Selamat Datang

Semoga blog ini bermanfaat, oleh Ita Trie Wahyuni
"Seorang PEMENANG tidak akan pernah MENYERAH, karena hanya yang MENYERAH tidak akan pernah MENANG"

Wednesday, October 3, 2012

Laporan Kimia Dasar II Redoks

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Oksigen dapat membentuk suatu senyawa yang disebut oksida dan sejak oksigen ditemukan, istilah oksidasi dihubungkan dengan berbagai reaksi yang menggunakan oksigen. Magnesium, sebagai contohnya, dapat bereaksi langsung dengan oksigen, pemukaan logam yang terbuka segera dioksidasi membentuk suatu lapisan magnesium oksida(Mgo).  Contoh lain adalah besi. Besi (Fe) juga dapat dioksida secara perlahan-lahan di udara, proses ini dapat mengakibatkan karat pada logam yang terdiri dari Fe2O3. Suatu logam yang dapat diperoleh kembali dari oksida logamnya dikenal dengan nama reduksi.

Laporan Kimia Dasar II Pembuatan dan Sifat Koloid

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari banyak kita jumpai zat yang sukar digolongkan sebagai zat biasa, zat cair atau gas. Zat-zat ini dalam ilmu kimia dinamakan koloid. Contohnya antara lain susu, tinta, cat, sabun, kanji, minyak rambut bahkan udara berdebu termasuk sistem koloid.
Kimia koloid mempunyai peranan yang besar dalam kehidupan dan penghidupan manusia. Proses dialam sekitar kebanyakan berhubungan dengan sistem koloid. Protoplasma dalam sel makhluk hidup merupakan suatu koloid, sehingga kimia koloid diperlukan untuk menerangkan reaksi-reaksi dalam sel. Tanah terdiri dari bahan-bahan koloid dan pemahaman tentang koloid sangat membantu dalam meningkatkan kesuburan lahan.
Sistem koloid sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai contoh, hampir semua bahan pangan mengandung partikel dengan ukuran koloid, seperti protein, karbohidrat, dan lemak. Emulsi seperti susu juga termasuk koloid. Dalam bidang farmasi, kebanyakan produknya juga berupa koloid, misalnya krim, salep adalah emulsi. Dalam industri cat, semen, dan industri karet untuk membuat ban semuanya melibatkan sistem koloid. Semua bentuk seperti spray untuk serangga, cat, hair spray dan sebagainya adalah juga koloid. Dalam bidang pertanian, tanah juga dapat digolongkan sebagai koloid. Proses seperti memutihkan, menghilangkan bau, menyamak, mewarnai, pemurnian, melibatkan adsorpsi pada permukaan partikel koloid dan karena itu pemahaman sifat-sifat koloid sangat penting. Jadi, terlihat betapa pentingnya koloid dalam kehidupan manusia. Oleh karena itu, perlu diadakan percobaan tentang kimia koloid yang akan dibahas pada laporan ini.
Percobaan kimia koloid dalam laporan ini meliputi koagulasi yaitu peristiwa pengendapan partikel koloid; dispersi yaitu memecah butir-butir yang lebih besar menjadi butir-butir seukuran koloid; emulsi yaitu medium pendispersi dan medium terdispersi merupakan cairan yang tidak saling bercampur; koloid pelindung dengan cara menambahkan zat, seperti gelatin untuk mencegah pengendapan sehingga koloid dapat terbentuk; adsorpsi yaitu penyerapan suatu yang melekat pada permukaan.

1.2  Tujuan
-        Mengetahui sifat-sifat koloid
-        Mengetahui cara-cara pembuatan koloid
-        Mengetahui macam-macam koloid
-        Mengetahui fungsi gelatin dalam percobaan



BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian Koloid
Thomas Graham (1805-1809), dalam penyelidikannya mengenai difusi larutan melalui membran telah membedakan koloid dengan kristaloid. Dari pengamatannya ternyata partikel zat dalam larutan ada yang berfungsi cepat dan lambat. Zat-zat yang mudah terdifusi umumnya membentuk kristal dalam keadaan padat, sehingga ia menyebutnya kristaloid. Contohnya NaCl dalam air. Istilah ini tidak populer karena ada zat yang bukan kristal tetapi mudah berdifusi misalnya HCl dan HNO3. Sedangkan zat-zat yang sukar berdifusi seperti lem, agar-agar, putih telur dinamakan koloid. (Bahasa Yunani kolla = perekat)
Menurut Graham kecepatan difusi suatu zat dipengaruhi oleh massa partikelnya. Makin besar massa partikel makin kecil kecepatan difusinya. Ada hubungan antara massa dan ukuran partikel. Bila massa partikel besar berarti ukurannya besar, demikian sebaliknya.
Salah satu perbedaan nyata antara koloid dan kristaloid adalah ukuran partikelnya. Berdasarkan ukuran partikel ini, campuran zat dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu:
1.  Kristarloid (larutan sejati)
Diameter partikelnya lebih kecil dari 1 nm (10-9m)
2.  Koloid
Diameter partikelnya antara 1 nm – 100 nm
3.  Suspensi
Diameter partikelnya lebih besar dari 100 nm
Ukuran partikel larutan sangat kecil, sehingga tidak dapat diamati oleh mikroskop, dan dapat melalui kertas saring maupun membran. Partikel koloid ukurannya terletak antara larutan dan suspensi, sehingga masih cukup kecil nutuk menembus kertas saring biasa, tetapi cukup besar untuk melewati membran atau filter ultra. Berbeda dengan larutan, partikel koloid dapat terlihat dengan mikroskop ultra.
Perbedaan antara larutan, koloid dan suspensi
No.
Jenis Perbedaan
Larutan (kristaloid)
Koloid
Suspensi
1.
2.
3.



