, pemilihan penitrannya dan pengendalian laju reaksi.
Kompleks yang stabil biasanya terbentuk pada pH rendah seperti Fe (pH=2,0), Al 3+,
Zr 4+, B 3+, semua titrasi pada pH rendah untuk
menghindarkan hidrolisis. Zn, Cd, dan Pb dititrasi pada pH=5,0. Pada titrasi
Ca, untuk menghindarkan interferensi dari Zn dan Cd, ion-ion ini dimasking
dengan KCN. Misalkan saja Ca, Mg dapat di titrasipada pH=10,0 dengan penambahan
nitril glikolat, yang akan membebaskan Zn, Cd dari kompleks EDTA. Bal atau 2,3
dimerkaptopropanol dapat digunakan sebagai elemen masking melalui pembentukan
sulfida yang tidak larut. EDTA dapat digunakan untuk menitrasi Ca dalam
campuran Mg dengan mempergunakan indikator murexide. Campuran Cd, Zn dapat
dititrasi dengan EDTA dengan menggunakan buffer NH3-NH4Cl,
karena Cl (NH3)2 kurang stabil dibandingkan Zn (NH3)2
sehingga EDTA hanya menitrasi Cd.
2.4 Kestabilan Kompleks
Kestabialn suatu kompleks jalan akan
berhubungan dengan (a) kemampuan mengompleks dari ion logam yang terlihat, dan
(b) dengan ciri khas ligan itu, yang penting untuk memeriksa faktor-faktor ini
dengan singkat:
a.
Kemampuan
mengkompleks logam-logam digambarkan dengan baik menurut klasifikasi
Schwarzenbach, yang dalam ganis besarnya didasarkan atas pembagian logam
menjadi asam lewis kelas A dan kelas B. Logam kelas A dicirikan oleh larutan
afinitas terhadap halogen, dan membentuk
kompleks yang paling stabil dengan anggota pertama grup table berkala. Kelas B lebih mudah
berkoordinasi dengan I- daripada
dengan f dalam larutan air dan
membentuk kompleks terstabil dengan atom penyumbang kedua dari masing-masing grup itu yakni N, O, F,
Cl, C, danP.Konsep asam basa keras dan lunak adalah berguna dalam
menandai ciri-ciri perilaku penerima pasangan electron kelas A dan kelas B.
b.
Ciri-ciri khas ligan, dapat mempengaruhi
kestabilan kompleks diman aligan itu terlibat, adalah (i) kekuatan basa dari
ligan itu, (ii) sifat-sifat penyepitan, jika ada, (iii) efek-efek sterik (ruang).
Efek sterik yang paling umum adalah efek oleh adanya suatu gugusan besar yang
melekat dengan atom penyumbang.
BAB 3
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan
3. 1. 1
Alat-alat
- Corong kaca
- Buret 50 mL
- Klem dan statif
- Pipet tetes
- Erlenmayer 250 mL
- Gelas ukur
- Spatula
- Pipet gondok 25 mL
- Gelas kimia 250 mL
- Pipet volume
- Beaker gelas
3. 1. 2 Bahan-bahan
- Sampel (air parit)
- Larutan buffer pH 10
- MgCl2
- Indikator EBT
- Larutan EDTA
- Aquadest
- Tissu gulung
3. 2 Prosedur Kerja
3. 2. 1 Pembakuan
larutan EDTA dengan MgCl2
- Diambil 10 mL MgCl2
- Dimasukkan kedalam
erlenmayer
- Ditambahkan 30 mL aquadest
- Ditambahkan 2 mL larutan
buffer pH 10
- Ditanbahkan sedikit
indikator EBT
- Dititrasi dengan EDTA hingga terjadi perubahan warna, dari
merah anggur kebiru, dilakukan
triplo
- Dicatat volume EDTA dan dihitung kadar EDTA
3. 2. 2 Penentuan kadar Ca dalam sampel
- Diambil 10 mL air sampel (air parit)
- Dimasukkan kedalam
erlenmayer
- Ditambahkan 2 mL larutan
buffer pH 10
- Ditambahkan 30 mL aquadest
- Ditanbahkan sedikit
indikator EBT
- Dititrasi dengan EDTA hingga terjadi perubahan warna, dari
merah anggur kebiru.
