Monday, January 21, 2013

Ilona Yang Malang ( Cerpen )


Ilona Yang Malang
oleh :
(Silvia Yuliana)

Malam itu aku tidur sangat nyenyak sekali yah… mungkin karena aku terlalu sibuk seharian ini,, hingga pagi telah menjelang aku masih belum terbangun juga dari tidurku dan dari mimpi indahku,,,tiba-tiba terdengar suara samar-samar dari luar kamarku memanggil namaku…
                  “Hanaaaaa!!!” (dengan suara khas lembutnya mama sambil mengetuk pintu kamarku) Akupun segera bangkit dari tempat tidurku lalu membukakan pintu..
“Iya mahhhh…Hana bangun niihhh” sambil mengucek-ngucek mata aku melihat samara-samar tepat di hadapanku sudah ada mama.
Tak lama perkataan mama membuat aku langsung melek “Hana ini sudah hampir jam 7 pagi. Ayoo siap-siap sekolah nanti kamu   terlambat nak!”
Aku langsung terkejut “Apah mahhh ? udah hampir jam 7 pagi mah? iya mah hana
siap-siap dulu,, makasih yaa mah udah bangunin hana”
            Tanpa berfikir panjang akupun langsung bergegas untuk siap-siap sekolah Hmmm,,sampai harus mengeluarkan jurus  mandi bebek,, hehe,,, alias mandinya cepet banget Cuma beberapa menit saja, lalu aku cepat-cepat berpakaian seragam dan menyiapkan buku pelajaran yang akan aku gunakan hari ini. Setelah selesai sarapan kilat, aku berangkat kesekolah, sekolah ku tidak begitu jauh dari rumahku jadi aku hanya berjalan kaki saja menuju sekolahku,,
            Tapi, karena jam sudah menunjukkan pukul 7.20 aku berlari-lari kecil menuju sekolah. Tiba dipintu gerbang ternyata pak satpam tengah berdiri didekat pagar dan sudah hampir menutup pintu gerbangnya, aku langsung menerobos masuk sambil tersenyum kearah pak satpam (dalam hati aku berguman, Fuiiiih,,,untunglah masih sempat untuk masuk ) melihat tingkahku pak satpam tadi hanya menggeleng-gelengkan kepalanya, Mungkin satpam itu sudah sangat hafal dengan tingkah anak-anak yang sering terlambat masuk sekolah,, Heheee,,,, aku sih masih biasa saja hanya menerobos sedikit, biasanya teman-temanku malah ada yang rela manjat pagar segala kalau gak dubukain.
            Hmmmm setibanya aku didepan kelas ternyata kelasku masih riuh, itu pertanda kalau gurunya belum datang. Aku menghela nafas panjang sambil tersenyum kecil ufhhhh,,, leganyaaaa…
            Tiba-tiba kelas ku menjadi diam tanpa suara,,suara yang riuh ramai tadi langsung hening yang terdegar hanya suara bisik-bisik,dan ada juga yang mencibir dengan pelan sambil melihat kearah pintu kelas yang ternyata tengah berdiri disana Miss Ilona. Yahhh,,, si “Ilona” Ilona Ledy tepatnya. Dia merupakan satu-satunya gadis terkaya disekolahku, maklum papahnya pejabat, Tapi gak sedikit yang benci dengan dia karena memang watak dan sifanya yang angkuh dan kurang bersahabat. Kalau Ilona yang telat datang kesekolah gak mungkin deh sampai ada momen menerobos pintu gerbang, apalagi sampai harus manjat pagar segala. Malahan pak satpam akan membukakan pintu gerbang dengan lebar sambil nyengir-nyengir kuda. Itu dikarenakan ayahnya Ilona merupakan penyumbang terbesar disekolahku. Itu yang membuat para guru, Kepsek sampai pak satpam pun hanya mangguk-mangguk dengan pelanggaran-pelanggaran yang dibuat  oleh Miss Ilona.