4.
5.
6.


7.
Diameter partikel
Fasa
Penyaringan:
-        Biasa
-        Membran
-        Ultra
Gerak Brown
Efek Tyndall
Pengendapan:
-        Gaya gravitasi
-        Sentifuge
Contoh:
< 1 nm
Satu fasa

Lewat
Lewat
Lewat
Tak nampak
Tak nampak

Tidak
Tidak
Larutan garam
1 nm – 100 nm
Dua fasa

Lewat
Tertahan
Tertahan
Nampak
Nampak

Mengendap
Mengendap
Tinta
> 100 nm
Dua fasa

Tertahan
Tertahan
Tertahan
Nampak
Nampak

Mengendap
Mengendap
Lumpur
(Estien Yazid, 2005)
Pentingnya Kimia Koloid
Karena kebanyakan zat dapat berada dalam keadaan koloid, semua cabang ilmu berkepentingan dengan kimia koloid dalam satu atau lain cara. Semua jaringan hidup bersifat koloid. Banyak reaksi kimia yang kompleks yang perlu untuk kehidupan, harus ditafsirkan secara kimia koloid. Bagian kerak bumi yang dikatakan sebagai tanah yang bisa dicamgkul terdiri dari bagian-bagian yang bersifat koloid; oleh karena itu ilmu tanah harus mencakup penerapan kimia loloid pada tanah. Dalam industri, ilmu koloid penting dalam industri cat, keramika, plastik, tekstil, kertas dan film foto, mentega, keju dan makanan lain, dan sejumlah besar produk lainnya. Proses seperti memutihkan, menghilangkan bau, menyamar, mewarnai dan pemurnian serta pengapungan bahan galian, melibatkan adsorpsi pada permukaan materi koloid dan karena itu berkepentingan dengan kimia koloid.
Tipe Sistem Koloid
Dalam campuran homogen dan stabil yang disebut larutan, molekul, atom ataupun ion disebabkan dalam suatu zat kedua. Dengan cara yang agak mirip, materi koloid dapat dihamburkan atau disebarkan dalam suatu media sinambung, sehingga dihasilkan suatu dispersi (sebaran) koloid atau sistem koloid. Selai, mayones, tinta cina, susu dan kabut merupakan contoh yang dikenal. Dalam sistem-sistem semacam ini, partikel koloid dirujuk sebagai zat terdispersi (tersebarkan) dan materi kontinu dalam mana partikel ini tersebar disebut zat pendispersi atau. (Keenan, 1984)
Tabel klasifikasi sistem koloid
Jenis sistem
Fase Terdispersi (berukuran koloid)
Fase Pendispersi
Contoh
Busa
Busa padat
Aerosol cair
Emulsi
Emulsi padat
Aerosol padat
Sol