- Dicatat volume EDTA
dan dihitung kadar Ca dalam sampel
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Pengamatan
No
|
Perlakuan
|
Pengamatan
|
1.
|
Pembakuan larutan EDTA dengan MgCl2
- Diambil 10 mL MgCl2
- Dimasukkan ke dalam
erlenmayer
- Ditambahkan 30 mL
aquadest
- Ditambahkan
2 mL larutan buffer pH 10
- Ditanbahkan
sedikit indikator EBT
-
Dititrasi dengan EDTA
- Dicatat
volume EDTA dan
dihitung kadar EDTA
|
-
MgCl2
berwarna bening
-
Warna
larutan tetap bening
-
Warna
larutan tetap bening
-
Warna
larutan tetap bening
-
Warna
lerutan menjadi merah anggur
-
Warna
larutan menjadi biru
-
Setelah
dititrasi dengan EDTA, larutan berubah warna menjadi biru, pada:
V1= 4,5 mL
V2= 4,4 mL
V3= 5,1 mL
|
2.
|
Penentuan kadar Ca dalam sampel
- Diambil
10 mL air sampel
-
Dimasukkam kedalam erlenmayer
-
Ditambahkan 2 mL larutan buffer pH 10
-
Ditambahkan 30 ml aquadest
-
Ditanbahkan sedikit indikator EBT
-
Dititrasi dengan EDTA
- Dicatat volume EDTA dan dihitung kadar Ca dalam
sampel
|
-
Larutan
berwarna kuning keruh
-
Warna
larutan tetap kuning keruh
-
Warna
larutan menjadi bening
-
Warna
larutan tetap bening
-
Warna
larutan menjadi merah anggur
-
Warna
larutan menjadi biru
-
Setelah
dititrasi dengan EDTA, arutan berubah warna menjadi biru pada:
V1= 0,1 mL
V2= 1 mL
V3= 0,1 mL
|
4. 2 Reaksi
4.2.2Reaksi MgCl2
dengan indikator EBT
4.2.2 Reaksi (MgCl2 +
EBT) dengan EDTA
4.2.3 Reaksi CaCl2
dengan indikator EBT
4. 3
Perhitungan
4. 3. 1 Pembakuan larutan EDTA dengan larutan MgCl2
Diketahui : MMgCl2 = 0,005 M
VMgCl2 = 10 mL
Vrata-rata
EDTA =
= 4, 67 mL
Ditanya
: M EDTA ?
Dijawab
: MMgCl2 x VMgCl2
= MEDTA x VEDTA
0,05 M x 10 mL = MEDTA
x 4,67 mL
MEDTA =
MEDTA =
0,1070 M
4.
3. 2 Penentuan kadar Ca2+
Diketahui : MEDTA = 0, 1070 M
Vsampel = 10 mL
Vrata-rata EDTA =
=
0,4 mL = 4 x 10-4 L
Ditanya
: M Ca2+ ?
Dijawab
: M Ca2+ =
x MEDTA x Vrata-rata
x Ar Ca2+
=
x 0,1070 x 4.10-4 x 40
4.4
Pembahasan
Titrasi
kompleksometri yaitu titrasi berdasarkan pembentukan persenyawaan kompleks (ion
kompleks atau garam yang sukar mengion), Kompleksometri merupakan jenis titrasi
dimana titran dan titrat saling mengkompleks, membentuk hasil berupa kompleks.
Reaksi–reaksi pembentukan kompleks atau yang menyangkut kompleks banyak sekali dan
penerapannya juga banyak, tidak hanya dalam titrasi. Karena itu
perlu pengertian yang cukup luas tentang kompleks, sekalipun disini
pertama-tama akan diterapkan pada titrasi. Titrasi kompleksometri juga dikenal
sebagai reaksi yang meliputi reaksi pembentukan ion-ion kompleks ataupun
pembentukan molekul netral yang terdisosiasi dalam larutan. Persyaratan
mendasar terbentuknya kompleks demikian adalah tingkat kelarutan tinggi. Kompleksometri termasuk
salah satu analisis kimia kuantitatif, yang tujuannya untuk menentukan kadar
ataupun konsentrasi dalam suatu sampel. Adapun prinsip kerjanya yaitu
berdasarkan reaksi pembentukan senyawa kompleks dengan EDTA, sebagai larutan
standar dengan bantuan indikator tertentu. Titik akhir titrasi ditunjukkan
dengan terjadinya perubahan warna larutan, yaitu dari merah anggur menjadi
biru.
Titrasi
dapat ditentukan dengan adanya penambahan indikator yang berguna sebagai tanda
tercapai titik akhir titrasi. Ada lima syarat suatu indikator ion logam dapat
digunakan pada pendeteksian visual dari titik-titik akhir yaitu reaksi warna
harus sedemikian sehingga sebelum titik akhir, bila hampir semua ion logam
telah berkompleks dengan EDTA, larutan akan berwarna kuat. Kedua, reaksi warna
itu haruslah spesifik (khusus), atau sedikitnya selektif. Ketiga,
kompleks-indikator logam itu harus memiliki kestabilan yang cukup, kalau tidak,
karena disosiasi, tak akan diperoleh perubahan warna yang tajam. Namun,
kompleks-indikator logam itu harus kurang stabil dibanding kompleks logam-EDTA
untuk menjamin agar pada titik akhir, EDTA memindahkan ion-ion logam dari
kompleks-indikator logam ke kompleks logam-EDTA harus tajam dan cepat. Kelima,
kontras warna antara indikator bebas dan kompleks-indikator logam harus
sedemikian sehingga mudah diamati. Indikator harus sangat peka terhadap ion
logam (yaitu, terhadap pM) sehingga perubahan warna terjadi sedikit mungkin
dengan titik ekuivalen. Terakhir, penentuan Ca dan Mg dapat dilakukan dengan
titrasi EDTA, pH untuk titrasi adalah 10 dengan indikator eriochrome Black T.