            Walaupun begitu aku satu-satunya orang yang mau berteman dekat dengannya bahkan bisa dibilang kami bersahabat, toh Si Miss Ilona gak pernah membuat aku sampai benar-benar merasa tersinggung dengan perkataannya. Hanya saja terkadang sikapnya memang menjengkelkan seperti mau menang sendiri yahhh inilah sikap yang kebanyakan dimiliki oleh orang kaya. Maunya menang sendiri, egonya tinggi, Fuiihh tapi aku tetap mengambil sisi positif dari Miss Ilona mungkin dia seperti itu hanya karena kurang perhatian dari orang tuanya, dia belum banyak belajar bagaimana caranya menghormati orang lain dan bersikap bersahabat dengan orang lain  seperti yang telah diajarkan oleh mamahku.
Dalam hati aku berkata,Ohhh tuhan walaupun aku berasal dari keluarga yang biasa saja tapi aku sangat lebih beruntung dari Ilona karena aku punya mama yang selalu bisa megajarkan aku banyak hal, menyemangatiku, dan selalu memperhatikanku. Yahhh karena hal itu lah yang gag akan bisa dibeli dari orang sekaya apapun,Love My Family.
Gag kerasa Jam pelajaran ke dua dan jam palajaran ke tiga selesai, hari ini rasanya sekolah cepat berakhir,mungkin karena jam pertama tadi gag ada guru jadi ada waktu santai sejenak.
Baru melangkahkan kaki keluar Ilona memanggilku dengan cukup nyaring hingga membuat langkahku terhenti, agaknya suaranya ilona tidak terdengar seperti biasanya,hemmm kenapa aku baru menyadarinya yahhh, Ilona memang terlihat agak sedikit murung hari ini. Yahhh, dia juga gag terlihat sombong seperti biasanya, wajahnya sendu.
Ilona memanggilku “Hana”. Aku segera menjawab “Ya…Ilona!” aku menatap matanya dalam-dalam  terlihat memang seperti ada sesuatu yang sedang dipikirkannya,bola matanya yang indah tidak lagi terlihat segar dan cerah melainkan sayu dan kemerahan,seperti habis menangis. Ada apa yah dengan Ilona ? aku bertanya dalam hati.
             “Kenapa Ilona” lanjutku. Lalu Ilona menjawab dengan suaranya yang
serak-serak, suara orang yang baru saja selesai menangis “Hana ,,,kamu mau
gag temenin aku dirumah hari ini? mau kan Han? Cuma kamu yang mau temenin
aku, aku gag punya temen lagi han ? please ?” dengan wajah polos dan
memelas.
Fuiiihh,,, mana mungkin aku tega kalau Ilona sudah meminta seperti itu,toh selama ini juga dia banyak membantuku soal pelajaran. Ilona kan pintar jadi kalau aku tidak mengerti dia juga yang mengajarkan aku yahhh,,, walaupun dengan gaya seombongnya tapi itu malah memacu semangatku untuk bisa cepat mengerti.
“Emangnya ortu kamu lagi gag ada dirumah lagi ya?” Aku bertanya dan tentunya aku sudah tau jawabannya dalam hati aku berkata, lagi? yah karena memang selalu begitu aku selalu menemaninya dirumah walaupun dirumahnya itu aku dan Ilona Cuma bercerita-cerita,makan bersama atau melakukan hal-hal aneh tapi Ilona cukup senang.. ortunya memang gag pernah ada dirumah sibuk dengan pekerjannya masing-masing, Ilona anak tunggal,, jelas saja dia merasa sepi sekali. Tapi kenapa hari ini dia begitu terlihat sangat ingin ditemenin yah?