Sol padat
Gas
Gas
Cairan
Cairan
Cairan
Padat
Padat

Padat
Cairan
Padat
Gas
Cairan
Padat
Gas
Cairan

Padat
Busa sabun
Polistirena, foam spons
Spray serangga
Susu, kecap
Margarin
Debu, asap
Pasta gigi, suspensi tanah liat
Gelas bewarna
(Tony Bird, 1987)
Penggolongan Koloid
Koloid dapat digolongkan berdasarkan bentuk partikelnya, cara pembentukannya, interaksi antara kedua fasa dan perubahannya menjadi bukan koloid.
  1. Bentuk partikel
Dari segi bentuk partikel koloid dapat berupa:
-        Lembaran (laminar)
-        Serat (fibrilar)
-        Butiran (korpuskular)
  1. Cara pembentukannya
Berdasarkan cara pembentukannya koloid dibedakan menjadi koloid dispersi, koloid asosiasi dan koloid makromolekul.
1.  Koloid dispersi, yaitu koloid yang terbentuk dari penyebaran (dispersi) partikel-partikel kecil yang tidak larut dalam medium (fase pendispersi) dengan membentuk agregat-agregat molekul atau atom yang sangat banyak. Contohnya: dispersi koloid emas (Au) dan belerang (S).
2.  Koloid asosiasi, yaitu koloid yang terbentuk dari gabungan (asosiasi) molekul-molekul kecil, atom atau ion yang larut dalam medium sehingga membentuk agregat-agregat molekul yang disebut misel. Contoh: larutan sabun dan detergen.
3.  Koloid makromolekul, yaitu koloid yang terbentuk dari molekul tunggal yang sangat besar (makromolekul). Contoh: protein dan polimer tinggi seperti karet dan plastik.
  1. Interaksi dengan medium
1.  Koloid Irofil, yaitu koloid yang mempunyai daya tarik kuat dengan medium pendispersinya, sehingga sulit dipisahkan (stabil).
2.  Koloid Irofob, yaitu koloid yang daya tariknya kecil terhadap medium pendispersinya, sehingga cenderung memisah (tak stabil).
  1. Perubahan bentuk
1.  Koloid reversibel, yaitu koloid yang dapat berubah menjadi bukan koloid demikian pula sebaliknya. Contoh: susu bubuk dan plasma darah kering.
2.  Koloid irreversibel, yaitu koloid yang setelah berubah menjadi bukan koloid tidak dapat menjadi koloid kembali. Contoh: sel belerang dan sel emas. (Estien Yazid, 2005)
Sifat-sifat Koloid
Koloid mempunyai beberapa sifat yang berbeda dengan larutan. Sifat khusus koloid timbul akibat ukuran partikelnya lebih besar daripada larutan. Sifat-sifat tersebut adalah sebagai berikut:
1.      Sifat Fisika
Sifat-sifat fisika koloid berbeda-beda tergantung jenisnya. Pada koloid hidrofob sifat-sifat seperti rapatan, tegangan muka dan viskositas hampir sama dengan medium pendispersinya. Sedangkan koloid hidrofil karena terjadi hidrasi. Sifat-sifat fisikanya sangat berbeda dengan mediumnya. Viskositasnya lebih besar dan tegangan mukanya lebih kecil.
2.      Sifat Koligatif
Suatu koloid dalam medium cair juga mempunyai sifat koligatif. Sifat ini hanya bergantung pada jumlah partikel koloid bukan pada jenisnya. Sifat-sifat koligatif koloid umumnya lebih rendah daripada larutan sejati dengan jumlah partikel yang sama. Sifat koligatif berguna untuk menghitung konsentrasi atau jumlah partikel koloid. Kecuali pengukuran tekanan osmosa, dipakai untuk menetapkan berat molekul rata-rata koloid makromolekul.
3.      Sifat Optis
Pada tahun 1869, Tyndall menemukan bahwa apabila suatu berkas cahaya dilalukan pada larutan koloid, maka berkas cahaya tadi akan tampak. Tetapi apabila berkas cahaya yang sama dilakukan pada larutan sejati, berkas cahaya tadi tidak kelihatan. Efek ini dikenal sebagai efek Tyndall.
4.      Sifat Kinetik
Selain menunjukkan efek Tyndall,  partikel koloid bila diamati dibawah mikroskop ultra nampak sebagai bintik-bintik bercahaya yang selalu bergerak secara acak dengan jalan berliku-liku. Gerakan acak partikel koloid dalam suatu medium pendispersi ini disebut gerakan Brown.
Partikel zat terlarut akan mendifusi dari larutan yang konsentrasinya tinggi ke daerah yang konsentrasinya lebih rendah. Difusi erat kaitannya dengan gerakan Brown, sehingga dapat dianggap molekul-molekul atau partikel-partikel koloid mendifusi karena gerakan Brown.
Partikel-partikel koloid mempunyai kecenderungan untuk mengendap karena pengaruh gravitasi bumi. Hal tersebut bergantung pada rapat massa partikel terhadap mediumnya. Jika rapat massa partikel lebih besar dari medium suspensinya, maka partikel tersebut akan mengendap. Sebaliknya bila rapat massanya lebih kecil akan mengapung.
5.      Sifat Listrik