Asam
etilen diamin tetra asetat atau yang lebih dikenal dengan EDTA, merupakan salah
satu jenis asam amina polikarboksilat. EDTA sebenarnya adalah ligan seksidentat
yang dapat berkoordinasi dengan suatu ion logam lewat kedua nitrogen dan keempat
gugus karboksil-nya atau disebut ligan multidentat yang mengandung lebih dari
dua atom koordinasi per molekul, misalnya asam 1,2-diaminoetanatetraasetat
(asametilenadiamina tetraasetat, EDTA) yang mempunyai dua atom nitrogen–
penyumbang dan empat atom oksigen penyumbang dalam molekul.
Suatu
EDTA dapat membentuk senyawa kompleks yang mantap dengan sejumlah besar ion
logam sehingga EDTA merupakan ligan yang tidak selektif. Dalam larutan yang
agak asam, dapat terjadi protonasi parsial EDTA tanpa pematahan sempurna
kompleks logam, yang menghasilkan spesies seperti CuHY-. Berikut
adalah struktur dari EDTA (Asam etilen diamin tetra asetat) :
EDTA merupakan ligan
seksidentat yang berpotensi, yang dapat berkoordinasi dengan ion logam dengan
pertolongan kedua nitrogen dan empat gugus karboksil. Dalam hal-hal lain, EDTA
mungkin bersikap sebagai suatu ligan kuinkedentat atau kuadridentat yang
mempunyai satu atau dua gugus karboksilnya bebas dari interaksi yang kuat
dengan logamnya. Sebagian
besar titrasi kompleksometri mempergunakan indikator yang juga bertindak
sebagai pengompleks dan tentu saja kompleks logamnya mempunyai warna yang
berbeda dengan pengompleksnya sendiri. Indikator demikian disebut indikator
metalokromat. Indikator jenis ini contohnya Erichrome Black T (EBT). EBT adalah
sejenis indikator yang berwarna merah muda bila berada dalam larutan yang
mengandung ion kalsium dan ion magnesium dengan pH 10,0 + 0,1. Berikut adalah
struktur dari EBT (Erichrome Black T):
Pada percobaan pembakuan
larutan EDTA dengan larutan MgCl2. Pertama-tama yang dilakukan
adalah mengambil 10 ml MgCl2, lalu dimasukkan kedalam erlenmayer.
MgCl2 merupakan larutan yang digunakan untuk menstandarisasi EDTA.
Lalu ditambahkan 30 ml aquades. MgCl2 berwarna bening, setelah
ditambahkan aquades warna larutan tetap bening. Lalu ditambahkan 2 ml larutan
buffer pH 10. Tujuan ditambahkan larutan dapar amilum pH 10 untuk menjaga ion
tetap dalam larutan. Setelah ditambahkan buffer pH 10 warna larutan tetap
bening. Selanjutnya ditambahkan sedikit EBT. Diberi indikator EBT sehingga
titikakhir titrasinya pun dapat diketahui. Lalu dititrasi dengan EDTA. Setelah
dititrasi dengan EDTA larutan berubah warna menjadi biru, pada V1 =
4,5 ml, V2 = 4,4 ml, V3 = 5,1 ml. Pada proses penitrasian
terjadi kesalahan pada penentuan volume, saat perubahan warna menjadi biru.
Karena kurang terbiasa menitrasi sehingga hasil yang didapat memiliki perbedaan
yang cukup jauh. Seharusnya jarak yang didapat dari V1=V2=V3
tidak boleh terlalu jauh. Tetapi karena adanya kesalahan penitrasian jarak yang
didapat dari V1 ke V2 = 0,1 dan V2 ke V3 =
0,7.