“Iya han biasalah,mau kan? langsung aja yah han? nanti kamu telpon
mamah kamu kalau kamu lagi dirumahku !” Jawab Ilona masih dengan suara yang serak-serak. Aku segera menjawab tanda setuju “Ok Ilona”.
Sepanjang perjalanan kerumahnya Ilona , Ilona Cuma diam aja, aku juga bingung mau menanyakan hal apa yang sedang dipikirkannya, aku takut dia marah kalau aku menanyakan persoalan pribadinya, karena walaupun bersahabat kita  punya batasan-batasannya yang mana yang harus diceritakan dan yang mana yang gag harus diceritakan ke orang lain. Itu juga yang diajarkan mamaku kepadaku. Sementara aku sambil menelpon mamahku meminta ijin kalau aku belum pulang karena Ilona memintaku menemaninya, dan mamahku pun mengizinkanku dan tak lupa mama mengingatkanku untuk makan siang. Ohh… beruntungnya aku punya mama yang selalu memperhatikanku.
Sesampainya dirumah Ilona seperti biasanya sangat sepii,aku dan Ilona langsung menuju ruang makan. Makan siang sudah tersedia di atas meja, tidak  heran karena rumah Ilona mempunyai pembantu. Kami pun langsung melahap habis semua makanan yang ada. Setelah selesai kami beristirahat di kamar Ilona. Tak lama Ilona menangis terisak-isak. Aku tak tau pasti apa yang membuat Ilona menangis. Akhirnya aku memberanikan diri untuk bertanya pada Ilona.
“Ilona,Kenapa kamu menangis ?” Lalu dengan wajahnya Ilona yang sendu ia Berkata “Aku gak papa Han.” Aku tak yakin dengan jawaban Ilona, Lalu segera aku bertanya untuk kedua kalinya “Kamu yakin gak papa Na ? Aku udah kenal lama sama kamu Na,, aku tau kamu gak akan secengeng ini kalau bukan karena sesuatu yang sangat  membuat kamu sedih.”
            Ilona langsung memeluk tubuhku dengan erat sambil menangis dengan sangat kencang sambil berkata “Aku gak tau Han mesti cerita sama siapa, Cuma kamu Han yang mau berteman sama aku.” Akhirnya Ilona membukakan mulutnya untuk bercerita kepadaku. Langsung saja bertanya apakah sebenarnya yang terjadi “Ya udah Na, sekarang coba deeh ceritain kenapa kamu nangis kaya gini Na? Siapa tahu aja aku bisa bantu Na.”
Sambil mengelap air mata yang menetes di pipinya Ilona mulai bercerita kepadaku, “Sebenernya ku kangen Han ma ortu aku,, aku sedih mereka gak pernah ada waktu buat aku.”
Jujur saja aku tak percaya dengan apa yang baru dikatakan oleh Ilona. Tapi aku mencoba untuk tidak begitu menampakkannya kepada Ilona “Ya ampun Na, di balik sombongnya kamu ternyata kamu sesedih ini. Anak-anak pikir hidup kamu itu enak banget Na, soalnya apa aja yang kamu mau pasti terpenuhi Na, kamu kan anaknya orang kaya Na.” Ilona lanjut bercerita “Aku tau Han, aku memang apa maunya aku selalu terpenuhi. Tapi sebenarnya aku gak butuh semua kemewahan ini Han, percuma aja kalau rumah ini Cuma di penuhi dengan barang-barang mewah tapi gak ada sama sekali meraka peduliin kalau aku butuh mereka.”
            Aku turut prihatin dengan apa yang di alamin oleh Ilona. Selama ini di mataku dia adalah seorang gadis yang sangat beruntung karena semua yang ia miliki dipenuhi dengan kemewahan. Seorang Ilona yang selama ini dikenal dengan sesosok yang sombong ternyata di balik sombongnya itu adalah karena ia sangat sedih dengan keadaan keluargannya yang tak pernah kumpul bareng walaupun hanya menyempatkan waktu untuk makan bersama aja ia tak pernah dapatkan.
Aku mencoba untuk memberikan solusi “Kamu udah pernah coba ngomong soal ini gak Na ke ortu kamu, biar mereka ngerti sebenanya apa yang pengenin tu bukan kemewahan. Tapi, perhatian dan kasih sayang dari mereka yang paling kamu butuhin.”
Tapi ternyata raut wajah Ilona tambah murung. Air matanya menetes lagi dan bercerita lagi “Gimana aku bisa ngomong ma mereka Han, mereka selalu pulang kerja tengah malam dan saat itu aku sudah terlelap. Paginya aku bangun mereka sudah pergi kerja lagi. Aku hampir tak pernah melihat wajah Ayah dan Ibuku lagi.”