Permukaan partikel koloid mempunyai muatan listrik disebabkan terjadinya ionisasi atau penyerapan ion-ion dalam larutan. Akibatnya partikel koloid dapat bergerak dalam medan listrik. Bergeraknya partikel-partikel koloid oleh pengaruh medan listrik ini disebut elektroforesis.
6.      Koagulasi
Suatu koloid bila dibiarkan dalam waktu tertentu akan tergantung oleh gaya gravitasi bumi, sehingga antara partikel dapat saling bergabung membentuk gumpalan yang akan mengendap didasar wadah. Peristiwa pengendapan atau penggumpalan partikel-partikel koloid ini disebut koagulasi.
7.      Adsorpsi
Partikel koloid mempunyai permukaan luas, sehingga mempunyai daya adsorpsi yang besar. Adsorpsi adalah peristiwa penyerapan suatu zat, ion atau molekul yang melekat pada permukaan. Sedangkan bila penyerapan sampai ke bawah permukaan disebut absorpsi. Absorpsi adalah proses penyerapan oleh suatu benda baik berupa padatan atau cairan yang langsung keseluruh bagian benda itu. (Yazid, 2005)
Beberapa Macam Koloid
1.      Sol
Sol adalah dispersi koloid dimana partikel padat terdispersi dalam cairan. Sol dibagi menjadi dua, yaitu:
  1. Sol liofil
Pada sel liofil partikel-partikel padat akan menyerap molekul cairan (suka pelarut). Jika pelarutnya air disebut sol hidrofil.
  1. Sol liofob
Pada sel liofob partikel-partikel padat tidak menyerap molekul cairan (tidak suka pelarut). Jika pelarutnya air disebut hidrofob.
Pembuatan sol
-        Cara dispersi
Dilakukan dengan memecah atau menghaluskan butir-butir yang lebih besar (suspensi) menjadi butir-butir yang lebih kecil sesuai ukuran koloid.
-        Cara kondensasi
Pembuatan koloid dengan mengubah partikel-partikel kecil (larutan) menjadi partikel besar berukuran koloid.
-        Pertukaran pelarut
Suatu koloid dibuat dengan menukar atau menambahkan pelarut lain ke dalam larutan. Agar terbentuk koloid zat terlarut harus tidak larut dalam pelarut yang ditambahkan dan kedua pelarut harus bercampur sempurna.
-        Pendinginan berlebih
Suatu campuran yang terdiri dari pelarut air dan organik didinginkan, sehingga salah satu komponennya dapat membeku membentuk koloid.
2.      Emulsi
Emulsi adalah dispersi koloid dimana zat terdispersi dan medium pendispersi merupakan cairan yang tidak saling bercampur. Agar terjadi suatu campuran koloid, maka harus ditambahkan suatu bahan yang disebut zat pengemulsi atau emulgator.
Pembuatan emulsi
Cara sederhana untuk membuat emulsi adalah mencampurkan kedua zat cairan dengan emulgator dalam sebuah botol dan mengocoknya. Tetapi cara ini kurang sempurna. Untuk mendapatkan hasil yang lebih baik dapat dilakukan dengan mengocoknya secara bergantian (selang-seling). Pertama, mencampur salah satu fase dispers dengan emulgator dan mengocoknya hingga sempurna. kedua, mencampur dengan dispers medium lainnya kemudian mengocoknya secara bersama-sama atau menambah sedikit demi sedikit sambil mengaduknya.
3.      Gel
Gel adalah sol liofil berbentuk setengah padat. gel ini dibagi dua yaitu gek elastis dan non elastis.
-        Gel elastis (kenyal)
Gel ini setelah dihilangkan airnya (didehidrasi) dapat dibentuk kembali menjadi gel dengan penambahan air. Gel kenyal dibuat dengan melarutkan sel liofil dalam aor panas. Setelah dingin akan terbentuk gel kenyal.
-        Gel non elastis (tak kenyal)
Setelah didehidrasi gel ini tidak dapat diubah menjadi gel kembali dengan penambahan air. Dehidrasi sel ini membentuk bubuk. Gel tak kenyal dapat diperoleh dengan mencampurkan larutan garam silikat dengan HCl.
Pemurnian Koloid
1.      Dialisis
Dialisis adalah proses pemurnian atau penyaringan koloid dari ion-ion penggangu dengan menggunakan membran yang bersifat selektif.
2.      Elektrodialisis
Elektrolisis adalah proses pemurnian koloid dengan memaksa ion-ion pengganggu melewati pori-pori semipermeabel dengan bantuan medan listrik.
3.      Ultrafiltrasi
Ultrafiltrasi adalah pemurnian koloid dengan menyaring koloid menggunakan penyaring khusus dari membran. Untuk mempercepat proses penyaringan biasanya digunakan tekanan (pompa vakum). Pompa vakum digunakan untuk mempercepat suatu proses penyaringan koloid yang susah disaring dengan penyaring biasa atau memerlukan waktu yang lama jika dengan menggunakan penyaring biasa, misalnya suatu koloid berbentuk gel. (Yazid, 2005)