Penentuan kadar Ca
dalam sampel, pertama yang dilakukan adalah mengambil 10 ml air sampel (parit
gor 27) dimasukkan kedalam erlenmayer. Warna larutan kuning keruh. Lalu
ditambahkan sedikit EBT. Tujuan ditambahkan indikator EBT karena indikator
tersebut peka terhadap kadar logam dan pH larutan sehingga titik akhir
titrasinya pun diketahui. Lalu dititrasi dengan EDTA, dan dicatat volume EDTA,
dan dihitung kadar Ca. Larutan berubah warna menjadi birusetelah dititrasi
dengan EDTA pada V1=1 ml, V2= 1 ml, dan V3=
0,1 ml. Pada saat penitrasian larutan sampel megalami perubahan warna menjadi
biru. Hal itu membuktikan bahwa terdapat kesadahan didalam sampel air yang
digunakan. Dam juga membuktikan bahwa larutan sampel mengandung ion Ca2+. Dalam
proses penitrasian didapat hasil yang kurang memuaskan.itu dikarenakan adanya
faktor kesalahan yang terjadi, dikarenakan karena kurang terbiasanya menitrasi
suatu larutan. Seharusnya jarak yang didapat dari V1=V2=V3,
tidak boleh terlalu jauh. Tetapi karena adanya kesalahan penitrasian jarak yang
didapat menjadi V1 ke V2 = 1 ml, V2 ke V3
= 0,1 ml.
Kesadahan
adalah salah satu sifat kimia yang dimiliki oleh air. Penyebab air menjadi
sadah adalah karena adanya ion-ion Ca2+, Mg2+. Atau dapat
juga disebabkan karena adanya ion-ion lain dari polyualent metal (logam
bervalensi banyak) seperti Al, Fe, Mi, Sr dan Zr dalam bentuk garam sulfat,
klorida dan bikarbonat dalam jumlah kecil.
Kesadahan
sementara adalah kesadahan yang disebabkan oleh adanya garam-garam bikarbonat,
seperti Ca(HCO3)2, Mg(HCO3)2.
Kesadahan ini dapat/ mudah dieliminir dengan pemanasan (pendidihan), sehingga
tebentuk endapan CaCO3 atau MgCO3. Kesadahan
tetap adalah kesadahan yang disebabkan oleh adanya garam-garam klorida, sulfat
dan karbonat, misal CaSO4, MgSO4, CaCl2, MgCl2.
Kesadahan tetap dapat dikurangi dengan penambahan larutan soda-kapur (terdiri
dari larutan natrium karbonat dan magnesium hidroksida) sehingga terbentuk
endapan kalsium karbonat (padatan/ endapan) dan magnesium hidroksida (padatan/
endapan) dalam air.
BAB 5
PENUTUP
5.1
Kesimpulan
- Adapun prinsip kerja
dalam penentuan kadar Ca secara kompleksometri yaitu berdasarkan reaksi
pembentukan senyawa kompleks dengan EDTA, sebagai larutan standar dengan
bantuan indikator tertentu. Titik akhir titrasi ditujukkan dengan terjadinya
perubahan warna larutan, yaitu merah anggur menjadi biru.
- EBT (Eriochrome Black T)
adalah sejenis indikator yang berwarna merah muda bila berada dalam larutan
yang mengandung ion kalsium dan ion magnesium dengan pH 10,0 + 0,1. Tujuan
diberi indikator ini adalah karena indikator tersebut peka terhadap kadar logam
dan pH larutan, sehingga titik akhir titrasinya pun dapat diketahui. Lalu
dititrasi dengan EDTA.
- Metode yang dapat
dilakukan dalam titrasi kompleksometri dengan EDTA, yaitu titrasi langsung
dengan EDTA untuk kesadahan total air, kalsium, dan magnesium, titrasi kembali
untuk reduksi antara kation dengan EDTA, titrasi penggantian bila tidak ada
indikator yang sesuai, dan titrasi tidak langsung untuk penentuan sulfat dengan
mengendapkannya sebagai BaSO4.
5.2 Saran
Sebaiknya pada
percobaan penentuan kalsium secara kompleksometri tidak hanya diajarkan metode
titrasi langsung saja, tetapi juga metode titrasi kembali, titrasi penggantian
dan penentuan tidak langsung. Sehingga hasilnya lebih beragam dan dapat
dibandingkan.
trimakasih...
ReplyDeletemana daftar pustakanya ?
ReplyDeleteDAFTAR PUSTAKA
DeleteBasset, J. dkk. 1994. Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Penerbit buku kedokteran EGC : Jakarta
Harjadi, w. 1993. Ilmu Kimia Analitik Dasar. PT Gramedia : Jakarta
Khopkar. 2002. Konsep Dasar Kimia Analitik. UI Press : Jakarta
metode penelitiannya ada di buku vogel j.basset halaman brp mbak untuk stnadarisasi na2edta dgn mgcl2,
Deletebro minta file nya. kirimin ke email ku ahmadfahrudy@gmail.com
ReplyDeletesama
ReplyDeletemau nanya mbak itu dapet reaksi reaksi nya boleh tau dari buku apa ya?
ReplyDelete