            Aku sangat jelas melihat raut wajah Ilona yang sangat sedih. Lalu aku memutuskan untuk mengajak Ilona menginap di rumahku. Aku merasa sudah sangat dengan Ilona, aku ingin dia juga mendapatkan perhatian dan kasih sayang yang selama ini aku dapatkan dari mamahku. Setibanya di rumahku, Ilona di sambut dengan senyuman hangat dari keluargaku. Ia pun langsung tersenyum dengan manis. Wajahnya Ilona yang sangat cantik itu memang tak pantas dibasahi dengan air mata, tetapi dengan senyuman lah yang sangat cocok baginya.
            Sementara waktu ini, Ilona tinggal bersama aku dan keluargaku. Dan tanpa sepengetahuan Ilona aku meghubungi orang tuanya. Memang tak mudah untuk bertemu dengan orang tua Ilona yang super sibuk itu, tapi aku tetap berjuang. Tiap hari aku mendatangi kantor orang tua Ilona. Orang tua Ilona memang bekerja di satu perusahaan yang sama. Akhirnya setelah berhari-hari aku bolak balik ke kantor mereka dan membuat janji untuk bertemu, tibalah hari ini aku bertemu dengan orang tua Ilona.
            Awalnya aku tak tau harus memulai pembicaraan dari mana, Ayahnya  Ilona masih sibuk dengan kertas-kertas yang berserakan di atas meja kerjanya, sedangkan Ibunda Ilona sudah berada tepat di hadapanku. Lalu tak lama kemudian setelah Ayahnya Ilonq selesai membereskan kertas-kertasnya, Ia pun ikut duduk bersama aku dan Ibunda Ilona.
            Aku langsung saja menjelaskan apa maksud dan tujuan aku datang menemui mereka. Aku menceritakan semua keluh kesah yang di rasakan oleh Ilona selama ini. Orang tua Ilona sangat kaget mendengar semua ini. Tak lama kemudian Ibunda Ilona menangis, ia sangat sedih karena merasa tak pernah memberi perhatian kepada anakknya itu. Padahal ia bekerja keras dan apa yang ia lakukan hanya semata-mata agar semua yang Ilona butuhkan terpenuhi.
            Setelah aku selesai membicarakan ini semua aku pamit pulang. Tenyata setelah aku pulang, orang tua Ilona membicarakan mesalah keluarga mereka. Aku hanya berdoa semoga orang tua Ilona dapat mengerti apa yang diinginkan oleh anaknya itu.
Tiga hari lagi tepat tanggal 01 Desember 2009, pada hari itu Ilona berulang tahun tepat pada usianya yang ke 17. Hari ini aku mendapat telepon dari orang tua Ilona. Tak kusangka ternyata orang tua Ilona telah merencanakan untuk pesta ulang tahun anaknya. Aku diberi tugas untuk membagikan undangan ke teman-teman, tentunya ini adalah acara yang tidak di ketahui oleh Ilona. Karena kami akan menjadikan ini adalah kejutan untuk dia.
Tiga malam ini aku sengaja mngajak Ilona menginap di rumahku agar ia tidak tahu bahwa di rumahnya sana, orang tuanya telah menyiapkan kejutan yang sangat ia inginkan.
Hari ini tepat hari ulang tahun Ilona, kami semua teman-teman Ilona sengaja tidak memberikan ucapan. Hehe.. memang sih ini usulku. Setelah pelajaran selesai aku melihat raut wajah Ilona yang sangat  sedih bercampur kesal. Aku tahu persis apa yang ada di benaknya. Aku mengajak Ilona pulang kerumahku. Sesampainya di rumahku ia pun tak mendapatkan ucapan dari satu orang pun. Akhirnya kita makan siang lalu bergegas untuk tidur siang.
Jam telah menunjukkan pukul 07 malam, malam ini aku dan Ilona telah berjanji akan pergi umtuk berjalan-jalan. Kami pun pamit dengan orang tuaku, tak lupa mamahku memberikan pesan kepada kami agar kami berhati-hati dan tidak pulang larut malam. Mobil Ilona melaju dengan cepatnya, aku tahu bahwa ia sangat kesal. Saat di tengah perjalanan twntunya lokasinya dekat dengan rumah Ilona aku meminta Ilona untuk mengjakku ke rumahnya karena aku sedang kebelet buang air kecil. Tanpa berfikir panjang Ilona membawaku ke rumanya.
Sesampainya di halaman rumah Ilona, seperti hari-hari sebelumya rumah ini tampak sepi sekali. Awalnya Ilona tak ingin mengantarku sampai dalam, ia hanya ingin meunggu di mobil saja. Tapi dengan paksaanku ia pun akhirnya turun dari mobol dengan berat hati. Kami pun langsung masuk kedalam rumah Ilona. Pada saat Ilona membuka pintu, lampu di ruang tamunya itu tidak menyala. Sambil mengomel-ngomel sendiri ia menyalakn lampunya. Pada saat yang bersamaan itulah teman-teman berteriak Happy Brithday Ilona. Setelah itu mereka menyanyikan lagu selamat ulang tahun.
Kebahagiaan sangat terlihat jelas di mata Ilona. Setelah selesai meyanyi masih ada kejutan lagi buat Ilona. Dari tengah-tengah kerumbunan itu tak lama ayah dan ibundanya Ilona keluar sambil membawakan kue ulang tahun dengan lilin yang bertuliskan 17. Air mata mengalir dari mata Ilona, membasahi pipinya. Ia langsung memeluk kedua orang tuanya itu. Acara pun dimulai Semua teman-teman bersenang-senang, Ilona pun mengucapkan terima kasih kepadaku. Tepat pukul 10 malam acarapun selesai.
Aku ingin pamit pulang tapi sebelum itu Ilona memintaku untuk foto bersama keluarganya dan aku langsung setuju. Kemudian Ilona memberi tahu ku tentang recana Ibundanya yang berhenti kerja untuk memperhatikan Ilona. Ilona sangat senang dan ia pun memelukku. Akhirnya Ilona menjadi seorang gadis yang mempunyai semuanya. Sejak hari itu sikap Ilona yang selalu sombong ini telah berubah. Ia sangat baik dan ramah terhadap siapa saja. Aku sangat senang Ilona bahagia. Persahabatan aku dan Ilona semakin erat dan kami tidak akan terpisahkan.

*SELESAI*

No comments:

Post a Comment