BAB 3
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1  Alat-alat
-        Gelas ukur 10 ml
-        Tabung reaksi
-        Labu erlenmeyer 250 ml
-        Pipet tetes
-        Pipet ukur
-        Batang pengaduk
-        Lumpang dan alu

3.2  Bahan-bahan
-        NaCl
-        BaCl2
-        AgNO3
-        Amilum
-        I2
-        CCl4
-        Detergen
-        Gelatin
-        Sirup
-        Norit
-        Kertas saring
-        Akuades

3.3  Prosedur Percobaan
3.3.1        Koagulasi
-        Dimasukkan kedalam tabung reaksi 2 ml BaCl2
-        Dimasukkan kedalam tabung reaksi 2 ml NaCl
-        Ditambahkan 2 tetes AgNO3 ke dalam masing-masing tabung reaksi
-        Lalu diamati dan dibandingkan
3.3.2        Dispersi
-        Ditimbang 1 gr amilum yang telah digerus dan 1 gr amilum yang tidak digerus
-        Dimasukkan ke dalam masing-masing tabung reaksi
-        Ditambahkan masing-masing 5 ml akuades dan keduanya dikocok
-        Disaring masing-masing campuran tersebut dengan kertas saring
-        Ditambahkan 2 tetes I2 ke dalam masing-masing tabung reaksi yang berisi filtrat masing-masing campuran tersebut
-        Diamati dan dibandingkan
3.3.3        Adsorpsi
-        Dimasukkan sirup ke dalam labu erlenmeyer 
-        Ditambahkan norit
-        Disaring dengan kertas saring
-        Diamati filtratnya dan dibandingkan sirup yang tidak diberi norit sebelumnya
3.3.4        Emulsi
-        Dipipet CCl4 sebanyak 1 pipet
-        Dimasukkan ke dalam tabung reaksi
-        Ditambahkan 1 pipet aquades, lalu diamati
-        Ditambahkan detergen
-        Dikocok dan diamati
3.3.5        Koloid Pelindung
-        Dimasukkan 2 ml BaCl2 ke dalam tabung reaksi
-        Ditambahkan 2-3 tetes gelatin, dan diamati
-        Ditambahkan 1ml AgNO3, dan diamati.





BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1  Hasil Pengamatan
No.
Prosedur
Pengamatan
1.








2.
a.






b.







3.






4.







5.
Koagulasi
-        Dimasukkan kedalam tabung reaksi 2 ml BaCl2
-        Dimasukkan kedalam tabung reaksi 2 ml NaCl
-        Ditambahkan 2 tetes AgNO3 ke dalam masing-masing tabung reaksi
-        Lalu diamati dan dibandingkan

Dispersi
-        Ditimbang 1 gr amilum yang telah digerus
-        Dimasukkan amilum ke dalam tabung reaksi
-        Ditambahkan 5 ml aquades
-        Disaring dengan kertas saring, lalu ditetesi dengan I2 2 tetes dan diamati
-        Ditimbang 1 gr amilum yang tidak digerus
-        Dimasukkan amilum ke dalam tabung reaksi
-        Ditambahkan 5 ml H2O
-        Disaring lalu ditetesi dengan I2 2 tetes

Emulsi
-        Dipipet CCl4 sebanyak 1 pipet, dimasukkan ke dalam tabung reaksi
-        Ditambahkan 1 pipet H2O
-        Ditambahkan detergen
-        Dikocok dan diamati

Koloid pelindung
-        Dipipet 2 ml BaCl2 ditambah 2-3 tetes gelatin
-        Ditambahkan 1 ml AgNO3




Adsorpsi
-        Disediakan sirup
-        Diberi norit pada kertas saring
-        Lalu sirup disaring. Diamati

-        BaCl2 + AgNO3 → terbentuk endapan putih AgCl
-        NaCl + AgNO3 → terbentuk endapan putih AgCl
-        Endapan NaCl + AgNO3 lebih banyak dari endapan BaCl2 + AgNO3

-        Filtrat berubah menjadi biru tua dan terdapat endapan




-        Filtrat berwarna biru, tidak ada endapan







-        Terdapat 2 fasa polar dan non polar
-        Terbentuk emulsi




-        Tidak terjadinya endapan disebabkan oleh gelatin yang berfungsi sebagai koloid pelindung, sehingga mencegah terbentuknya endapan AgCl


-        Warna sirup menjadi lebih muda karena norit berfungsi menyerap zat warna yang terdapat pada sirup

4.2  Reaksi-reaksi
-        BaCl2 + 2AgNO3 → 2AgCl + Ba(NO3)2
-        NaCl + AgNO3 → AgCl + NaNO3
-        Gelatin + BaCl2
-        Amilum + I2




4.3  Pembahasan
Suatu sistem koloid terdiri dari dua bagian yaitu fase terdispersi (fase yang tersebar halus) yang kontiyu dan fase pendispersi yang diskontinyu. Diameter partikel koloid terletak antara 1 nm – 100 nm atau terletak antara larutan dan suspensi, sehingga masih cukup kecil untuk menembus kertas saring biasa, tetapi cukup besar untuk melewati membran atau filter ultra. Berbeda dengan larutan, partikel koloid dapat terlihat dengan mikroskop ultra.
Dalam sistem koloid, baik fasa terdispersi maupun fasa pendispersi dapat berupa gas, cair atau padat. Dengan demikian terdapat 8 macam sistem koloid dari 9 macam kombinasi-kombinasi keadaan yang mungkin.


Fasa terdispersi
Fasa pendispersi
Nama koloid
Contoh
Gas
Gas
Cair
Cair
Cair
Padat
Padat
Padat
Cair
Padat
Gas
Cair
Padat
Gas
Cair
Padat
Buih
Busa padat
Aerosol cair
Emulsi
Emulsi padat
Aerosol padat
Sol
Sol padat
Buih, sabun
Batu apung
Kabut
Susu, mayonaise
Mentega
Asap
Cat, kanji
Kaca berwarna

Salah satu perbedaan nyata antara koloid dan kristaloid adalah ukuran partikelnya. Berdasarkan ukuran partikel ini, campuran zat padat dibedakan menjadi tiga, yaitu:
1.  Kristarloid (larutan sejati)
Diameter partikelnya lebih kecil dari 1 nm (10-9m)
2.  Koloid
Diameter partikelnya antara 1 nm – 100 nm
3.  Suspensi
Diameter partikelnya lebih besar dari 100 nm
Perbedaan lainnya dari ketiga campuran secara ringkas diperlihatkan pada tabel
No.
Jenis Perbedaan
Larutan (kristaloid)
Koloid
Suspensi
1.
2.
3.



4.
5.
6.


7.
Diameter partikel
Fasa
Penyaringan:
-        Biasa
-        Membran
-        Ultra
Gerak Brown
Efek Tyndall
Pengendapan:
-        Gaya gravitasi
-        Sentifuge
Contoh:
< 1 nm
Satu fasa

Lewat
Lewat
Lewat
Tak nampak
Tak nampak

Tidak
Tidak
Larutan garam
1 nm – 100 nm
Dua fasa

Lewat
Tertahan
Tertahan
Nampak
Nampak

Mengendap
Mengendap
Tinta
> 100 nm
Dua fasa

Tertahan
Tertahan
Tertahan
Nampak
Nampak

Mengendap
Mengendap
Lumpur

Koloid mempunyai beberapa sifat yang berbeda dengan larutan. Sifat khusus koloid timbul akibat ukuran partikelnya lebih besar daripada larutan. Sifat-sifat tersebut adalah sebagai berikut:
1.      Sifat Fisika
Sifat fisika koloid berbeda-beda tergantung jenisnya. Pada koloid hidrofob sifat-sifat seperti rapatan, tegangan muka dan viskositas hampir sama dengan medium pendispersinya. Sedangkan koloid hidrofil karena terjadi hidrasi. Sifat fisikanya sangat berbeda dengan mediumnya. Viskositasnya lebih besar dan tegangan mukanya lebih kecil.
2.      Sifat Koligatif
Suatu koloid dalam medium cair juga mempunyai sifat koligatif. Sifat ini hanya bergantung pada jumlah partikel koloid bukan pada jenisnya. Sifat koligatif koloid umumnya lebih rendah daripada larutan sejati dengan jumlah partikel yang sama.
3.      Sifat Optis
Ukuran partikel koloid lebih besar daripada larutan sejati, sehingga bila seberkas cahaya melewatinya akan dipantulkan. Arah pantulan ini tidak teratur, karena partikel koloid tersebar secara acak, sehingga pantulan cahaya itu berhamburan (diserakkan) ke segala arah. Peristiwa penghamburan cahaya oleh partikel koloid ini disebut efek Tyndall.
4.      Sifat Kinetik
a.       Gerakan Brown
Selain menunjukkan efek Tyndall,  partikel koloid bila diamati dibawah mikroskop ultra nampak sebagai bintik-bintik bercahaya yang selalu bergerak secara acak dengan jalan berliku-liku. Gerakan acak partikel koloid dalam suatu medium pendispersi ini disebut gerakan Brown.
b.      Difusi
Partikel zat terlarut akan mendifusi dari larutan yang konsentrasinya tinggi ke daerah yang konsentrasinya lebih rendah. Difusi erat kaitannya dengan gerakan Brown, sehingga dapat dianggap molekul-molekul atau partikel-partikel koloid mendifusi karena gerakan Brown.
c.       Pengendapan
Partikel koloid mempunyai kecenderungan untuk mengendap karena pengaruh gravitasi bumi. Hal tersebut bergantung pada rapat massa partikel terhadap mediumnya. Jika rapat massa partikel lebih besar dari medium suspensinya, maka partikel tersebut akan mengendap. Sebaliknya bila rapat massanya lebih kecil akan mengapung.
5.      Sifat Listrik
Permukaan partikel koloid mempunyai muatan listrik disebabkan terjadinya ionisasi atau penyerapan ion-ion dalam larutan. Akibatnya partikel koloid dapat bergerak dalam medan listrik. Bergeraknya partikel-partikel koloid oleh pengaruh medan listrik ini disebut elektroforesis.
6.      Koagulasi
Suatu koloid bila dibiarkan dalam waktu tertentu akan tergantung oleh gaya gravitasi bumi, sehingga antara partikel dapat saling bergabung membentuk gumpalan yang akan mengendap didasar wadah. Peristiwa pengendapan atau penggumpalan partikel-partikel koloid ini disebut koagulasi.
7.      Adsorpsi
Partikel koloid mempunyai permukaan luas, sehingga mempunyai daya adsorpsi yang besar. Adsorpsi adalah peristiwa penyerapan suatu zat, ion atau molekul yang melekat pada permukaan. Sedangkan bila penyerapan sampai ke bawah permukaan disebut absorpsi.


Koloid dapat dibuat dengan cara seperti:
A.    Pembuatan sol
1.      Cara dispersi
Dilakukan dengan memecah atau menghaluskan butir-butir yang lebih besar (suspensi) menjadi butir-butir yang lebih kecil sesuai ukuran koloid. Cara ini dapat dilakukan dengan:
a.       Mekanik, yaitu menggiling (menggerus) partikel besar kemudian mendispersikan dengan mediumnya sampai diperoleh ukuran koloid.
b.      Dispersi elektronik, yaitu mengalirkan arus listrik tegangan tinggi melalui dua elektroda logam yang akan dibuat koloid dan mencelupkannya ke dalam pelarut. Cara ini dikenal dengan cara Busur Bredig.
c.       Peptisasi, yaitu menambahkan zat atau ion sejenis pada partikel kasar (endapan), sehingga partikel tersebut terpecah menjadi ukuran koloid.
2.      Cara kondensasi
Pembuatan koloid dengan mengubah partikel kecil (larutan) menjadi partikel besar berukuran koloid.
a.       Reaksi kimia, yaitu menambahkan pereaksi tertentu ke dalam larutan, sehingga terbentuk koloid.
3.      Pertukaran pelarut
Suatu koloid dibuat dengan menukar atau menambahkan pelarut lain ke dalam larutan. Agar terbentuk koloid zat terlarut harus tidak larut dalam pelarut yang ditambahkan dan kedua pelarut harus bercampur sempurna.
4.      Pendinginan berlebih
Suatu campuran yang terdiri dari pelarut air dan organik didinginkan, sehingga salah satu komponennya dapat membeku membentuk koloid.

B.     Pembuatan emulsi
Cara sederhana untuk membuat emulsi adalah mencampurkan kedua zat cairan dengan emulgator dalam sebuah botol dan mengocoknya. Tetapi cara ini kurang sempurna. Untuk mendapatkan hasil yang lebih baik dapat dilakukan dengan mengocoknya secara bergantian (selang-seling). Pertama, mencampur salah satu fase dispers dengan emulgator dan mengocoknya hingga sempurna. kedua, mencampur dengan dispers medium lainnya kemudian mengocoknya secara bersama-sama atau menambah sedikit demi sedikit sambil mengaduknya.
C.     Gel
Pembentukan gel dapat dianggap sebagai pengendapan sol yang tidak sempurna. Perubahannya berlangsung secara perlahan, dimana partikel koloid bersatu membentuk rantai pendek atau jaringan kontinyu yang saling mengikat, sehingga viskositas sistem naik membentuk zat setengah padat.
Pada percobaan pembuatan koloid, dilakukan beberapa percobaan seperti:
  1. Koagulasi
Pada percobaan koagulasi, disediakan 2 tabung reaksi. Pada salah satu tabung reaksi diisi dengan 2 ml BaCl2 dan pada tabung reaksi yang lain diisi dengan 2 ml NaCl. Pada masing-masing tabung reaksi ditambahkan 2 tetes AgNO3 dan hasil reaksi adalah adanya endapan AgCl. Dari pengamatan didapatkan endapan AgCl dari NaCl + AgNO3 lebih banyak.
Pada penambahan AgNO3 + BaCl2 seharusnya menghasilkan endapan yang lebih banyak dibandingkan dengan hasil reaksi dari AgNO3 + NaCl. Hal ini karena Ba terletak pada periode yang lebih dibawah dari Na sehingga menyebabkan kelarutannya semakin berkurang. Tapi, pada percobaan ini endapan yang dihasilkan AgNO3 + NaCl lebih banyak dikarenakan terjadinya kontaminasi pereaksi oleh alat-alat yang digunakan. Dalam hal ini adalah tabung reaksi.
  1. Dispersi
Pada percobaan dispersi, dibandingkan amilum yang telah digerus dan sebelum digerus. Pada tabung reaksi pertama diisi dengan 1 gr amilum yang telah digerus ditambahkan 5 ml aquades dan disaring. Filtrat hasil saringan amilum ditetesi dengan I2 dan hasilnya adalah filtrat berubah warna menjadi biru tua dan terdapat endapan. Endapan timbul dikarenakan amilum yang digerus sebagiannya lolos dari kertas saring dan tercampur dengan filtrat. Sehingga setelah ditetesi dengan I2 warna larutan menjadi biru tua. Pada amilum yang tidak digerus, yang lolos dari kertas saring hanya filtrat dan hanya sebagian kecil dari amilum, sehingga setelah ditetesi I2 warna larutan berubah menjadi biru tetapi lebih muda dari amilum yang  digerus.
  1. Emulsi
Pada percobaan emulsi, CCl4 ditambahkan dengan H2O. Hasilnya aadalah terdapat 2 fase dikarenakan adanya perbedaan kepolaran dari CCl4 dan H2O. Setelah itu, ditambahkan detergen sebagai emulgator, dikocok dan hasil dari penambahan detergen adalah CCl4 dan H2O akan bercampur menjadi emulsi.
Terjadinya emulsi setelah penambahan detergen, dikarenakan detergen berfungsi sebagai emulgator. Molekul detergen terdiri atas bagian yang polar (disebut kepala) dan bagian yang nonpolar (disebut ekor). Kepala detergen atau sabun adalah gugus hidrofil (tertarik ke air). Sedangkan bagian ekor adalah gugus hidrokarbon yang bersifat hidrofobik (tertarik ke CCl4) dan bagian ekor ini (gugus non polar) akan saling tarik menarik dan cenderung berkumpul, sehingga membentuk koloid.
  1. Koloid pelindung
Pada percobaan koloid pelindung, penambahan BaCl2 dan gelatin dan ditambahkan 1 ml AgNO3 tidak menghasilkan endapan AgCl. Dikarenakan penambahan gelatin berfungsi sebagai pelindung koloid sehingga koloid dapat tetap terbentuk.
  1. Adsorpsi
Pada percobaan adsorpsi, sirup disaring pada kertas saring yang telah dilapisi norit. Norit berfungsi sebagai  adsorben yang dapat menyerap zat warna dari sirup sehingga hasil saringan warna sirup berkurang dari warna sebelum penyaringan.
Pada setiap percobaan yang dilakukan, setiap pereaksi memiliki fungsi tersendiri. Misalnya saja pada percobaan koagulasi fungsi AgNO3 adalah sebagai pembentuk endapan dari partikel koloid. Pada percobaan dispersi, penggerusan dilakukan untuk memecah atau menghaluskan butir amilum sehingga menjadi butir yang lebih kecil sesuai ukuran koloid. Pada percobaan emulsi, penambahan detergen berfungsi sebagai emulgator yang dapat membuat CCl4 dan H2O menjadi emulsi. Pada percobaan koloid pelindung, fungsi penambahan gelatin sebagai koloid pelindung sehingga pada penambahan AgNO3 tidak terjadi endapan dan koloid tetap terbentuk. Pada percobaan adsorpsi, fungsi penambahan norit sebagai adsorben yang dapat menyerap warna dari sirup.
Koloid mempunyai peranan yang besar dalam kehidupan manusia. Contohnya, dapat mengurangi polusi udara, pembuatan lateks, penjernihan air, sebagai deodoran, dan banyak manfaat lain dari koloid dalam kehidupan kita sehari-hari.
Pada percobaan yang dilakukan, tidak dipungkiri masih ada kesalahan yang dilakukan. Faktor kesalahan pada percobaan meliputi:
-    Penggerusan amilum yang kurang halus sehingga partikel amilum belum seukuran koloid.
-    Ketelitian dalam penimbangan amilum sehingga pembandingan menjadi kurang akurat.
-    Alat yang digunakan kurang bersih sehingga terjadi kontaminasi pada saat melakukan percobaan koagulasi.

Ditinjau dari interaksi antara fasa terdispersi dengan fasa pendispersi, koloid dibedakan menjadi koloid liofob dan koloid liofil.
1.      Koloid liofil, yaitu koloid yang mempunyai daya tarik kuat dengan medium pendispersinya, sehingga sulit dipisahkan (stabil). Jika mediumnya air disebut koloid hidrofil. Hidrofil dalam bahasa Yunani artinya adalah suka air contoh koloid hidrofil adalah tepung kanji dalam air.
2.      Koloid liofob, yaitu koloid yang daya tariknya kecil terhadap medium pendispersinya, sehingga cenderung memisah (tak stabil). Bila mediumnya air disebut koloid hidrofob. Hidrofob dalam bahasa Yunani artinya tidak suka air contohnya adalah sol emas dalam air.





BAB 5
PENUTUP

5.1  Kesimpulan
-        Koloid mempunyai beberapa sifat berbeda dengan larutan dikarenakan ukuran pertikelnya yang lebih besar dari larutan. Sifat-sifat tersebut antara lain sifat koligatif, listrik, adsorpsi, koagulasi, sifat kinetik, sifat optis, dan sifat fisika (rapatan, tegangan muka, viskositas).
-        Koloid dapat dibuat dengan beberapa cara yaitu pembuatan sol, emulsi dan gel.
-        Koloid terdiri dari beberapa macam yaitu sol, emulsi, dan gel.
-        Pada percobaan koloid pelindung ditambahkan gelatin yang dapat mencegah pengedapan dari kedua zat yang direaksikan, sehingga koloid dapat terbentuk.

5.2  Saran
Alat dan bahan yang digunakan sebaiknya bersih agar tidak terjadi kontaminasi pada saat melakukan percobaan.


DAFTAR PUSTAKA

Bird, Tony. 1987. Kimia Fisika untuk Universitas. Erlangga: Jakarta
Keenan,dkk. 1984. Kimia untuk Universitas. Erlangga: Jakarta
Yazid, Estien. 2005. Kimia Fisika Untuk Paramedis. Andi: Jogja